x

Meteoroids are billions of years old

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 15 November 2022 10:42 WIB

Kiamat Telah Tiba (77): Puisi di Ladang Gandum

"Sesuatu yang terlintas di benakku ketika pertama kali terbang dengan Starcruiser Two," jawab Mireille. “Sinar bermuatan yang digunakan pesawat ini sebagai senjata seperti laser, jadi sama efektifnya untuk jarak jauh, bahkan sampai tujuh puluh kilometer dari sini ke permukaan tanah.”

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Sesuatu yang terlintas di benakku ketika pertama kali terbang dengan Starcruiser Two," jawab Mireille. “Sinar bermuatan yang digunakan pesawat ini sebagai senjata seperti laser, jadi sama efektifnya untuk jarak jauh, bahkan sampai tujuh puluh kilometer dari sini ke permukaan tanah.”

“Jadi, apa yang ada dalam pikiranmu?” tanyaku.

“Sally,” kata Mireille, “menargetkan ladang di Vimi, Lens yang berdasarakan identifikasi di peta kemarin.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Crop circle,” tebakku sambil tersenyum. “Sudahkah Sally mendapat desain pola?”

"Tidak persis," jawab Mireille. “Sally, tolong periksa pesawat, kendaraan, orang, atau apa pun di jalur sinar. Jika semuanya bersih, jalankan polanya.”

Aku melihat empat sinar biru bersinar seperti benang neon mengarah dari starcruiser ke kegelapan di bawah.

“Pola selesai,” Sally segera mengkonfirmasi.

“Apa yang telah kamu gambar?” tanyaku.

'Sally, tolong ambil citra polanya dalam infra merah dan tampilkan gambarnya di kokpit.”

Layar holografik muncul di depan kami di mana sebuah gambar muncul.

Lampu-lampu Vimi bisa dilihat, menerangi jalan dan rumah dalam kesan skala.

Kata demi kata ditulis di tujuh bidang lahan.

Aku membaca puisi itu:

 

On s'est dit qu'il fallait enfin se dévoiler
Regrettant les marques de récolte mystiques du passé
Maintenant, nous y pensons un peu plus
Nous aurions dû écrire en français il y a longtemps
De loin dans l'espace le plus profond nous saluons
Mais parfois même ou de grands vaisseaux spatiaux échouent
À Roswell et sur d'autres sites, nous avons créé les mêmes 
Résultant en quelques crashs malheureux
Vous avez pris notre métier, notre technologie pour apprendre
Tout ce que nous voulons maintenant, c'est leur retour
Nous espérons qu'ils nous reviendront de votre part
L'enlèvement continuera jusqu'à ce qu'ils le fassent !

 

(Sudah waktunya pengungkapan diri, pada akhirnya
Maaf untuk simbol mistik tanaman panen di masa lampau
Setelah menimbang, memikirkan, dan kami memutuskan
seharusnya dari dulu menulis dalam bahasa Prancis kuno
Dari sudut terjauh galaksi kami datang
Tapi bahkan wahana antariksa yang hebat pun gagal
Di Roswell dan lebih banyak situs kami membuat peninggalan
beberapa kecelakaan yang tidak menguntungkan
Kalian mencuri seni kami, teknologi untuk dipelajari
Yang kami inginkan kini hanya satu, kembalikan!
Kami berharap dikembalikan kepada kami segera
Atau penculikan terus berlanjut sampai miloik kami kalian kembalikan!)

 

Aku tertawa. “Géniale,” kataku, “Aku tak tahu kalau kamu seorang penyair.”

Aku terdiam sejenak merenungkan bahwa lelucon ini akan menimbulkan kehebohan media. “Kurasa, dengan keadaan saat ini, kita bisa bersenang-senang menjelang akhir dunia.”

"Kurasa begitu," Mireille tertawa nakal. “Sebaiknya kita bersenang-senang menyambut Armagedon. Aku tidak bisa menolak ide ini ketika kami sepakat untuk melakukan uji terbang, malam ini, sepanjang malam.”

“Apa yang spesial dari malam ini?” tanyaku.

"Orang-orang akan menghubungkannya dengan titik balik matahari pertengahan musim panas lusa."

Mireille menjadi serius sekali lagi. Aku rasa dia punya rencana lain yang belum diungkapkan.

“Oke, Sally,” lanjutnya, “mari kita lanjutkan untuk pengujian keempat, tetapi tingkatkan jumlah yang diperlukan menjadi dua.”

“Uji keempat?” tanyaku, mengalihkan perhatian dari gambar crop circle.

"Ujian lain untuk Anda, Mr. Moreau," Sally menjelaskan. “Untuk kembali ke De Gaulle butuh waktu sembilan puluh menit. Komandan Deschamp membutuhkan dua kali puncak yang menyenangkan dalam periode itu jika Anda ingin tetap berada di pesawat sepanjang perjalanan.”

Mireille berbaring di kasur. “Ayo,” katanya, “waktumu tinggal delapan puluh sembilan menit.”

 

BERSAMBUNG

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler