x

Radikalisme

Iklan

Nendy Suwandi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Desember 2022

Rabu, 7 Desember 2022 15:47 WIB

Mencegah Radikalisme Dalam Diri

Bagaimana seseorang bisa terpapar paham radikal? Biasanya bermula dari kekecewaan, amarah atau kesedihan mendalam. Lalu dia mencari pembenaran atas tindakan tak terkontrolnya. Dunia kerja dan kmpus mestinya bisa mencegah penyebaran paham radikal

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Radikalisme pada mulanya adalah tindakan keras terhadap perbedaan dan penentangan juga perlawanan terhadap kelompok lainya. Namun di bangsa ini radikal lebih identik dengan tindakan intoleran terhadap orang lain yang berbeda dengannya, bisa karena politik atau pemahaman agama yang dangkal. Pemikiran radikal dipicu oleh egoisme dan pemahaman yang salah terhadap konteks suatu informasi yang dicerna secara mentah.

Bagaimana seseorang bisa terkena paham radikal? Yang, pertama, dari kekecewaan, amarah, di liputi kesedihan dan emosi yang tidak terkontrol. Hal itu dapat menyebabkan seseorang tidak dapat berpikir jernih. Imbasnya dia mencari sesuatu yang membenarkan kekecewaan dan tindakan terhadap sesuatu yang dibaca di media sosial.  Egoisme akan terus menggiring dia untuk menggali informasi yang membenarkan informasi awal. 

Seorang yang radikal akan menutup diri dari informasi yang berlawanan. Mereka lebih percaya informasi yang diyakini saja, karena nafsu telah menguasai mereka. Hal itu sangat berbahaya bagi dirinya maupun orang lain, ketika hasilnya adalah membenarkan tindakan kekerasan atas nama apapun. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu bagaimana cara mencegah seseorang atau diri kita sendiri untuk terhidar dari sifat radikal dan intoleran:

1. Menyaring Informasi 

Pertama, selalu menyaring setiap informasi dari media sosial, baik berupa gambar, vidio dan teks yang kita baca. Selalu mencari referensi lain atau kebenaran lain yang mengutamakan logika. Hindari mengambil informasi dalam kondisi batin kita kecewa, sedih maupun amarah karena dapat membawa kita kepada kesesatan berfikir logis.

3. Bertanya Pada Ahlinya 

Kebebasan informasi di media sosial dapat memicu situasi uncontrol. Misal, pada tahun 2009 s/d 2012 banyak informasi dari internet yang kebenaranya masih diragukan, namun pemerintah tidak siap membendungnya. Hingga pada akhirnya informasi itu mentah-mentah di terima oleh masyarakat kita, sebagai contoh berita terkait ISIS, yang menjadikan beberapa warga pindah ke Suriah atas dasar kekecewaan mereka. Jika sejak awal pemberitaan itu dapat diredam oleh pemerintah dengan melibatkan ulama-ulama, mungkin kejadian di atas tidak akan terjadi.

Maka penting selalu menanyakan sesuatu informasi yang didapat kepada ahlinya untuk menguji kebenaran. Kalau tidak, informasi yang mentah akan menjadi kebenaran yang valid dan tak bisa dibantah lagi.

2. Pergaulan Dengan Perbedaan

Tak dapat dipungkiri mereka yang radikal dan intoleran akan menutup diri terhadap sesuatu yang berbeda dari pemahaman maupun kelompok. Jadi, untuk menghindari hal itu bergaulah dengan kalangan, suku, da agama yang berbeda. Hal itu membuat mereka saling mengenal satu sama lain tanpa ada kecurigaan,

Hal itu dapat kita temukan pada lingkungan kuliah dan kerja, di mana dalam satu ruangan ada berbagai agama berbeda dan karakter juga berbeda.

Dunia kampus berperan penting dalam meminimalisir penyebaran paham radikal, karena di sana wahasiswa- mahasiswi berbeda latarbelakang agama, suku dan saling mengenal. Hal itu dapat mencegah pemikiran yang tertutup dan pemahaman yang dangkal.

 

Ikuti tulisan menarik Nendy Suwandi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler