x

Photography by Tasch 2022

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Sabtu, 5 November 2022 20:09 WIB

Melatikrisan (9)

PUISI. Bisa kenangan, angan tiba, ataupun telah lalu. Sederhana saja. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Bermanfaat personal ataupun khalayak. Berkisah bening nan indah, sublim. Anugerah Ilahi, takkan tergantikan oleh apapun. Hadir, dari kebaikan hati. Salam cinta kasih saudaraku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Serenade awalmula ... 

Kamu tidak kemanapun. Kalaupun benar. Aku, 'kan tiba di tempat sama. Persis di batas Taman Eden, di antara ketentuan-Nya. Tanda pengenalku ada di samping namamu. Kangen, terpanjang sejak ananda kau titipkan padaku ...

*

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semula. Mungil, terbang sanasini, di proscenium stage, arena stage, thrust stage, and all the stage. Oh! Ya. Balerina ... Rupanya.

Koreografi, memanggil dalam ruang pelatihan, Rama dan Shinta. Seketika terpana mengamati, mengalir estetis, gemulai, alur hutan menari. 

Sang Rama, mengejar Kijang Kencana, berkelit melintasi pepohonan. Sembunyi di celah pencahayaan panggung. Merubah Shinta. Merubah Kijang Kencana.

Cahaya melukis harihari kisah itu. Menyala panggung Opera Rama dan Shinta. Penyutradaraan, makna pendalaman adegan. Konfigurasi gemerlap kostum keindahan. Derap. Langkah. Lompatan putaran. Mencipta bahasa tubuh, kehendak cerita tertulis. 

Gelombang koreografi selembut sukma. Terkesima. Menjerat. Mengikat. Manusia ... Penari ... Ya ... Kamu ... Aku, bego'k tak berkedip ... 

Usai pelatihan. Napasmu berpunggungan seenak maumu ... Bingung. Ada, makna bersandar di punggungku. Girang, dag.dig.dug. Enggak jelas.

*

Swan Lake, Tchaikovsky, hari itu melintas angkasa cahaya panggung. Ekspresionisme lukisan kasih sayang. Kisah kekasih jiwa, tersimpan jernih mata air nurani. 

Benar. Tak terhapus meski bantal guling melipat kepala. Kau sungguh memesona. Siang itu. Di antara kerumunan angsaangsa kecil muridmu. 

Ada makna berbalik, melihatmu seusia mereka. Mungil, melompat sanasini, lucu, tawamu girang. Permen karet dari mulutmu. Melembung meletusletus berisik.

Sepatu balet melekat begitu saja di kakimu. Melepas panjang lompatan waktu. Cerita ibundamu.

*

Tak ada ... Entah untuk apa saling memaafkan, ketika ... Kau suci, tak mengeluh ataupun bimbang ... selekas melembut napasmu ... Meski sesak mendesak keluar jantungku, bisu, membiru ...

Angsa putih. Angsa putih ... Terbang melambung mimpi ... Enggan, melepas kangen, memeluk ... 

**. 

*(Oktober.29.2019.Melatikrisan.RIP)

Jakarta Indonesiana, November 05, 2022.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB