x

Sumber ilustrasi: straitstimes.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 28 November 2022 18:17 WIB

Pada Pemakaman Pengarang Novel Romansa Ternama

Mereka berkumpul mengelilingi kuburan memakai seragam: jas dan gaun panjang yang melambai. Saat peti mati diturunkan ke kuburan, semua tokoh ciptaannya menunggunya. Dia bangkit, seperti yang mereka tahu. Dia harus, begitu semua yang hidup telah pergi. Dia tidak seperti dia di akhir hidupnya, tetapi saat dia berada di masa jayanya. Rambut ikalnya kokoh melawan cuaca, dagunya terangkat menantang. Mereka berteriak-teriak di sekelilingnya hanya dengan satu pertanyaan: Mengapa kami tidak pernah diizinkan berhubungan seks?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mereka berkumpul mengelilingi kuburan memakai seragam: jas dan gaun panjang yang melambai. Saat peti mati diturunkan ke kuburan, semua tokoh ciptaannya menunggunya.

Dia bangkit, seperti yang mereka tahu. Dia harus, begitu semua yang hidup telah pergi. Dia tidak seperti dia di akhir hidupnya, tetapi saat dia berada di masa jayanya. Rambut ikalnya kokoh melawan cuaca, dagunya terangkat menantang.

Mereka berteriak-teriak di sekelilingnya hanya dengan satu pertanyaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Mengapa kami tidak pernah diizinkan berhubungan seks?”

Ini adalah kebutuhan yang paling mendasar, beberapa dari mereka berpendapat. Itu adalah hal yang membuat kita terus maju, kata yang lain. Tanpa itu tidak akan ada ras manusia. Ini adalah dorongan dasar dan terkuat. Mengapa kami ditolak, tanya yang lain.

Dia hanya menatap mereka, bertemu dengan tatapan mereka: wajah demi wajah, peringkat demi peringkat, menciptakan ribuan tokoh yang menunggu secara bergantian. Dia menatap mereka sampai masing-masing dari mereka memalingkan muka.

"Kalian malu-maluin," katanya kepada mereka. "Kalian tahu jawaban untuk pertanyaan kalian, bahkan sebelum kalian menanyakannya."

Dia menunggu dalam keremangan, tapi tak satu pun dari mereka bergerak atau mengucapkan sepatah kata jua.

“Aku memberi kalian cinta tanpa komplikasi. Aku memberi kalian cinta yang lebih besar dari fisik, lebih besar dari tubuh, lebih besar dari kehidupan. Aku memberi kalian sesuatu yang begitu agung, begitu indah, begitu sempurna sehingga kalian tidak akan pernah merasakan hal seperti itu dalam kehidupan nyata.”

“Tapi itulah yang kami inginkan. Kami ingin menjadi nyata,” sela sebuah suara.

Dia melanjutkan tanpa jeda. “Dan aku membuat kalian menjadi sesuatu yang lebih dari nyata. Kalian adalah orang-orang yang dikagumi dan diharapkan oleh pembaca untuk ditiru. Aku menjadikan kalian karakter yang tidak akan pernah dilupakan dan yang kemurniannya akan membara selamanya dalam keabadian. Faktanya, kalian bukan tokoh biasa. Kalian adalah cinta! Dan alasan apa yang lebih baik untuk eksis?”

Saat dia berbicara, dia melihat dari satu ke yang berikutnya, ke yang berikutnya.

"Ada lagi pertanyaan bodoh berikutnya?" dia bertanya.

 

Bandung, 28 November 2022

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB