Euforia Hantu Oksigen di Itaewon

Jumat, 4 November 2022 07:03 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dapat kita bayangkan tragedi kematian di distrik Itaewon, dimana gemeriah acara, gemerlap lampu   disekitar gang-gang sempit dan lalu lalang manusia yang bersilewaran menimbulkan aksi saling dorong, saling injak, serta saling himpit yang membuat acara tersebut sebetulnya untuk euforia malah menjadi malapetaka bagi orang-orang yang ikut memeriahkan perayaan tersebut.

 

Berbicara tentang hantu, tentu setiap orang memiliki aneka perspektif liar yang bersumber dari pengalaman maupun imajinasi masing-masing insan, akan tetapi secara ilmiah sampai setidaknya tulisan sederhana dibuat belum ada gagasan maupun argumentasi logis yang dapat membuktikan berkaitan dengan konsensus ilmiah yang menunjukan kriteria, wujud ataupun bentuk nyata dari hantu, semuanya hanya bersandar pada pengalaman magis ataupun kesaksian-kesaksian yang kebenarannya masih disangsikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, saya tidak tertarik untuk membahas pengalaman ataupun kesaksian dari orang-orang yang mengaku mampu untuk melihat ataupun berelasi dengan wujud tak kasat mata yang dinamakan hantu seperti yang akhir-akhir ini digaungkan oleh beberapa orang di sosial media. Bagi saya semua itu hanya hiburan gelak tawa untuk menemani ruwetnya mengungkap kebenaran kasus Ferdy Sambo. He-he-he, saya bercanda, ya.

Serpihan tulisan dari kedua paragraf diatas sebetulnya adalah pengantar singkat untuk mendalami tragedi Hallowen yang terjadi salah satu distrik di Seoul, Korea Selatan, yang setidaknya menelan 149 nyawa.  Dikutip dari Kompas (30/10/2022) tragedi yang terjadi pada tanggal 31 Oktober tersebut dipicu karena adanya euforia perayaan Hallowen secara masal tanpa menggunakan masker, menilik rekaman yang tersebar di media sosial terlihat ratusan orang memadati beberapa gang sempit di sekitar lokasi perayaan, beberapa orang memadati lokasi, sesak-sesakan serta memicu kepanikan masal dan saling dorong yang membuat situasi tidak terkendali.

Dilansir dari Reuters, Minggu (30/10/2022), jumlah pengunjung yang memeriahkan perayaan Hallowen tersebut ditaksir lebih dari 100 ribu orang, bisa kita bayangkan bagaimana padat dan sesaknya manusia yang ikut memeriahkan perayaan Hallowen di negeri Ginseng tersebut.

Kekurangan Oksigen adalah Hantunya

Secara kronologis, dari beberapa artikel investigasi dan penelusuran jurnalistik yang saya dalami kurang lebih penyebab adanya kematian massal ini dipicu akibat adanya kepanikan, saling berdesakan dan situasi cemas yang merambah dari ribuan orang yang berduyun memaksa untuk keluar lokasi perayaan. Akibatnya, beberapa orang yang diduga meninggal dunia, mayoritas mengalami sesak napas akibat kekurangan oksigen ditengah kerumunan manusia yang memaksa untuk menyelamatkan diri.

Dari uraian kronologis singkat tersebut, saya lebih tertarik untuk membahas mengenai salah penyebab kematian dari tragedi tersebut yakni sesak napas akibat kekurangan oksigen. hssstt…, izinkan saya terlebih dahulu menghirup oksigen agar otak saya tetap dapat berkerja setidaknya sampai tulisan ini selesai.   Dilansir dari situs wikipedia, oksigen adalah salah satu molekul unsur yang tidak berwarna, tidak bebentuk, dan tidak berbau, oksigen menjadi sangat urgen untuk menyokong keberlangsungan hidup manusia, sebab zat ini berfungsi untuk stabilitas kinerja otak,kekebalan tubuh, serta sistem metabolisme biologis tubuh lainnya.

Secara normal manusia bernafas kira-kira sekitar 12-24 kali per menit dengan estimasi tiap tarikan nafas sekitar 3–4-liter udara yang masuk kedalam paru-paru. Jika dikalkulasi, dalam setahun, udara yang dihirup bisa mencapai 9.5-ton dengan 23% udara adalah oksigen. Akan tetapi, konsumsi oksigen akan berlipat jika seseorang berada dalam kondisi sesak, padat dan cemas. Tragedi yang terjadi di negeri ginseng tersebut hemat saya juga diakibatkan oleh minimnya pasokan oksigen untuk menyokong kebutuhan konsumsi oksigen yang berlipat dari orang-orang yang sudah berdesak-desakan untuk menyelamatkan diri, sehingga banyak yang jatuh terkulai karena pasokan oksigen berbanding terbalik dengan konsumsi oksigen.

Dapat kita bayangkan tragedi kematian di distrik Itaewon, dimana gemeriah acara, gemerlap lampu   disekitar gang-gang sempit dan lalu lalang manusia yang bersilewaran menimbulkan aksi saling dorong, saling injak, serta saling himpit yang membuat acara tersebut sebetulnya untuk euforia malah menjadi malapetaka bagi orang-orang yang ikut memeriahkan perayaan tersebut.

Hemat saya, tragedi Hallowen di Itaewon menunjukan adanya kekurangan pasokan oksigen yang berbanding terbalik dengan kebutuhan pengunjung yang saling berdesak-desakan di lokasi perayaan. Bagi saya dari tragedi Hallowen ini  pertanyaanya adalah seberapa banyak oksigen yang harusnya dikonsumsi oleh orang-orang yang mengikuti perayaan tersebut agar selamat?, Dari hitung-hitungan kasar diatas, bagi saya tentunya pasokan oksigen di area perayaan tersebut tentu cukup minim.

Demikianlah keseimbangan alam menjadi sangat signifikan agar kontribusi pasokan oksigen dapat tetap terjaga, kita tidak dapat seenak udel berandai-andai.  Tantan Hadian dalam artikelnya berjudul  Gas Oksigen dan Tragedi Halloween Itaewon mengatakan kompisisi udara ini akan tetap dalam jumlah seperti itu, jika berubah maka akan terjadi ketidakseimbangan dan mengakibatkan bencana bagi manusia.

Dari tragedi perayaan Hallowen di Itaewon ini pada akhirnya saya menemukan hantu yang tidak berwujud, tidak berbentuk dan tidak berbau itu adalah oksigen itu sendiri, sejauh ini referensi hantu saya, ya, itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
jendry Kremilo

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler