x

Kampung Ujung, Labuan Bajo

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Sabtu, 26 November 2022 09:04 WIB

Sedikit Ganjalan saat Jalan-jalan ke Kota Premium Labuan Bajo, Flores

Kota Labuan Bajo telah berubah menjadi salah satu kota moderen mengikuti selera para wisatawan. Selain berimbas positif, kemajuan industri pariwisata di sini juga berdampak negatif. Banyak orang lokal menjual tanah kepada para investor. Kelak, bagaimana nasib mereka?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kota Labuan Bajo Flores telah berubah menjadi salah satu kota moderen di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Perubahan itu mengikuti selera para wisatawan yang sudah terlanjur jatuh cinta sehingga sesering mungkin mereka datang menikmati panorama pantai yang menakjubkan, pulau-pulau kecil eksotik, atraksi budaya dengan kekhasanya, dan habitat varanus komodo.

 

Hotel-hotel mewah berbintang dibangun di sekitar pantai, Starbuck dan KFC menjadi sasaran orang lokal berduit untuk merasakan lezatnya kedua produk waralaba itu, sekaligus mau menunjukkan gaya hidup sebagai warga kota moderen.


Kampung Ujung, Labuan Bajo/Foto RR

Jalan-jalan dibangun semulus mungkin, dengan aspal berkelas premium tentunya, lalu ada trotoar lengkap dengan palem khas tanaman tropis yang tahan kekeringan. Kita bebas berjalan kaki dengan nyaman di atasnya. Bisa dibilang konsep pembangunan trotoarnya sangat inklusif sebab dapat diakses juga oleh para penyandang disabilitas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Menariknya di sepanjang trotoar tersedia tempat sampah organik dan anorganik, namun masih ada saja warga kota yang membuang sampah plastik di luar tempat sampah yang telah disiapkan. Warga kota macam ini perlu dibangun kesadarannya tentang kebersihan. Kota harus bebas dari sampah agar para wisatawan merasa nyaman.


  

Kita diingatkan kembali bahwa wisata premium (artinya yang berkualitas, menurut kamu besar bahasa indonesia) mengacu kepada layanan yang berkualitas tinggi, lokasi kunjungan bebas dari sampah yang berserakan, ada sikap keramah tamahan, kental dengan keunikan alam, sosial dan masyarakat. Dengan begitu, para wisatawan bisa mendapatkan pengalaman bernilai tinggi dan pasti mereka akan wisata berkali-kali (pariwisata) atau berkelanjutan sehingga berpeluang secara ekonomi bagi orang lokal.


Konon perubahan wajah kota Labuan Bajo memang dirancang jauh sebelumnya oleh pemerintah pusat, diperuntukkan untuk perhelatan Internasional KTT negara G20 selain untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata premium. Namun pada kenyataannya tidak demikian karena KTT G-20 dilaksanakan di pulau dewata Bali dari tanggal 15-16 Nopember 2022.
 
Perubahan memang membawa dampak positip dan negatif. Tidak bisa dielakkan dua hal ini pasti terjadi. Beberapa sisi positipnya adalah tersedianya peluang kerja bagi orang lokal, market bagi produk-produk pertanian dan kerajinan tangan terbuka lebar. Geliat ekonomi dari kemajuan industri pariwisata dipastikan membawa keberuntungan tentu hanya bagi orang yang rajin, cekatan dalam membaca peluang untuk mendapatkan keuntungan ekonomis dari kemajuan yang sudah sedang berlangsung itu.
 
 
Secara kasat mata terlihat gerobak-gerobak kayu yang menjajakan aneka jenis minuman segar dan kuliner mudah dijumpai di pinggir jalan. Jumlah warung makan aneka masakan khas Nusantara terus meningkat, walau tamu yang datang masih sedikit dibandingkan situasi sebelum pandemi Covid-19. Tercatat berdasarkan data BPS Kabupaten Manggarai Barat jumlah tamu saat itu mencapai 178 ribu orang.
 
 
Pandemi Covid-19 telah menghalangi atau membatasi wisatawan untuk berkunjung. Dampaknya, pendapatan para penyedia jasa hilang. Tentu kita semua berharap situasi ini bersifat sementara saja. Mungkin kini ada kerinduan kolektif dari mereka yang telah jatuh hati pada Labuan Bajo, kota premium. Rindu duduk-duduk berlama-lama di pantai berpasir berwarna pink. Jalan kaki di Kampung Ujung, melihat komodo di Loh Buaya dan di Pulau Komodo, jalan-jalan menggunakan boat ke pulau-pulai kecil yang lain.



