x

mari menghargai propesi cleaning service

Iklan

Reynaldi Anggita Lubis

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 14 Desember 2022

Kamis, 15 Desember 2022 07:13 WIB

Menghargai Setiap Profesi adalah Memanusiakan Manusia

Mari kita Hargai orang-orang hebat ini dalam menjaga lingkungan agar tetap bersih,rapih dan indah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kita ini cuma buruh rendahan Mas. Kroco yang hanya disuruh-suruh, jika salah sedikit saja langsung dikomplain dan dimarahi. Sekalipun bekerja benar, tidak pernah mendapat pujian. Yah, diterima saja nasib pekerja bawahan kayak kita ini, yang tidak dianggap, tidak berharga dan tidak ada prestise-nya.”

Aku jadi berpikir dan merenung saat mendengar salah satu pegawai cleaning service di kantor yang berbicara mengenai pekerjaannya.

Banyak orang yang ketika ditanya bekerja di mana dan apa pekerjaannya, akan langsung menjawab dengan bangga jika memiliki pekerjaan yang ber-‘prestise’ misal sebagai dosen, dokter, pegawai bank, pegawai negeri atau jabatan lain yang dipandang terhormat. Dan cenderung minder serta tidak begitu bangga jika bekerja sebagai ‘suruhan’ seperti tenaga cleaning service, pembantu rumah tangga, tukang sampah, pemulung dan pekerjaan lain yang dipandang sebelah mata.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal itu mungkin karena dipengaruhi cara pandang masyarakat yang cenderung menghargai sebuah pekerjaan berdasarkan dari jumlah penghasilan, jabatan dan nama instansi. Semakin terkenal nama instansi tempat dia bekerja maka semakin dihargai. Semakin tinggi jabatannya maka semakin dihormati. Semakin tinggi penghasilannya maka dianggap semakin sukses.

Sesungguhnya semua orang merasakan susahnya mencari uang untuk hidup. Setiap hari, kita bangun dan kembali berjuang demi keadaan yang lebih baik juga layak. Mulai dari kalangan ekonomi kelas bawah, menengah dan atas, semuanya mengais rupiah melalui ‘ladang’ masing-masing.

Ada yang menjadi tukang sampah, tenaga cleaning service, tukang sapu, pemulung, yang menurut kebanyakan orang pekerjaan itu tidak ber-’prestise’. Kalau kata anak muda sekarang ‘‘tidak keren’’. Padahal mereka semua adalah pejuang kehidupan baik bagi diri mereka sendiri maupun keluarganya, sama seperti halnya yang dilakukan oleh orang-orang yang menganggap pekerjaannya lebih ‘bersih’ dan terhormat.

Bayangkan jika profesi yang dipandang remeh itu tidak ada? Siapa yang akan membersihkan sampah-sampah yang semakin menggunung? Begitu juga ketika tenaga cleaning service di suatu instansi tidak ada, siapa yang akan membersihkan? Bukankah keberadaan mereka sangat memudahkan dan membantu kelancaran operasional di sebuah instansi? Bukankah profesi-profesi yang dianggap tidak ber-’prestise’ itu memiliki tempat yang penting juga bagi keseimbangan hidup?. Pekerjaan yang sering dianggap remeh temeh itu justru sangat membantu  meskipun upah yang mereka dapatkan jauh dari kata layak.

Karena dalam hal kebersihan sebetulnya adalah untuk kepentingan kita bersama, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam berkontribusi untuk menjaga lingkungan kita dan membantu meringankan pekerjaan mereka. yaitu, dengan membuang sampah pada tempat nya, memisahkan sampah organik dan non organik sesuai dengan yang sudah di sediakan.

Ada Kisah tentang seorang mahasiswa bernama Wahyudin yang berprofesi sebagai pemulung seharusnya dapat mengubah stigma sebagian masyarakat. Di mana pemulung dianggap sebuah profesi yang tidak berpendidikan. Memang ada sebagian orang yang bekerja dikarenakan rendahnya pendidikan mereka, namun juga ada orang-orang seperti Wahyudin yang mencari rejeki dengan menjadi pemulung demi mendapatkan pendidikan yang tinggi atau juga karena bercita-cita dapat memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anak mereka.

Lalu apakah pekerjaan-pekerjaan yang dianggap 'bersih'  masih dapat dikatakan bersih jika kenyataannya banyak merugikan masyarakat dengan tingkah laku mereka yang 'mengotak-atik' data demi tebalnya dompet pribadi dan mengenyangkan perut sendiri?. Apakah profesi mereka masih dapat dikatakan berpendidikan jika menghalalkan segala manipulasi?

Terlepas dari itu semua, sesungguhnya setiap pekerjaan memiliki kebanggaan dan fungsinya sendiri. Seperti anggota tubuh, ada kepala di atas, tangan di samping tubuh dan kaki di bagian paling bawah, yang semuanya itu saling melengkapi dengan fungsinya masing-masing. Sekalipun kaki berada di bagian paling bawah, tapi memiliki fungsi yang penting. Coba bayangkan jika tidak memiliki kaki? Gerak tubuh kita jadi terbatas bukan? Demikian pula segala profesi, baik tenaga cleaning service, tukang sampah, pemulung dan banyak profesi lain yang seringkali kita remehkan, justru sangat membantu. Tanpa mereka, segala aktivitas akan terganggu. Jadi, sudah sepantasnya kita menghargai segala profesi selama tidak merugikan orang lain. Apapun profesinya, jika dilakukan dengan hati, penuh kebanggaan, kejujuran dan rasa syukur maka akan menjadi profesi yang mulia. Setiap orang memiliki skills yang berbeda-beda. We are so talented. Tidak perlu  merasa minder dan tidak sepantasnya juga  menjadi sombong dan serakah. Sebagai bawahan janganlah minder dan membatasi potensi diri, sebagai atasan pun janganlah angkuh dan meremehkan karena atasan dan bawahan pasti saling membutuhkan.

Kini, remehkah profesi-profesi yang dipandang 'hina'  itu?.

Ikuti tulisan menarik Reynaldi Anggita Lubis lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu