Tutorial #1 Mengobati Kegalauan dengan Puisi Klise - Fiksi - www.indonesiana.id
x

Ilustrasi remaja galau. Pxhere.com

Fadzul Haka

Cuma pengelana lintas disiplin dan pemain akrobat pikiran. Bagi yang mau berdiskusi silakan kontak saya: fadzul.haka@gmail.com
Bergabung Sejak: 2 Desember 2021

Jumat, 11 November 2022 12:50 WIB

  • Fiksi
  • Topik Utama
  • Tutorial #1 Mengobati Kegalauan dengan Puisi Klise


    Dibaca : 538 kali

    Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

    1. Ungkapkan perasaan, tapi hindari membuka bait dengan subjek ‘Aku’.

     

    Komala, aku terkenang padamu

    ketika melintas di Cihideung

    anggrek di antara kembang-kembang berembun

    persis kilau matamu

    diam-diam memburu

    aku tak habis pikir jika rindu

    bisa seperti masuk angin

     

    1. Sisipkan dialog, kenangan, campurkan realitas dan fiksi dalam rasio 1:5.

     

    katamu, “Bawalah aku

    ke tempat paling romantis.”

    kataku, “Pejamkan matamu.”

    dan kutuntun kau

    ke terang lampu

    di perempatan jalan

    ketika seisi kota padam

    dan kukecup bibirmu

    yang membara

     

    1. Ungkapkan rasa frustrasimu. Semakin obscure, semakin baik. Be pretentious if necessary!

     

    orang menyangka aku bisa menulis puisi

    lantaran dirimu

    namun yang sesungguhnya terjadi

    aku mesti kehilanganmu

    dihantui kata-kata yang memenjara

    dalam ruang sepi dan layar kosong

    dan satu per satu perempuan lain

    menyelinap masuk dan keindahan pun

    terlukis dengan campuran bau

    parfum dan anggur

     

    sia-sia saja

     

    1. Tambah lagi bir, arak, atau anggurnya. Kopi dan rokok sebaiknya disimpan untuk mengedit.

     

    di mana aku bisa rehab

    begitu tubuh dan pecahan beling

    saling bercermin

    sayang, tak ada super glue

    apalagi urat emas

    buat menyambung hati yang remuk

    kecuali mabuk

    dan mungkin rubai-rubai Umar Khayyam

    ditambah sedosis halusinasi tengah malam

    yang mengintip dari jendela

     

    1. Utuhkan gagasanmu juga pesan moralnya. Sekali-kali jangan berkhotbah. Puisi modern tidak berkhotbah!

     

    terkadang aku ingin jadi astronom

    dan menamai salah satu bintang dengan namamu

    terkadang juga aku ingin jadi fisikawan

    yang mengenal macam-macam gaya

    merakit roket dan jadi manusia pertama

    yang merindukanmu dari asteroid

    sekali waktu, walau hampir tidak pernah

    mungkin

    sebaik-baiknya pelarian adalah

    isekai

     

    buru-buru aku berlalu

    tetapi apa daya

    rindu telah menagih

    dengan sepenuh kesaktian

    tukang parkir Indomaret

     

    maka kutulis sebuah

    bait:

     

    satu per satu

    kancing terlepas

    pertanyaan kian tak terjawab

    hanya gelora

    sepasang kayu bakar yang bertumpuk

    di perapian

     

    (to be continue)

     

    Bandung, 2022

    Ikuti tulisan menarik Fadzul Haka lainnya di sini.



    Suka dengan apa yang Anda baca?

    Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.




    Oleh: Merta Merdeka

    1 hari lalu

    Bertaruh

    Dibaca : 98 kali




    Oleh: Frank Jiib

    5 hari lalu

    Untuk Adikku

    Dibaca : 122 kali