x

Digital Photography by Tasch 2020

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Sabtu, 29 Oktober 2022 06:44 WIB

Eskrim Pop Up (14)

Eskrim Pop Up (14). Sebuah puisi, menjadi kenangan, angan tiba, ataupun telah lalu. Sederhana saja. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan, bermanfaat personal ataupun khalayak. Berkisah bening nan indah sublim. Anugerah Ilahi, takkan tergantikan oleh apapun. Hadir, dari kebaikan hati. Salam cinta kasih saudaraku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ngobrol, di Taman Kerikil, sampai di bawah jendela. Hingga cerita dari balik awan. Jauh amat ya ...

I/

Memandangmu dari sudut pandang manapun tetap gerhana.
Jadi maunya aku menghadap kemana ...

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ke sini, temani aku menghitung kerikil berserak. 
Ogah! Lagian kamu ngapain sih menghitung kerikil.

Mau bikin sajak tentang kerikil ... "Oh! Kerikil, mengapakah engkau berserakan," sembari cengarcengir. Ngeledek. "Patah hati ya ... Hua hua huray!"

Enggak! Patah cinta. Mau dilem biru enggak bisa. 
Teriakteriak aja yuk. Sembari naik sepeda. Lepas tangan, kepala mendongak ke langit. Pasti seru deh ...

**

II/

Cinta harus diberi wawasan bermasalah.
Loh! Kenapa gitu. Aneh.

Aneh tapi nyata. Nyatanyata aneh.
Unik dong.

Bukan. Bikin bingung.
Pegangan tiang listrik tuh.

Ogah! Langsung dut dong!
Mati, maksudnya.

Itu! Kecoa ke injek kakimu. Mati. 
Ganteng! Angkatin kakiku ...

Aku, fobia kecoa tau!
(Exit. Kabur)

**

III/

Hahaha ... Hatimu ada di bawah paru dekat pankreas di atas ginjal. Sudah aku bilang. Kangen biarkan jadi tempe atau tahu, hihihi, lalu naik perahu sembari menghitung gemercik air ...

Aku, si ada deh ... Masih ragu, asli atau palsu. Coba kamu hitung mundur usia kita. Sejak kini, berakhir di sesuka maumu, atau, sampai dengan zaman Borobudur juga boleh, hahaha ... Reinkarnasi dong.

Nah, waktu kamu mengejar angin aku berseru "Angin ada di genggamanku!" Lagi-lagi kamu ragu hingga waktu tiba akilbalig. Sembari lompat tali, baru kamu yakin, aku ... Yak ellaah.

**

IV/

Ini gelang karet. Kuncir rambutmu, semrawut dihempas badai kusutmasai. Yuk! Lanjutkan perjalanan, meski berjauhan. Kamu entah dimana, aku, di sudut girang selalu. Tapi, tak pernah lupa ketika kamu bilang jadilah tukang atau.pun insinyur, hihihi, aku, cekikikan. 

Kamu tau ... Aku memilih jadi seniman jalanan paruhwaktu. Duet bersama mesin kereta antar kota juga bus kota, sekalian memburu waktu jadi buruh lepas. Sembari membayangkan kamu kesiangan bangun, hahaha, telat masuk kerja, hihihi ...

**

V/

Nalar, enggak ada di kosong. Gimana sih, kamu bilang menyimpan banyak kangen, itu, penyebabnya. Coba deh menulis di air, 'kan bergelombang susul.menyusul, lebih seru daripada menyoal kosong di antara mozaik hipokrisi ...

Nih ya, aku kirim satu kontainer cinta dari banyak negeri dongeng. Terus buat apa. Kenangan. Boleh-boleh aja. Jangan disimpan. Larungkan risalah, biarkan pergi bersama angin dibawa arus kemana.pun hingga entah.

Serupa melepas perahu kertas di sungai kecil dekat rumahmu. Hujan deras, seperti maumu. Pulangnya aku batukpilek. Kamu terpingkal-pingkal, aku, panas dingin. Iyau!

***

Jakarta Indonesiana, Oktober 29, 2022.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler