x

Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022. ANTARA/Ari Bowo Sucipto

Iklan

Andi Ilham Razak

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Oktober 2022

Senin, 3 Oktober 2022 18:59 WIB

Bung Besar, Di Mana Kaki Anda Berpijak Sekarang?

Artikel ini ditujukan untuk pemerintah agar tidak berpangku tangan atas tragedi pertandingan Arema vs Persebaya di Stadiun Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 di Malang, Jawa Timur.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Minggu pagi saya kemarin tidak seperti biasanya. Sedang berada di area kaki Gunung Salak dengan Kawah Ratu sebagai tempat andalannya untuk menarik perhatian wisata yang ingin sekadar menjauh dari riuhnya kota dan memanjakan mata mereka dengan pemandangan kawah belerang. Ditemani kolega yang juga sedang berlibur, kami menikmati liburan kami dengan menginap menggunakan tenda, masak dan makan, dan tentunya juga disertai dengan adanya obrolan santai antara satu dan lainnya. 

Seorang teman yang sedang melihat kabar hari ini melalui media sosial pun memberi tahu kami. Nun jauh di bagian timur Jawa, lebih dari 130 orang meregang nyawa setelah menyaksikan tim sepakbola idola mereka harus menerima kekalahan di kandang sendiri, Stadion Kanjuruhan, yang hari ini nama stadion itu sudah mulai terdengar di berbagai stadion dunia. Old Trafford, Etihad, Santiago Bernabeu, Nou Camp, dan masih banyak lagi. Bukan karena megahnya stadion itu yang membuat namanya menyeruak, namun ratusan hidup orang kandas di dalamnya. Tidak hanya laki-laki saja seperti yang ada di pikiran orang karena olahraga ini dikenal kuat akan maskulinitasnya, tetapi perempuan dan anak-anak pun ada di dalam nama korban dari kejadian ini. 


Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sepak bola, memang seperti menjadi komoditas di negara ini. Cabang olahraga ini sudah seperti menjadi pusat dari berbagai cabang olahraga yang ada di negara kita secara resmi. Kebanggaan dan Kehormatan tim nasional dan klub bola yang mewakili berbagai daerah tak hanya ada di setiap pemain dan elemen federasinya. Namun itu semua sudah menjalar ke masyarakat sebagai suporter. Entah karena berasal dari daerah yang sama, atau karena memiliki kebanggaan tersendiri terhadapnya. Setiap pertandingan sepakbola diadakan, iringan suporter yang menduduki lapisan tribun stadiun pun tampak turut serta di dalam pertandingan. 

Tetapi, untuk pertandingan beberapa hari lalu sangat berbeda.

Angka yang muncul bukan hanya ada di papan skor. Angka-angka pun juga terpampang di berbagai media untuk menunjukkan berapa banyak jiwa yang harus berakhir kehidupannya di sana serta berapa banyak yang sedang berhadapan dengan tim medis untuk ditangani segera. Angkanya tidaklah sedikit. Sangat banyak untuk sebuah kegiatan yang jauh dari unsur perang ataupun olahraga ekstrem. 

Bukan hanya negara ini saja yang sedang berduka dan menyesalkan hal ini terjadi. Banyak pihak di luar sana telah mengetahui dan turut berduka mendengar adanya insiden besar yang akan terekam di dalam sejarah sepak bola dunia tahun 2022. 

Adanya gas air mata yang dilontarkan ke berbagai penjuru stadiun tidak hanya mengatasi kerumunan massa. Kepanikan massal terjadi karena penonton yang tidak kuat untuk menahan rasa sesak dan perih pada mata. Tidak sedikit orang terinjak-injak karena banyak orang yang berbondong-bondong ingin keluar dari stadiun untuk menyelamatkan diri dari kepulan gas yang ditujukan untuk mereka. Bahkan, untuk mereka yang hanya sekadar ingin melihat tim kesayangannya berlaga di stadiun kandangnya sendiri. 

 Melihat dari berbagai tayangan kejadian yang dikirimkan pun sudah tak kuat rasanya untuk membayangkan bagaimana jika saya berada di dalamnya. Mungkin akan menambah satu angka dari jumlah kantung jenazah yang perlu dikirimkan ke keluarga. 

Fanatisme suporter tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Seperti itulah memang sepak bola. Suporternya ingin tim kesayangannya menjadi terhormat dengan memenangkan berbagai pertandingan yang ada. Tetapi penyelenggara, pemerintah pusat, kemenpora, PSSI, hingga kepolisian yang harus bertanggung jawab saat ini. Mengusut pelaku utama, menanggung kerugian yang dialami oleh korban beserta keluarga, hingga meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas kelalaian besar yang menyebabkan korban berjatuhan karena tidak mampu untuk bernapas di tengah rusuhnya kerumunan dan gas air mata yang tidak dapat terelakkan lagi. 

Bung besar, sudah menerima pesan dari menteri anda? 

Sepertinya anda perlu duduk dengan mereka untuk berkonsolidasi sehingga dapat menghasilkan berbagai solusi untuk mengatasi dampak dari adanya kerusuhan besar ini. Itu pun jika anda memang benar-benar mematuhi konstitusi untuk bertanggung jawab atas hajat hidup warga negara. Tindak tanduk anda untuk peristiwa ini tentu akan dikelilingi oleh banyak pasang mata dan telinga yang siap untuk mencatat apa buah pikir anda untuk mengatasi semua ini. 

Ayo, Bung Besar. Beranjaklah dari rehatmu. Sudah mulai banyak tanda tanya yang berakhir pada pertanyaan ke mana langkah anda akan tertuju. 

Tak lupa, bung. Perlu kita berbela sungkawa atas apa yang terjadi pada beberapa waktu ini. Bukan baliho atau medium apapun yang diperlukan saat ini. Melainkan tanggung jawab anda sebagai nakhoda dari bahtera negara yang berfondasi hukum ini. 

 

Jakarta, 03 Oktober 2022

 

Andi Ilham Razak

Ikuti tulisan menarik Andi Ilham Razak lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB