Rizal De Loesie
Aku ingin tidur telentang di atas jarum-jarum waktu,
Di tengah deras hujan. Dan kembang taman mekar bersamaan
Dalam gulita cakrawala, mengayuh lautan mimpi
Bersandar di selat matamu
Rinai hujan menjelma tangkai-tangkai puisi
Tak ada gemericik kecuali degub jantung-ku
Aku tabur sepanjang jalanan itu, syair yang masih
be remah diksi. Seperti acak rambutmu ditiup nasib
Pun aku, menyaru perahu pincang di tengah badai
Dari masa teramat purba,
Dari cadas-cadas yang tersandar puluhan tahun
Aku hapal, tiap tiupan angin
Aku hafal suara matahari atau bulan
Di tiap tangkai mawar yang selalu patah
Sepanjang titian rel itu,
Masih tercecer rangkai kisah perjalanan rindu
Jari menyatu di bawah rerintik hujan
Malam perawan.
Mengikuti lingkaran pagar waktu
Di titik yang paling hening
Akankah ku tanak kata-kata maaf
Dengan api lentera dari kejauhan diriku?
Dari kerendahan paling rapuh
Meniupkan bara-bara pada gunung salju
Hingga jangkar yang melilit perahu tak menujumu
Dalam bayang-bayang pekat cakrawala
Di kening, di wajah
Yang memecahkan ombak dadaku
Bandung,
Rizal De Loesie nama pena dari Yufrizal, seorang Pamong Belajar di SKB Kota Bandung, Jawa Barat. Menyukai sastra dan artikel-artikel pendidikan.
Ikuti tulisan menarik Rizal De Loesie . lainnya di sini.