Rizal De Loesie
Kadang,
Ingin ku puisikan hujan yang jatuh di atas tumpukan rindu
matahari terlalu cepat mengemasi semua jejak kunang-kunang
Cukup malam sekejap, perihal malam hanyalah sedetik waktu
Merebahkan segala kesadaran yang disandarkan kepada tuhan
Katamu, hujan hanyalah rintik sendu dalam nyanyian paling syahdu
Dari anak-anak ingatan yang basah.
Jangan bawa lagi tumpukan kata,
Sebab bahuku tak sekuat dulu menahan banyak beban
Jangan menggali terlalu dalam, karena jiwaku letih menahan
Jangan tutup terlalu rapat, karena nafasku tak sepanjang dulu
Ingin ku syairkan suara angin,
Meniupkannya ke atas bara-bara dingin yang hampir padam
Bersebab jalan terlalu tajam di telapak kaki yang menguning
Ranting kering telah melepas segala kemunafikan,
Sebab hidup telah lama dalam rimbunan kata menyesatkan
Masihkah mencari syair antara reruntuhan dan rintihan
Para penanggung nasib ? para pengusung rindu?
Masihkah mengejar angan-angan kecuali kepada Tuhan?
Hidup hanyalah perjalanan yang harus diluruskan
Sejak tetes embun sampai ranting yang patah,
Sebanyak apakah kau kumpulkan untuk saling berbagi
Ingin ku puisikan malam panjang, di atas sajadah
Di atas suara hatiku yang paling dalam.
Mencari diriku antara riuh bisikan ambisi
Mendengarkan kata hati, membenahi hati
Sebab muasal segala hanya dari hati
Hati yang ridha Illahi…
Bandung, 2021
Ikuti tulisan menarik Rizal De Loesie . lainnya di sini.