Setiap keluarga, jelas Rikhard mesti memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga (APBK) sebagai acuan atau pedoman dalam memaksimalkan pemanfaatan asset, misalnya lahan untuk menjadi sumber pendapatan dan APBK juga bisa menjadi pengendali dalam membelanjakan uang, baik untuk memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Dengan cara seperti ini, kita akan mengatur keuangan dengan bijaksana, dimana kita harus mengeluarkan uang sesuai rencana atau kondisi keuangan, tidak besar pasak daripada tiang, atau lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan.
Suami dan isteri, kata Rikhard harus bersama-sama menentukkan APBK dengan cara menulis, menghitung semua jenis dan jumlah pendapatan dan pengeluaran dalam 1 tahun terakhir. Langkah ini dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun APBK tahun berikutnya. Pada pos pengeluaran, menabung menjadi pengeluaran prioritas kemudian disusul dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan sedangkan pengeluaran untuk urusan sosial kemasyarakatan dialokasikan sesuai kemampuan finansial yang ada, jangan memaksakan diri mengeluarkan uang cukup besar urusan sosial kemasyarakatan.
Padahal pengeluaran terus meningkat dan yang paling besar menurut mereka akhir-akhir ini, adalah untuk acara pengumpulan dana pernikahan (kumpul kope) dan Pendidikan (wuat wai) yang diselenggarakan baik oleh keluarga inti, komunitas maupun sahabat atau kenalan. Para Peserta mengaku bahwa pengeluaran untuk acara-acara tersebut sangat berat sebab saat acara berlangsung mereka ditawari untuk membeli daging, sopi dan rokok oleh penyelenggara acara, dan biasanya mereka sulit untuk tidak membeli, mereka merasa tidak enak (nyaman) hati kalau tidak membeli sementara disisi lain mereka tidak memilik cukup uang. Dengan pertimbangan hati (rasa), maka mereka meminjam uang sana sini dengan bunga cukup besar untuk bisa menghadiri acara pengumpulan dana tersebut. Maksudnya baik untuk semakin rekat relasi sosial tetapi berdampak negatif dari segi finansial bagi keluarga-keluarga.
Florianus Jebarus, 45 Tahun, Ketua Kelompok Disabilitas Desa Sang Surya Wade |
Dari fakta-fakta ini, Rikhard menyarankan mereka untuk meningkatkan pemanfaatan aset tanah dengan mengembangan usaha hortikultura dan ternak babi sebab kedua usaha ini berpeluang mendapatkan pendapatan yang cukup besar sebab kebutuhan pasar akan sayur-sayuran dan ternak babi cukup tinggi, terbukti sayur-sayuran kita masih didatangkan dari luar Manggarai. Selain itu, para peserta harus menjadi anggota koperasi kredit untuk menabung uang demi masa depan keluarga dan bisa mendapatkan akses permodalan usaha dengan bunga rendah. “Yayasan Ayo Indonesia punya petani dampingan yang telah berhasil menjalankan usaha sayur-sayuran dengan menerapkan pertanian terpadu antara usaha sayur-sayuran dan beternak babi/kambing. Kunci keberhasilan mereka adalah suami isteri bekerja sama dan fokus menjalankan usaha tersebut. Berharap para peserta bisa melakukan hal yang sama nanti,“ungkap Rikhard.
Dia berharap anggota kelompok yang hadir bisa menerapkan apa yang telah disampaikan oleh narasumber, yaitu meningkatkan pendapatan dan menabung. Meningkatkan pendapatan dengan cara berusaha tani dan beternak babi.
“Kami bersyukur bisa mendapatkan pengetahuan baru tentang cara mengelola keuangan sehingga paska pelatihan ini, kami akan mengadakan pertemuan kelompok untuk membuat rencana kerja kelompok terkait upaya kami untuk meningkatkan pendapatan melalui usaha hortikultura dan beternak babi. Oleh karena itu, kami meminta bantuan Yayasan Ayo Indonesia untuk mengajukan proposal bantuan ternak babi kepada pemerintah daerah untuk mendukung usaha kami ini,“ ujar Florianus salah satu penyandang disabilitas di Desa Persiapan Bangka Wade.
Adolfus Baru, SH penjabat Kepala Desa Persiapan Bangka Wade |
Sedangkan Adolfus Baru, SH penjabat Kepala Desa Persiapan Bangka Wade ketika menyampaikan kata sambutan untuk menutup kegiatan pelatihan tersebut menegaskan agar para peserta pelatihan setelah ini langsung pada aksi terutama untuk upaya meningkatkan pendapatan dengan menanam sayur-sayuran dan beternak.
Pada akhir kegiatan pelatihan para peserta sepakat untuk mengadakan pertemuan kelompok di minggu ketiga nopember guna menyusun rencana kerja dan juga pada saat itu nanti langsung dengan kegiatan buka lahan seluas 2 are dari salah satu anggota kelompok untuk menanam sayur-sayuran.
Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.