x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Minggu, 9 Oktober 2022 14:45 WIB

Ada Tiga Aturan Menulis Novel, Sayangnya Tidak Ada yang Tahu Apa Aturannya

Banyak orang memiliki teori tentang cara menulis novel. Tapi apa kata Sommerset Maugham tentang ini? Mari baca sampai tuntas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada Tiga Aturan Menulis Novel, Sayangnya Tidak Ada yang Tahu Apa Aturannya

Bambang Udoyono, penulis buku

 

There are three rules for writing a novel. Unfortunately no one knows what they are. (Somerset Maugham)  Ada tiga aturan untuk menulis novel. Sayangnya tak seorangpun tahu apa aturan itu.  Demikian kata Somerset Maugham.  Mungkin Anda membatin siapakah Somerset Maugham? 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

William Somerset Maugham (1974-1965)  adalah seorang penulis kondang dari Inggris. Dia lahir di Prancis kemudian mendapatkan pendidikan di Inggris dan Jerman.    Dia kuliah di fakultas kedokteran dan sempat bekerja sebagai dokter. Tapi kemudian dia juga pernah bekerja di intelejen sebelum dia bekerja sebagai penulis sepenuh waktu.

 

Karyanya meliputi naskah sandiwara, cerpen dan novel.  Karya novel pertamana berjudul Liza of Lambeth.  Disusul kemudian The Magician. Sedangkan karyanya yang dianggap sebagai masterpiece berjudul Of Human Bondage, The Razor’s edge, The Moon and Sixpence.

Lantas apa kira kira maksud quotenya?

 

Tafsir saya sederhana saja.  Dia menganjurkan para penulis agar tidak fokus pada segala macam aturan menulis dan tatabahasa.  Dia menganjurkan penulis untuk fokus pada gagasan pokoknya.  Saya ingin meminjam istilah yang lazim dipakai di dalam seni lukis.  Di sana ada aliran naturalisme.  Di aliran ini para pelukis menggambar obyeknya sepersis mungkin. Mereka berpegang ketat pada pakem.  Di sisi lain ada aliran ekspresionisme, abstrak, pointilisme dll.  Mereka tidak mau terikat oleh pakem naturalisme.  Affandi dari Yogya melukis dengan jari tangan, tanpa kuas.  Lukisannya tampak semrawut,  meskipun demikian gregetnya sangat terasa.  Keindahannya tetap sangat kuat.  Kalau Anda melihat dari sudut pAndang aliran naturalisme ya gaya dia kurang bagus.  Demikian juga Pablo Picasso, pelukis kondang dari Spanyol.  Lukisannya sepintas juga aneh tapi memiliki greget yang sangat kuat. 

 

Dulu puisi juga terikat ketat sekali dengan pakem.  Di tahun 1940’an Chairil Anwar mendobrak kelaziman itu dengan menulis puisi bebas.

 

Dulu seni tari klasik Jawa juga sangat ketat berpegang pada pakem.  Bagong Kussudiardjo mendobraknya dengan menciptakan tarian gaya baru. 

 

Mengapa novel tidak?  Saya kira Anda lebih baik memakai pendapat Somerset Maugham.  Tidak usah fokus pada pakem.  Fokuskan saja perhatian Anda pada gagasan pokok Anda.  Kembangkan saja. 

Resikonya ada juga.  Orang yang berpegang pada pakem akan menyanggah dan mungkin memusuhi.  Tapi kalau Anda sudah mantap dengan gagasan sendiri ya pantang mundurlah.

 

Boleh saja belajar dari penulis terkenal yang Anda kagumi karyanya. Semua penulis memang belajar pada orang lain. Semua orang pasti memiliki role model. Semua orang pasti terpengaruh oleh tokoh yang dikaguminya. Tapi temukan dan kembangkan gaya khas Anda sendiri. Jati diri Anda sudah memberikan kekhasan itu. Latar belakang sosial budaya, pendidikan, pengalaman, semuanya membentuk diri Anda. Itulah modal utama untuk menjadi penulis.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB