x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Rabu, 14 Desember 2022 05:53 WIB

Masih 9,24% Usia 45 Tahun ke Atas Buta Huruf, di Mana Peran Taman Bacaan?

Kok masih ada kaum buta huruf di zaman serba digital seperti sekarang? Beginilah peran taman bacaan di kaki Gunung Salak dalam pemberantasan buta huruf kaum ibu-ibu

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di tengah era digital yang begitu ekspansif, ternyata masih ada kaum buta huruf. Ironis dan memprihatinkan. Sekalipun tren angka buta huruf (ABH) terus menurun sejak 1994, namun Indonesia belum terbebas dari kaum buta huruf. Faktanya, masih ada sebagian penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis kalimat sederhana dalam huruf latin, huruf arab, dan huruf lainnnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut masih ada 9,24% penduduk Indonesia berusia 45 tahun ke atas yang buta huruf pada 2021 (Masih Ada 9,24% Penduduk Usia 45 Tahun ke Atas yang Buta Huruf pada 2021 (katadata.co.id)). Sementara secara nasional, ada 3,96% penduduk dewasa Indonesia yang buta huruf pada 2021. (Ada 3,96% Penduduk Dewasa Indonesia yang Buta Huruf pada 2021 (dataindonesia.id)

 

Buta huruf merupakan ketidakmampuan membaca dan menulis. Ketidak-berdayaan pendidikan jadi sebab. Akibat tidak sekolah atau tidak punya akses untuk belajar baca-tulis. Belum lagi, “kantong-kantong daerah” buta huruf belum terjamah hingga kini. Sementara program pemberantasan buta aksara pun masih terkendala dari berbagai sisi. Lalu, siapa yang akan membantu kaum buta huruf di Indonesia untuk terbebas dari belenggu buta aksara?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Berangkat dari realitas itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, sejak 2019, telah melakukan aktivitas Gerakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA), sebuha program pemberantasan buta aksara yang diikuti 9 kaum ibu dari keluarga prasejahtera. Selain menjalankan program berbasis inklusi sosial, TBM Lentera Pustaka berkontribusi secara aktif dalam pemberantasan buta huruf. Alhasil kini, semua warga belajar buta aksara sudah melek huruf. Mampu membacawalau kurang lancer dan bisa menulis kalimat yang sederhana. GEBERBURA, sejatinya menjadi bukti peran taman bacaan secara sosial dan sebagai implementasi inklusi sosial untuk lebih proaktif dalam membantu individu yang tidak memiliki akses belajar amupun buku bacaan.

 

Di TBM Lentera Pustaka, warga belajar GEBERBURA tingkat pendidikannya 33% tidak sekolah dan 67% tidak lulus SD. Maka di TBM Lentera Pustaka, mereka secara rutin seminggu 2 kali belajar baca tulis. Tentu tidak mudah, namun tetap terus berjalan. Jujur saja, menjaga semangat belajar di kalangan kaum ibu memang tidak mudah. Apalagi puluhan tahun, mereka tidak punya akses belajar membaca dan menulis. Mulut dan lidahnya sangat sulit menyebut huruf, bahkan tangannya pun kaku saat harus menulis di buku. Kegiatan belajar pun bersifat informal, perlu cara kreatif dan sikap pantang menyerah dalam pemberantasan buta huruf. Di GEBERBURA TBM Lentera Pustaka, warga belajar pun diberi "hadiah" berupa seliter beras atau mie instan untuk memotivaai agar tetap rajin datang belajar baca tulis.

 

"Alhamdulillah setelah 3 tahun berjaln, hingga kini aktivitas benrantas buta aksara GEBERBURA TBM Lentera Pustaka tetap berjalan. Kami proaktif dalam agar kaum ibu warga belajar benar-benar bisa melek baca dan tulis. Terus terang, aktivitas berantas buta huruf ini menjadi bagian TBM Lentera Pustaka dalam wujudkan kiprah nyat kepada masyarakat sekitar. Literasi itu untuk semua " ujar Syarifudin Yunus, Penggagas GEBERBUTA dan Pendiri TBM Lentera Pustaka di Bogor (13/12/2022).

 

Melalui metode "be-nang", aktivitasb belajar GEBERBURA dibuat lebih menyenangkan. Sambil bermain danrileks. Tujuannya, agar kaum buta huruf tidak minder atau malu. Tanpa rasa gengsi untuk belajar baca-tulis. Agar mereka terbebas dari belenggu buta huruf, di samping tetap punya kemauan belajar di usia lanjut. Setiap Kamis pagi dan Minggu siang, warga belajar buta huruf GEBERBURA diajar oleh wali baca dan relawan TBM Lentera Pustaka.

 

Melalui GEBERBURA, TBM Lentera Pustaka ingin menyampaikan pesan bahwa “tidak ada kata terlambat untuk belajar”. Maka tidak ada kata terlampat pula untuk memperbaiki diri bagi siapapun. Selagi masih bisa, maka kerjakanlah yang baik. Salam literasi. #GEBERBURA #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BerantasButaHuruf

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler