x

Iklan

Jerpis M.

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 2 Agustus 2022

Selasa, 4 Oktober 2022 07:49 WIB

Motif Penulisan (Jalur Lain Menuju Pangkuan)

di mana letak orisinal sebuah teks karya yang lahir dari sebuah proses pemikiran kreatif seorang penulis yang hibrid ditambah lagi dengan fakta bahwa kita hidup pada abad di mana semuanya sudah pernah ditulis?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Proses kreatif dalam karya tulis baik itu fiksi maupun nonfiksi diawali dari sebuah ide atau gagasan dari pemikiran seorang penulis. Dari mana munculnya gagasan ini? dari mana saja, dari semua yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, dari buku bacaan, koran, pertunjukan, film, musik, sejarah, kultur, sampai kepada pengalaman pribadi yang dialami oleh penulis. Semua yang kita terima itu akan berproses dalam imajinasi pikiran kita yang nantinya akan ditulis menjadi teks sebuah karya tulis. Hal ini menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, di mana letak orisinal sebuah teks karya yang lahir dari sebuah proses pemikiran kreatif seorang penulis yang hibrid ditambah lagi dengan fakta bahwa kita hidup pada abad di mana hampir semuanya sudah pernah ditulis?

Adalah Julia Kristeva, kritikus sastra, mengembangkan pendekatan intertekstual yang merupakan pendekatan untuk memahami sebuah teks karya sebagai sisipan dari teks-teks lain; menghubungkan teks terdahulu dengan teks saat ini, dalam hal ini teks yang dimaksud bukan hanya teks tulisan namun juga lisan (adat istiadat, kebudayaan, agama, dll). Terdapat beberapa prinsip dasar pada pendekatan intertekstual dan dalam konteks pertanyaan di atas hanya akan membicarakan salah satunya saja yaitu motif penulis.

Motif penulis -menurut pendekatan intertekstual- tidak dapat dipisahkan dari sebuah teks. Ketika seorang penulis hendak menulis karya gagasannya dia akan menyaring bahan bacaannya sesuai dengan motif penulisannya yang nantinya akan dikembangkan berdasarkan kemampuan intelektual penulis dalam proses kreatifitas pemikirannya. Pada lalu-lintas intelektual seorang penulis inilah orisinalitasnya terletak dan juga teks yang dihasilkannya bukanlah sebuah epigon dari teks-teks terdahulunya melainkan respon simpatik dari suatu pembacaan teks tersebut -terlepas dari apresiasi atau perlawanan seorang penulis pada sebuah karya terdahulu itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Dalam teks karya puisi sebagai contoh, pembaca akan disuguhkan referensi bacaan dan atau sebuah nama oleh penulis -sebagian penulis lain tidak memberi referensi atas dasar konteksnya sudah umum dikalangan target pembacanya- agar para pembaca dapat menelusuri teka-teki untuk menemukan konteks dari motif penulisan karya teks tersebut dengan cara membandingkan antara karyanya dengan referensi yang diberikan tersebut. T. S. Eliot, Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono pun juga melakukan hal ini.

 

Terakhir sebagai penutup saya akan berikan contoh intertekstual dari dua buah puisi karya dua penyair kondang Indonesia tanpa penjelasan lebih lanjut, dimaksudkan untuk para pembaca menganalisa secara mandiri, sebagai berikut:

Kabut

Siapakah yang tegak di kabut ini.

Atau Tuhan, atau kelam:

Bisik-bisik lembut yang sesekali

Mengusap wajahnya tertahan-tahan

 

Kepada siapakah kabut ini

Telah turun perlahan-lahan:

Kepada pak tua, atau kami

Kepada kerja atau sawah sepi ditinggalkan

Goenawan Mohamad, 1963

 

Kabut Pagi

"siapa berbisik di seberang kabut?"; kita berjalan

mencari batas kabut pagi

menyusup suara burung bernyanyi, di sela pohonan

berdering pada berkas-berkas cahya matahari

 

ketika menyeberang sungai kau berkata, "siapa

berbisik di seberang kabut?" sementara kabut pagi

semakin susut, menipis risik

dan terbit sunyi. Hutan kecil di bawah matahari

Sapardi Djoko Damono, 1970

Ikuti tulisan menarik Jerpis M. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler