Kisah seorang Raja bijaksana yang sedang duduk diatas kereta kudanya, sambil memegang secangkir anggur. Cangkir tersebut terbuat dari permata yang berkilauan. Tiba-tiba saja seorang rakyatnya datang menghampirinya dan berbicara kepada Raja, “Wahai yang mulia bolehkah kiranya agar engkau berkenan menghadiahkan cangkir permata itu untukku?”
Tanpa berpikir panjang sang raja langsung memberikan cangkirnya dengan tangan kiri, “Ambillah, ini untukmu”.
Orang tersebut mengkritik, “Engkau raja yang baik tapi mengapa memberi dengan tangan kiri?”
Sang raja menjawab, “Ketahuilah aku memberikannya kepadamu dengan tangan kiri, bukan karena kesombongan. Karena kebetulan cangkir itu berada di tangan kiriku saat engkau memintanya. Jika terlebih dahulu aku pindahkan cangkir itu ke tangan kanan, bisa saja pikiranku menjadi berubah tidak jadi memberikannya kepadamu. Pikiran seseorang dapat saja berubah hanya dalam waktu beberapa detik, dan aku tidak ingin terjebak dalam permainan pikiran seperti itu.”
Mari kita renungkan makna dari kisah diatas. Setiap orang dapat mengambil kesimpulan yang berbeda-beda. Bagi saya adapun makna dari kisah tersebut yaitu; Jangan berpikir ketika hendak berbuat baik, jangan menunda perbuatan baik, dan jangan menilai kesombongan seseorang dari luar, kenyataan sang raja memberikan dengan tangan kiri bukan sombong, karena kesombongan masalah hati bukan apa yang nampak pada permukaan luar.
Ikuti tulisan menarik Hudhurul Qolby Panphila lainnya di sini.