Di sekitar Lancang

Akan tetapi paska pandemi Covid-19 situasi pasti berbeda, dimana tamu-tamu domestik dan manca negara dalam jumlah banyak akan berwisata ke Kota Premium. Kita semua berharap pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga Labuan Bajo kembali menjadi ladang uang bagi orang lokal. Para guide kembali sibuk mengantar tamu, petani dan perajin menjadi sejahtera, usaha kos-kosan bisa menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan dll.
 
 
Tetapi yang perlu dikuatirkan sekarang ini adalah maraknya penjualan tanah kepada para investor. Penanam modal semakin banyak datang ke kota premium untuk kepentingan bisnis. Mereka berupaya meraup rupiah sebanyak mungkin sebab  kota premium menjanjikan keuntungan jangka panjang bagi para pemodal.
 

Saya melihat hal itu selama melakukan perjalanan pada Juli 2021. Menggunakan mobil Avanza dari Kampung Ujung menuju Pelabuhan Multipurpose Wae Kelambu hingga lintas luas arah ke Lancang, saya melihat banyak jumlah plang bercat putih bertulis: "Tanah ini telah dimiliki oleh si A"  atau  "Tanah ini dijual, hubungi kami di nomor 082XXXXX". Jumlahnya sekitar 40-an buah. Plang-plang itu terlihat di pinggir jalan. Itu adalah lokasi tempat masyarakat lokal hidup dengan budayanya.
 
Lalu awal Oktober 2022, saya kembali melakukan perjalanan mengendari sepeda motor mio bekas milik seorang sahabat di Labuan Bajo. Dari titik start yang sama, melewati Wae Kelambu hingga Lancang, meski udara yang terasa panas. Saya dan Lionel Bayani Putra De Meron mencoba menghitung kembali plang-plang konfirmasi kepemilikan lahan di sepanjang area yang dilalui. Kami cukup mengaget, kini jumlahnya bertambah banyak. 
 
 
Kami heran.  Hal ini agak mengganggu pikiran. Mengapa mereka menjual tanah milik dari anak cucu mereka? Mengapa mereka tidak memanfaatkan saja lahan itu, misalnya ditanam pohon, buah-buahan, sayur-sayuran untuk pasar umum pariwisata? Apakah mereka menjual tanah karena tidak berdaya secara keuangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga? Atau barangkali mau menjadi orang kaya baru?
 
 
Pertanyaan berikutnya, anak anak dan cucu-cucu mereka nanti akan membangun rumah atau berkebun di mana? Padahal jika tanah itu dikontrakkan para pemiliknya masih bisa mendapatkan passive income.
 
 
Akan lebih bijaksana juga jika mereka mengembangkan usaha penginapan sederhana atau kos-kosan bekerjasama dengan perbankan atau Koperasi Kredit, ini sangat masuk akal sebab kedua usaha tersebut sangat prospek menjadi sumber penghidupan.
 

Masyarakat harus segera diberi kesadaran untuk tidak menjual tanah karena masih ada alternatif lain guna mendapatkan uang bagi kehidupan keluarganya. Hal ini menjadi tanggungjawab pemerintahan untuk melindungi warga negara. Tidak boleh ada warga yang termarginalisasi akibat kemajuan pembangunan. Negara wajib menjamin kesejahteraan mereka. 
 
 
Ketidakberdayaan masyarakat untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan mesti diperhatikan serius oleh pemerintah. Lembaga-lembaga non pemerintah dan lembaga agama sebaiknya tidak boleh tinggal diam, keduanya bisa mengambil peran untuk melakukan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat berbasis pertanian dan peternakan. Aset milik masyarakat dalam bentuk tanah harus produktif.
 
 
Masyarakat diberi pelatihan keterampilan dan mengubah pola pikir. Mental instan untuk mendapatkan uang diubah jadi mental kewirausahaan (entrepreunership), sebab yang bisa bertahan dalam kemajuan pembangunan ke depan hanyalah orang-orang yang memiliki mental entrepreunership. Hanya para wirausaha ini saja yang dipastikan mendapatkan keuntungan dari kemajuan industri pariwisata premium di Manggarai Barat.

Pengalaman sehari di kota premium sangat berarti untuk belajar dan berpikir reflektif. Sebab dalam benak selalu ada semacam gangguan untuk berpikir, siapa sih yang mendapatkan keuntungan dari kemajuan pembangunan di sektor jasa pariwisata saat ini di kota Labuan Bajo?

Akhirnya, kami kembali ke Ruteng dengan menumpang minibus premium. Premium menjadi branding, tapi dalam perjalanan mata saya masih menangkap obyek yang sama: plang-plang bertulis tanah milik si A, tanah dijual hubungi di 08xxxxx;  di kiri kanan jalan.
 
Sudah semakin parah. Tapi mau bilang apa? Apakah semua gara-gara kekurangan uang?
 
Penulis : Richard Roden Urut
 
Segalas Kopi Arabika Mangarai Flores

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler