x

Meteoroids are billions of years old

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 15 Oktober 2022 08:18 WIB

Kiamat Telah Tiba (57): Rigel

Seekor rubah berlari ke halaman pertanian yang gelap. Tidak ada cahaya dari rumah pertanian yang sepi atau dari bangunan luar di dekatnya. Peternakan Blanc Moreau sepi. Tiba-tiba, hewan itu diam menegang, nalurinya mwnangkap sesuatu yang ganjil. Dia melirik bangunan tambahan di sisi jauh dari pekarangan pertanian. Kemudian berbalik dan lari ke arah yang berlawanan. Tidak ada yang melihat benda bercahaya tidak beraturan seukuran koper menerobos keluar melalui atap plastik bangunan luar itu dan kemudian melesat ke langit malam. Beberapa orang di desa terdekat yang melihat cahaya di langit, menganggapnya sebagai lentera Cina.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

9 Mei

 

Seekor rubah berlari ke halaman pertanian yang gelap. Tidak ada cahaya dari rumah pertanian yang sepi atau dari bangunan luar di dekatnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peternakan Blanc Moreau sepi.

Tiba-tiba, hewan itu diam menegang, nalurinya mwnangkap sesuatu yang ganjil. Dia melirik bangunan tambahan di sisi jauh dari pekarangan pertanian. Kemudian berbalik dan lari ke arah yang berlawanan.

Tidak ada yang melihat benda bercahaya tidak beraturan seukuran koper menerobos keluar melalui atap plastik bangunan luar itu dan kemudian melesat ke langit malam.

Beberapa orang di desa terdekat yang melihat cahaya di langit, menganggapnya sebagai lentera Cina.

***

“Kau menikmati ini, bukan?” kataku kepada Mireille saat kami berbaring di tempat tidur pada pagi hari setelah briefing.

“Ya,” katanya, “aku mau melakukannya lagi sebelum kita bangun.”

Aku tertawa. “Bukan itu,” kataku. “Maksudku semua ini, asteroid, mata-mata, intrik.”

“Lucu,” jawabnya. “Dulu wamktu masih muda orang-orang terkadang menyuruhku untuk menjadi diri sendiri. Masalahnya aku tidak tahu siapa aku.”

'Bagaimanapun, sulit untuk bereksperimen dengan cara hidup yang berbeda. Dalam masyarakat kita, norma-norma sosial dan budaya dan kebutuhan untuk mencari nafkah membatasi orang untuk menjadi apa yang dia inginkan. Mereka memaksamu untuk menciptakan kepribadian tertentu.”

"Bagiku, dan kukira juga bagi banyak orang, aku sekarang benar-benar berbeda dari apa yang kurasakan sebelumnya." Dia berhenti sejenak. “Sejak kejadian meteorit, aku merasa benar-benar hidup untuk pertama kalinya. Melawan fanatik gila, penculikan uskup, terbang ke batas ruang angkasa dan mencoba menyelamatkan dunia dari kehancuran tidak pernah diajarkan di sekolah. Aku disarankan untuk mengikuti kursus sekretaris. Apa yang kulakukan sejak meteorit itu adalah aku yang sebenarnya.”

“Kamu luar biasa dan pemberani,” kataku.

"Aku sudah memikirkannya," jawab Mireille. “Dulu, aku tidak pernah berpikir bahwa aku wanita pemberani. Aku sangat berhati-hati. Tapi seperti yang terjadi saat ini, kita semua mungkin akan meninggal dalam lima bulan. Mungkin ini adalah akhir dari kehidupan di Bumi. Jadi tidak ada yang perlu ditakuti.”

Mireille mendekatiku dan merangkulku. “Itu mungkin menjelaskan mengapa apa yang akan kita lakukan sekarang juga jauh lebih baik….”

***

Dua jam kemudian, aku, Mireille, dan Elena makan siang di ruang makan di kamp Moor Ouée.

Vivienne bergabung dengan kami. "Fabrice seharusnya sudah mendarat di Orly," katanya sambil duduk. "Jean-Bédel kembali dengan pesawat militer bersama George Ames."

"George Ames!" ulangku dengan terkejut.

"Sepertinya teman lama kita Ames mencoba membunuh Fabrice yang menyamar sebagai Anda, tapi mereka menangkapnya."

“Apakah Fabrice baik-baik saja?” tanya Mireille.

"Ya," kata Vivienne, "dia memakai rompi anti peluru."

“Mengapa George Ames dibawa ke Prancis?” tanya Elena. "Mengapa orang Amerika tidak menginterogasinya?"

"Presiden Cruz memercayai penasihat keamanan nasionalnya, Sarah Malik, tetapi tidak tahu siapa lagi yang bisa dia andalkan," jawab Vivienne. “Dia tidak tahu stafnya yang mana yang bekerja untuk satu atau beberapa organisasi ultra-rahasia itu. Dia ingin Ames menjauh dari Washington karena dia percaya bahwa Ames diam-diam bekerja dengan satu orang atau lebih di Gedung Putih. Presiden ingin kita menginterogasi Ames untuk menjauhkannya dari orang-orang yang punya agenda berbeda.”

“Mengapa presiden berpikir bahwa orang lain di Gedung Putih mungkin berkolaborasi dengan Ames?” tanya Elena.

"Ketika Jean-Bédel menangkap Ames," jelas Vivienne, "dia juga mendapatkan van yang digunakannya. Ada dokumen di dalam van yang tampaknya menunjukkan bahwa Ames menggunakan nama kode ‘Rigel’, dan bahwa dia berkomunikasi dengan seseorang di Gedung Putih yang menggunakan nama kode ‘Saiph’.”

"Itu menarik," kataku. “Rigel dan Saiph adalah bintang yang menandai kaki Orion, pemburu di langit malam. Artinya mereka tahu sesuatu tentang asteroid itu.”

"Mais oui!" jawab Vivienne. "Semakin kuat alas an kita harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin Ames."

Elena melihat arlojinya, menatapku dan kemudian berdiri. "Sampai jumpa di ruang wawancara setengah jam lagi," katanya padaku. "Sudah waktunya untuk menginterogasi Johansonn."

 

BERSAMBUNG

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler