x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 15 Desember 2022 12:02 WIB

Melihat Kenyataan Sejati di Balik Topeng dan Kabut

Maulana Jalaludin Rumi pernah menganjurkan kita melihat bulan di langit, bukan bayangannya di telaga. Apa maksudnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melihat Kenyataan Sejati di Balik Topeng dan Kabut

 

Bambang Udoyono

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Look at the moon in the sky, not the one in the lake. (Rumi)  Lihatlah bulan di langit, bukan (bayangannya ) di telaga. Itulah kalimat mutiara dari Maulana Jalaludin Rumi. Selain indah ia juga mengandung metafora yang dalam.

 

Rumi tidak sedang berwacana tentang keindahan malam purnama, tapi sedang memberi saran agar kita mampu membedakan antara sesuatu atau seseorang yang asli, sesuatu yang substansial, dengan sesuatu yang mirip atau palsunya, atau dalam bahasa sehari hari kwnya. 

 

Bulan di langit adalah metafora dari sesuatu atau seseorang yang asli, yang benar benar nyata.  Atau kenyataan sejati. Sedangkan bulan yang nampak di telaga adalah hanya bayangannya.  Jadi maksudnya ini adalah metafora dari sesuatu atau seseorang yang mirip aslinya tapi sejatinya hanya kwnya.

 

Mungkin anda sudah pernah mengalami sendiri atau bertemu sendiri dengan orang yang perilakunya sangat sopan.  Cara bicaranya, cara duduknya, cara jalannya, cara makannya sangat sopan.  Kalimatnya juga selalu baik.  Tidak pernah sama sekali dia mengeluarkan kata kata kasar. Maka semua orang suka bergaul dengan dia.  Tapi suatu saat ternyata dia melakukan perbuatan yang melanggar aturan hukum dan aturan Tuhan.  Ternyata sopan santunya selama ini hanya di permukaan saja.  Itu semua terbukti hanya topeng saja.  Jati dirinya yang sebenarnya dia orang yang tidak bisa dipercaya atau bahkan orang jahat.

 

Sebaliknya bisa juga terjadi.  Ada orang yang cara bicaranya kurang baik.  Bahasa tubuhnya kurang baik.  Ekspresi wajahnya kurang enak dilihat  bahkan sangar.  Tapi terbukti semua perbuatannya baik.  Dia tidak pernah melanggar hukum negara apalagi hukum Tuhan. Dia bahkan memberi manfaat banyak tidak hanya kepada keluarganya tapi juga kepada masyarakat.  Dengan kata lain amalnya banyak. 

 

Kedua kasus itu sering terjadi sehingga banyak orang terkecoh dengan penampilan, bahasa tubuh dan gaya.  Orang yang hanya melihat dari penampilannya saja mudah sekali dikecoh oleh orang yang lihai berakting seolah seperti orang baik.  Demikian juga peristiwa.  Banyak peristiwa sosial, ekonomi, politik yang kompleks, memiliki banyak aspek yang saling tali temali rumit.  Karena itulah Rumi menyarankan agar kita mampu melihat ‘bulan di langit’  bukan ‘bulan di telaga’.  Pertanyaannya, bagaimana kita bisa melakukannya?

 

Penjelasannya tidak cukup dipaparkan dalam satu artikel. Tapi secara singkat ya jalankan saja nasehat Sunan Bonang tentang tombo ati (obat hati).  Itulah cara mengaktifkan ketiga mata manusia agar kita mampu melihat kesejatian. 

 

Tombo Ati sudah saya paparkan dalam artikel sebelum ini di Indonesiana juga. Jadi jangan lewatkan.

 

Kalau dilakukan dnegan baik dan benar maka kita bisa melihat dengan tiga mata yaitu mata raga, mata nalar dan mata batin agar bisa melihat keyataan yang sejati.  Tanpa memakai ketiga mata tersebut maka kita hanya melihat sebagian saja dari kenyataan.  So, don’t miss it.

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB