x

Iklan

Pipiet Palestin Amurwani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Kamis, 13 Oktober 2022 13:37 WIB

Akankah Kurikulum Merdeka Menghasilkan Lulusan dengan Potensi Unggul?

Kurikulum merdeka menuntut guru lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran serta memiliki wawasan yang luas tentang hal-hal terkini sehingga dapat berdiskusi aktif dengan siswa. Dalam proses pembelajaran guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dikutip dari Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana pembelajarannya akan lebih maksimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep serta memperkuat kompetensi.

Dalam proses pembelajaran guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Oleh karena itu guru harus mengenali karakter peserta didik  sehingga dapat menyusun perangkat ajar yang benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan.

Masih dari Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka, keunggulan Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut.

  1. Materi menjadi lebih sederhana, mendalam dan fokus pada materi yang esensial. Oleh karenanya, peserta didik dapat belajar lebih dalam dan tidak terburu-buru.
  2. Lebih merdeka atau guru memiliki keleluasaan untuk mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Sekolah juga memiliki wewenang untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan satuan pendidikan dan peserta didik.
  3. Lebih relevan dan interaktif yang mana pembelajaran melalui kegiatan proyek yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dan mengeksplorasi isu-isu aktual.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, akankah kurikulum merdeka menghasilkan lulusan dengan potensi unggul? Atau sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya yang hanya berorientasi pada nilai-nilai berupa angka. Peserta didik dituntut untuk tuntas di semua mata pelajaran. Sementara ketuntasan pada tiap mata pelajaran diukur dengan batas angka tertentu. Hal itu membuat potensi alamiah yang dimiliki tiap anak terkubur. Energinya habis untuk mengejar nilai yang baik atau bahkan hanya sekedar tuntas di setiap bidang studi.

Setiap anak memiliki keunikan dan potensi masing-masing. Ayah Edy mengatakan dalam buku Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak, “Setiap anak lahir dengan membawa bibit unggul masing-masing.” Konsultan Parenting ini juga mengatakan bahwa bila seseorang bersekolah sesuai potensi, biaya yang dikeluarkan akan menjadi investasi tetapi bila tidak, akan menjadi expenses. Artinya biaya yang dikeluarkan selama mengenyam pendidikan yang tidak berbasis potensi anak hanya akan terbuang percuma.

Guru sebagai orang tua di sekolah harus mengenali profil peserta didiknya. Dalam kurikulum merdeka guru dituntut kreatif dalam menyajikan pembelajaran serta memiliki wawasan yang luas tentang hal-hal terkini sehingga dapat berdiskusi aktif dengan siswa. Dapat dikatakan bahwa guru menjadi kunci keberhasilan terlaksananya kurikulum ini. Namun faktanya, guru khususnya guru di tingkat menengah lanjutan mengajar dengan jumlah jam dan kelas yang cukup banyak sehingga menyulitkan untuk fokus mempelajari profil peserta didik secara detil.

 

Tidak mudah namun bukan tidak mungkin mengubah kebiasaan dari kurikulum sebelumnya. Guru sebagai garda terdepan di setiap perubahan dalam pendidikan mau tidak mau harus belajar. Tidak hanya sekedar mengugurkan kewajiban dan menyelesaikan tuntutan kurikulum. Guru harus mendidik dan mengajar dengan sepenuh hati demi generasi bangsa yang berkualitas dalam keilmuan dan juga berkarakter.

 

Ikuti tulisan menarik Pipiet Palestin Amurwani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler