x

Photography by Tasch 2022

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Selasa, 22 November 2022 11:39 WIB

Melatikrisan (10)

PUISI. Bisa kenangan, angan tiba, ataupun telah lalu. Sederhana saja. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Bermanfaat personal ataupun khalayak. Berkisah bening nan indah, sublim. Anugerah Ilahi, takkan tergantikan oleh apapun. Hadir, dari kebaikan hati. Melatikrisan (10) sebuah kisah. Salam kasih sayang saudaraku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Matahari di mataair. Rindu pupus mengangan.
 
Pohon buah menerawang di bidang jendela kamar. Menggambarkan dedaunan bergelantungan melambai. Mirip pohon jambu di rumah ibunda. 

"Naik. Naiklah," terpeleset kadang kadang terjatuh. 

Tanganku meraih, menggenggam dahan. Bergelayutan. Menangis. Ibu, berlari sepenuh cinta memeluk. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terima kasih, ibu. Masa itu. Cintamu merembes indah ke sanubari. Girang nian hatiku.

*

Kangen. Ingin pulang melihat masa kecil. Ke taman itu, dolanan petak umpet di antara pepohonan. Jika sulit mencari ibu, aku, berpura pura terisak isak. 

Ibu, menepuk bahu pelahan dari belakang, aku, langsung berbalik melompat memeluk. Riang gembira melihat taman hati berbinar binar secantik di mata, ibu.

*

Yang Mulia Ranying Mahatalla Langit. Bisakah aku kecil lagi. Masuk ke rahim ibu. Aku mau dilahirkan kembali. Ingin bermanja cinta di segala kehangatan kasih sayang ibunda.

"Ibu, masak apa ya hari ini ..." Kaleidoskop. Terhidang di hadapanku.

Pasti, pada jam begini, ayah, sibuk mengolah hidup, usia melewati senja tepi pantai di antara merah meramu jingga ufuk harapan.

Ayah menggendongku di punggung. Melambaikan tangan kuatnya kepada para sahabat pantai, melempar sauh.

*

"Liburan akhir tahun, aku, harus pul.kam ..." 

Semerbak pepohonan berbuah melintas sesaat, dari halaman belakang rumah masa kecil. Taman kupu kupu terhampar rumpun melati tumbuh liar. 

"Ibu? Masih mau ya ... Menangkap satu kupu kupu untukku. Lepaskan di atas telapak tanganku ..."

"Kupu kupu makhluk cantik sepertimu,” suara ibu. Kesabaran itu, sesejuk embun pagi, menenteramkan.

*

Dua adikku menyoraki, menjatuhkan diri menabrak si bungsu berkuda di atas punggungku. Ibu, menangkap si bungsu. Dua kakaknya berebutan menaiki punggungku.

Bau tanah harapan aroma kasih sayang, cinta, senantiasa di antara gelaktawa. 

"I will go home ..."

**

Jakarta Indonesiana, November 22, 2022.

*) pul.kam, pulang kampung.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler