x

Iklan

ɪsᴛʀɪ ʟᴀʀᴀs

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 November 2022

Selasa, 1 November 2022 19:00 WIB

Yang Terasingkan dan yang Tertinggal

Buku adalah jendela dunia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

 “Senjata yang kukuh dan berdaya hebat untuk melakukan serangan maupun pertahanan terhadap perubahan sosial, termasuk perubahan nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan, adalah buku.” -Mochtar Lubis. Sebagaimana kalimat di samping, buku memegang peranan penting dalam kehidupan. Bagaimana tidak, dengan buku kita mampu melihat berbagai macam sendi kehidupan, tentu saja bukan sekedar dilihat, namun ilmu dalam buku itu juga memberi pedoman bagi kita untuk menjalani hidup.

Buku sejatinya adalah sumber kehidupan sekaligus pewaris peradaban. Namun ironis, saat ini buku menjadi barang yang seolah asing bagi remaja. Jangankan dibaca, untuk sekedar menyentuhnya pun ogah-ogahan. Buku menjadi terasing dengan debu tebal yang menutupinya, ia menjadi tertutup bagi siapa saja, ia seolah dilupakan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara itu ada beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dari hasil membaca buku. Dengan membaca buku, kita bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan. Misalnya membaca novel atau majalah. Kita juga bisa mendapatkan hiburan, seperti halnya apabila kita membaca Cerpen. Dengan membaca mampu memenuhi tuntutan intelektual, meningkatkan minat terhadap suatu bidang, dan mampu meningkatkan konsentrasi. 

Menurut Lerner, kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Buku tidak boleh terlihat asing, ia harus diusahakan menjadi dasar kehidupan. Satria Darma mengatakan bahwa buku adalah gudang pengetahuan untuk membangun peradaban. Jadi, membaca buku kunci membuka gerbang pengetahuan dalam membangun peradaban. Memiliki kemampuan literasi yaitu instrumen bagi warga guna berproses sebagai sebuah bangsa berpengetahuan.

Di Indonesia, jika kita melihat hasil ranking PISA 2015 menunjukan posisi Indonesia amat menghawatirkan dalam kegemaran membaca yang bercokol di urutan ke-65 dari 72 negara anggota. Dan indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk masih ‘mau’ membaca buku secara serius (tinggi). Padahal begitu pentingnya kemampuan literasi ini, khususnya untuk mahasiswa sebab literasi dipahami sebagai kemampuan mengakses, mencerna, dan memanfaatkan informasi secara cerdas. Maka hal ini merupakan persoalan yang harus diselesaikan oleh semua stakeholder di kampus maupun pemerintah mulai dari pemerintah daerah sampai pusat serta masyarakat pada umumnya. Ini bisa terwujud apabila semua stakeholder tersebut bersinergi untuk mencapai tujuan yaitu menuju bangsa Indonesia berbudaya literasi setara dengan bangsa-bangsa maju dunia.

Saya berharap ke depan dimulai dari dosen agar mereka sadar pentingnya budaya literasi, kepala direktorat mampu merubah paradigmanya terhadap perpustakaan bukan sekedar tempat menyimpan buku sehingga meningkatkan layanan perpustakaan. Dengan tumbuhnya budaya baca di kampus, diharapkan minat baca masyarakat Indonesia meningkat. Posisi Indonesia selalu berada di posisi bawah dalam beragam survei literasi internasional dapat terdongkrak.

 

Ikuti tulisan menarik ɪsᴛʀɪ ʟᴀʀᴀs lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler