x

ilustr: SlidePlayer

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Senin, 10 Oktober 2022 19:28 WIB

Fenomena Aneh Tapi Nyata Hilirisasi Aspal Buton

Hilirisasi Aspal Buton seharusnya sudah dilaksanakan sejak tahun 2015. Tetapi mirisnya sampai saat ini masih belum juga kunjung terwujud. Inilah adalah fenomena “aneh tapi nyata” Hilirisasi Aspal Buton. Apa lagi baru-baru ini, pak Jokowi sudah menargetkan 2 tahun lagi Indonesia stop impor aspal. Apakah rakyat masih percaya? Apakah pak Jokowi masih ingat bahwa pada awal tahun 2015 yang lalu, Pak Jokowi sudah pernah menginstruksikan kepada semua jajaran Kementerian-kementerian terkait untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton. Apakah mungkin 2 tahun lagi Indonesia stop impor aspal? Sedangkan “Road Map” untuk membangun dan mengembangkan industri Hilirisasi Aspal Buton baru mau akan dibuat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aspal Buton untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1924. Jadi 2 tahun lagi, aspal Buton akan genap berusia 100 tahun, atau 1 abad. Apakah ada perubahan antara aspal Buton pada tahun 1924 yang lalu dengan aspal Buton pada tahun 2024 nanti? Kelihatannya tidak akan ada perubahan. Aspal Buton ternyata tetap sama. Tidak ada yang berubah. Yang berubahnya hanyalah zamannya saja. Pada tahun 1924, Indonesia masih zaman dijajah oleh Belanda. Sedangkan pada tahun 2024, Indonesia sudah berada di zaman merdeka. Mirisnya, aspal Buton masih belum juga mampu dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia sesuai dengan UUD’45, Pasal 33, Ayat 3. Aneh bukan? Tapi nyata.

Pada tanggal 27 September 2022, Bapak Presiden Joko Widodo sudah datang mengunjungi Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Pak Jokowi kaget bahwa selama ini Indonesia telah mengimpor aspal dalam jumlah yang besar sekali (5 juta ton per tahun?). Sedangkan di Pulau Buton terdapat deposit aspal alam jumlahnya sangat melimpah. Pak Jokowi menargetkan 2 tahun lagi Indonesia akan stop impor aspal. Padahal pada awal tahun 2015, Pak Jokowi sudah pernah menginstruksikan kepada semua jajaran Kementerian-kementerin terkait untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton. Tetapi setelah 8 tahun pemerintahan Pak Jokowi berjalan, instruksi untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton tersebut masih belum juga terwujud. Aneh bukan? Tapi nyata.

Pemerintahan Pak Jokowi telah mampu membangun infrastruktur jalan-jalan Tol sepanjang ribuan kilometer di seluruh wilayah Indonesia. Tetapi membangun industri Hilirisasi Aspal Buton saja masih belum bisa. Rasanya fakta-fakta ini tidak bisa dijelaskan secara akal sehat, dan dapat diterima oleh nalar kita. Namun benar-benar terjadi. Aneh bukan? Tapi nyata.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana cara kita menyikapi fenomena “Aneh tapi nyata” dari Hilirisasi Aspal Buton ini? Sehingga akan menjadi sebuah paradigma baru yang masuk akal, dan dapat dicerna oleh pemikiran logika yang cerdas dan sehat.

Faktor-faktor yang mendukung industri Hilirisasi Aspal Buton adalah sebagai berikut:

