x

Status

Iklan

Rachel Aina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Oktober 2022

Rabu, 19 Oktober 2022 19:24 WIB

Literasi Digital: Upaya Preventif Orang Tua dari Paparan Konten Negatif

Universitas Diponegoro mengadakan pembinaan literasi digital sebagai upaya peningkatan bermedia dengan baik bagi anak-anak dan remaja.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Masuknya manusia ke era digital, ditandai dengan hadirnya media baru ini menghadirkan segenap kecemasan orang tua terhadap tumbuh kembang anak-anak mereka. Pasalnya, hasil riset ECPAT pada tahun 2017 menunjukkan cukup banyak anak terpapar pornografi melalui ponsel pintar. Ini tentu meresahkan, kata Ayu selaku dosen Ilmu Komunikasi sekaligus koordinator pengabdian masyarakat departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP.
 
Ibu Yoto, guru TK Pertiwi Tembalang, juga mencemaskan hal yang sama dan ingin mencari solusi untuk mengatasi persoalan tersebut. Ditambah dengan data hasil penelitian Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang menunjukkan 97 persen anak SMA pernah mengakses konten pornografi. Dengan ini, departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP berinisiatif mengadakan pengabdian masyarakat dengan mengusung tema literasi digital di TK Pertiwi Tembalang.
 
“Salah satu tawaran kami adalah orang tua membangun komunikasi lebih tepat dengan anak-anaknya. Melarang mereka menyentuh gadget bukanlah jawaban yag mudah dilakukan,” terang Agus Naryoso, dosen program studi S1 Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP.
 
Dr. Adi Nugroho, yang juga merupakan salah satu dosen Ilmu Komuniasi yang tergabung dalam tim Pengabdian Masyarakat UNDIP, memaparkan kegiatan sharing dengan beberapa orang tua murid TK Pertiwi Tembalang.
 
“Ya, kami disini tidak berkompetensi ahli, makanya tadi saat sharing dengan para orang tua murid, dari mereka malah muncul beberapa gagasan yang cemerlang.”
 
Misalnya Ibu Juni, salah satu orang tua murid yan menghadiri acara pengabdian tersebut, yang menceritakan dirinya mensyaratkan “opsi/klausul” tertentu bagi anak-anaknya untuk menggunakan ponsel. Alhasil, mereka bisa membagi waktunya untuk mengaji di mushola, belajar, dan mengerjakan PR di rumahnya sambil tetap memainkan ponsel di sela-sela waktu.
 
Tidak hanya pembinaan mengenai literasi digital, para dosen ilmu komunikasi juga menawarkan solusi bagi sekolah dengan memberi cara dan strategi kepada siswanya agar mereka lebih memperhatikan permainan edukatif non-gadget. Terkait hal ini, Agus menawarkan beberapa alternatif, misalnya membatasi akses anak pada konten yang hanya sesuai umurnya, mengawasi anak saat bermain gadget, serta memberikan edukasi kepada anak terhadap apa yang boleh dan tidak boleh dimainkan.
 
Sejalan dengan hal tersebut, Ayu menambahkan pola-pola pendampingan secara berkala, karena melarang penggunaan ponsel bukanlah hal yang mudah. “Perlu proporsi penggunaan media pintar dengan permainan sejenis di dunia yang nyata,” katanya.
 
“Pinjamkan ponsel kepada anak-anak sesuai keperluan dan kebutuhannya saja,” tambah Adi, “Ini juga sebagai upaya preventif karena setelah dewasa nanti, mereka sudah terbiasa bermedia dengan baik, karena bukan tidak mungkin jika sembrono nantinya bersinggungan dengan pelanggaran atas UU ITE.”

Ikuti tulisan menarik Rachel Aina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler