Bismillah.
Dirimu yang begitu polos membuatmu ingin mengetahui dan memiliki segalanya. Sehingga engkau menghabiskan waktu berhargamu untuknya, membuat dirimu lelah karnanya, hingga engkau rela memberikan segala yang engkau punya hanya untuk mendapatkannya. Engkau benar, dunia menawarkan begitu banyak kelezatan sehingga banyak manusia yang lalai dan tenggelam terhadapnya. Hei, bukankah memang seperti itu tabiat seorang manusia pada umumnya? Itu benar, namun apakah kita harus bersandar dengan hal itu? Jawabannya adalah tidak.
Sadarlah, engkau telah sangat jauh tenggelam pada gemerlapnya dunia yang membuatmu lupa akan akhirat. Engkau menganggap bahwa dunia ini adalah segalanya, “tidak ada uang tidak bisa hidup” kata seorang hamba dunia. Hei, bukankah Rabbmu telah menjamin seluruhnya? Mulai dari rezeki, anak, istri, dan seluruh aspek kehidupanmu. Seharusnya engkau tak risau pada apa yang telah Rabbmu tanggung atas dirimu, namun yang harus engkau pikirkan sekarang adalah apa yang akan menjadi tanggungan atas dirimu di akhirat nanti.
Lihat dirimu sekarang, engkau harus kembali kepada Rabbmu sang pencipta atas segala sesuatu. Apakah engkau sudah merasa cukup hanya dengan melaksanakan shalat 5 waktumu itu? Apakah engkau merasa cukup dengan sedekahmu itu? Atau apakah engkau telah merasa cukup dan siap untuk bertemu kepada Rabbmu? Lihat mereka, yang beramal jauh lebih banyak darimu, ibadahnya jauh lebih rajin darimu, dan lebih dekat kepada Rabbmu. Engkau lihat sekali lagi, perhatikan apakah mereka telah merasa cukup dengan apa yang telah mereka perbuat?
Cukup, kembali dan dekatkanlah dirimu kepada rabbmu. Jangan terlalu sibuk di dalam dunia.
Di dalam Al-Qur’an, Surat Al-Hadid ayat 20. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
عْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan,”
Mulai sekarang, cobalah untuk mendekatkan lagi dirimu dengan jauh lebih dekat kepada rabbmu. Meninggalkan dunia yang bersifat fana ini, karna ingatlah meskipun engkau mendapat segalanya di dunia ini, namun tak memiliki cukup amalan untuk di tukar dengan surga milik Allah subhanahu wa ta'ala, maka sungguh engkau termasuk orang yang sangat merugi. Sekarang, jikalau engkau sedang dalam posisi unggul di hal ekonomi, cobalah engkau melihat saudara-saudaramu yang sedang dalam keadaan terpuruk sekarang ini. Engkau memiliki harta, berikanlah mereka sedikit dari hartamu itu, karna selain hartamu menjadi bermanfaat, orang yang engkau berikan sedekah juga akan merasa senang, dapatlah engkau dua amalan yang memiliki pahala yang besar.
Rasulullah bersabda dalam haditsnya :
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).
Wallahua’lam.
Ikuti tulisan menarik Lam Pena lainnya di sini.