  1. Teknologi Ekstraksi. Untuk dapat mengsubstitusi aspal impor dengan aspal Buton, bahan baku batuan aspal Buton harus diekstraksi terlebih dahulu. Hasil dari proses ekstraksi adalah bitumen murni. Dan dari bitumen murni ini akan diproses lebih lanjut menjadi aspal Buton ekstraksi penetrasi 60/70 yang setara dengan aspal impor. Dengan demikian, faktor Teknologi Ekstraksi merupakan kunci utama keberhasilan dari industri Hilirisasi Aspal Buton. Dan Teknologi Ekstraksi ini sekarang sudah ada sejak lama dan siap untuk digunakan.
  2. Bahan Baku Batuan Aspal Buton. Bahan baku batuan aspal Buton ada 2 jenis. Bahan baku batuan aspal Buton dari daerah Lawele (aspal Buton lunak). Dan bahan baku batuan aspal Buton dari daerah Kabungka (aspal Buton keras). Aspal Buton Lawele cocok digunakan untuk memproduksi aspal Buton ekstraksi penetrasi 60/70. Sedangkan aspal Buton Kabungka cocok digunakan untuk memproduksi Aspal Hibrida. Aspal Hibrida adalah campuran antara aspal Buton ekstraksi dengan Decant Oil dari Pertamina.
  3. Pasar Produk Aspal Buton Ekstraksi. Indonesia mengimpor aspal sejumlah 1,5 juta ton per tahun. Atau senilai US$ 600-900 juta per tahun. Jadi produk aspal Buton ekstraksi ini bertujuan untuk mengsubstitusi aspal impor tersebut. Dengan asumsi 1 buah pabrik ekstraksi aspal Buton memiliki kapasitas 250.000 ton per tahun aspal Buton ekstraksi, maka untuk mengsubstitusi aspal impor sejumlah 1,5 juta ton per tahun, dibutuhkan membangun 6 buah pabrik ekstraksi aspal Buton.
  4. Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah. Pemeritah Pusat dan Daerah sangat mendukung pembangunan industri Hilirisasi Aspal Buton. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk industri Hilirisasi Aspal Buton sudah disiapkan di daerah Lasalimu. Pembangunan infrastruktur jalan-jalan, pelabuhan, serta tata ruang konsesi pertambangan juga sudah menjadi perhatian untuk segera dikembangkan.
  5. Investor. Untuk membangun industri Hilirisasi Aspal Buton dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana yang dibutuhkan adalah untuk membangun pabrik ekstraksi aspal Buton, biaya-biaya lain untuk keperluan penambangan bahan baku batuan aspal Buton, dan transportasi dari lokasi penambangan ke pabrik ekstraksi aspal Buton. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku 1 buah pabrik ekstraksi aspal Buton dengan kapasitas 250.000 ton per tahun, diperlukan batuan aspal Buton sebesar 1,250.000 ton per tahun dengan asumsi kandungan bitumennya 20%. Kalau dana investasi yang dibutuhkan adalah sebesar US$ 100 juta, dan asumsi harga jual aspal Buton ekstraksi sama dengan harga aspal impor pada bulan Oktober 2022 yang sebesar US$ 670 per ton, maka revenue atau omzet penjualan adalah sebesar 250.000 X US$ 670 = US$ 167.500.000. Dengan demikian diperkirakan kurang dari 3 tahun investasi akan sudah dapat baik modal. Tetapi sangat disayangkan sekali. Mengapa sampai saat ini masih belum ada Investor yang merasa tertarik dan berminat?.

Dengan melihat faktor-faktor pendukung industri Hilirisasi Aspal Buton di atas, seharusnya Pak Jokowi tidak perlu terburu-buru menargetkan 2 tahun lagi Indonesia stop impor aspal. Karena untuk mengambil sebuah keputusan besar, 2 tahun lagi Indonesia stop impor aspal, seharusnya dibuat “Road Map” pembangunan Industri Hilirisasi Aspal Buton terlebih dahulu. Dan berdasarkan “Road Map” tersebut akan dapat terlihat dengan jelas seberapa cepat Indonesia akan mampu membangun industri Hilirisasi Aspal Buton. Dan apabila industri Hilirisasi Aspal Buton sudah mulai berproduksi, maka baru kita akan dapat berbicara dan memutuskan kapan Indonesia akan mulai bisa stop aspal impor, dan berapa jumlahnya sesuai dengan kapasitas pabrik yang sudah selesai dibangun.

Sebenarnya membangun industri Hilirisasi Aspal Buton sama dengan membangun industri-industri yang lain. Tetapi mengapa kok kelihatannya membangun industri Hilirisasi Aspal Buton ini sangat sulit dan rumit, sehingga meskipun Indonesia sudah merdeka selama 77 tahun, dan sudah 7 kali berganti Presiden, tetapi industri Hilirisasi Aspal Buton masih belum juga bisa terwujud. Ini adalah fenomena “aneh tapi nyata” Hilirisasi Aspal Buton. Boleh percaya, atau tidak. Semua faktor-faktor pendukung industri Hilirisasi Aspal Buton sudah ada dan siap. Dan secara perhitungan bisnis dan ekonomis, investasi diperkirakan akan dapat balik modal dalam waktu kurang dari 3 tahun. Tetapi mengapa masih belum ada pihak Investor yang merasa tertarik. Hal ini sungguh aneh, bukan? Tapi nyata.

Apabila kita merenung mengenai target Pak Jokowi 2 tahun lagi stop impor aspal, ternyata pemikiran Pak Jokowi ini sangat luar biasa visioner. Mengapa? Karena para Investor yang berminat dan mau berinvestasi di industri Hilirisasi Aspal Buton, sejatinya sekarang ini sedang menunggu. Apakah benar 2 tahun lagi Indonesia akan stop impor aspal?. Apabila benar, maka para Investor akan berinvestasi di industri Hilirisasi Aspal Buton. Tetapi apabila tidak benar, maka para investor akan tertawa. Inilah fenomena “aneh tapi nyata” Hilirisasi Aspal Buton. Ha,ha,ha.  

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler