x

Iklan

Ruang baca by mbi ✍ Rifky Muhammad firdaus

pusat bantuan customerservicebymbi@gmail.com
Bergabung Sejak: 9 Juni 2022

Jumat, 23 Desember 2022 07:40 WIB

Lelah, untuk Akhir Cerita

Bab 1 "Awal kehidupanku"

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

       Sudah sangat lama ketika ibuku tidak hadir untuk menemaniku. 15 Tahun, bukanlah waktu yang sangat singkat. Banyak hal yang telah aku lalui tanpa seorang ibu. Perkenalkan namaku Nia, aku seorang siswa dari SMP 3 Cendikiawan. Ayahku, seorang penjual singkong keliling. Sedangkan diriku berjualan donat. Aku dan ayahku harus bekerja keras agar kami bisa tetap hidup.

Dulu, di saat ibu masih ada dia memberikan kami kehidupan yang layak seperti orang lain. Kami semua dapat tempat tinggal dan makanan yang enak. Tapi, itu semua telah hilang dari kehidupanku. Setelah ibu tiada, semua aset milik ibukku di jual untuk membayar utang dari ayah. Tapi, kami masih sangat bersyukur untuk itu karena kami masih di berikan tempat tinggal yang nyaman dan nyenyak. Walaupun, kami harus membayar setiap bulannya.

Waktu sudah mulai malam, jangkrik mulai bersiul untuk menarik pasangannya dan burung hantu mulai keluar dari kandangnya untuk mencari makanan bagi sang buah hati tercinta. Aku, sedang bersiap untuk membuat donat yang akan aku jual besok di sekolah. Sedangkan ayah sedang keluar ke sawah untuk mengambil singkong.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah selesai, aku keluar untuk melihat bintang yang cantik dan indah malam ini. Aku tidur di bawah sinar rembulan yang sejuk dan tenang. Seperti biasa, aku selalu menghayal sambil melihat langit. Aku iri bagaimana orang lain dapat kehidupan yang layak. Dan, bagaimana mereka bisa hidup semewah itu. Sedangkan diriku hanya seorang penjual donat. Aku pengen sekali bisa bertemu orang yang bisa menjadi tempat bersandar untukku. Saat aku di sekolah, aku melihat banyak orang yang cerdas dan tampan. Aku selalu ingin menjadi bagian dari kehidupan mereka. Tapi, ternyata itu semua hanyalah angan-anganku saja. 

       "Apakah bisa aku mendapatkan laki-laki yang cerdas dan tampan seperti di kelasku? Padahal aku hanya orang miskin yang tidak memiliki apapun." (Bisiknya di hati)

        Aku pun tertidur, ayahku mengendongku ke dalam rumah. Ternyata, waktu yang baru aku rasakan sudah berlalu begitu sangat cepat hingga tidak teras pagi hari pun tiba. Aku langsung bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ayah, sudah berangkat berjualan lebih cepat di bandingkan aku. Ida pun datang, ia adalah sahabat terbaikku di kelas. Walaupun, kadang nada bicara Ida ada yang tidak baik. Akan tetapi, Ida tidak lupa akan kata minta maaf keluar dari mulutnya.

        "Nia, ayo berangkat ke sekolah." Ucapnya.

        "Masuklah, aku sedang membereskan jualanku dulu Ida." Balasku

     Ida pun masuk dan membantuku untuk mengemas donat yang telah aku buat kemarin malam. Sampainya kami di sekolah, aku langsung meletakan jualanku di samping tempatku duduk. 

        "Teet...tet...tet" (Suara bel sekolah berbunyi)

     Bapak Handoko pun masuk, ia adalah wali kelas dan pemampu guru biologi kami.

        "Selamat pagi, bagaimana kabarnya?" Ucapnya.

         "Pagi, baik pak" 

         "Sebelum saya masuk ke pelajaran ada beberapa pemberitahuan yang ingin saya sampaikan, nama anak yang saya panggil silahkan maju ke depan" ucap pak Handoko.

         "Nia," Lanjutnya

         Aku pun langsung maju ke depan, seluruh tubuhku tiba-tiba lemas dan lelah seakan-akan aku sudah tau apa yang akan pak guru beritau kepadaku,

         "Nak, kamu masih ada biaya administrasi sekolah yang belum di bayar. Kapan akan bayar nak?"

         "Saya tidak tahu pak, tapi dari bapak sendiri katanya secepatnya." Balasku

          "Saya tunggu besok pagi, kalau kamu belum bayar kamu tidak bisa melanjutkan sekolah."

          "Baik pak."

       Aku pun kembali ke tempat duduknya dan binggung harus melakukan apa. Aku tidak mau jika mimpiku harus berhenti di sini karena belum membayar sekolah. 

          "Teet...tet...tet...tet" (suara bel pulang)

      Pulang sekolah aku pun langsung berkeliling di kompleks perumahan untuk menghabiskan jualanku. Di tengah perjalanan aku melihat kakek tua di pinggir jalan sedang mengadahkan tanganya. Karena rasa kasihan aku pun langsung menghampiri kakek tersebut.

        "Selamat siang kakek, perkenalkan saya Nia. Kenapa kakek disini?" Ucapku

        "Seperti yang kamu lihat nak."

         "Dimana keluarga kakek? Apakah kakek sendirian di sini?"

         "Iya nak, kakek belum makan selama seminggu."

         Aku pun memberikan kakek itu sisa donat yang ada di keranjang dan memberikan setengah hasil uang jualanku. Selepas aku memberikan kakek itu, aku pun pergi. Tapi, di tengah perjalanan yang sepi aku di hadang oleh dua preman,

         "Serahkan uangmu kalau kau ingin selamat!" Ucap kedua preman tersebut.

        Aku pun ketakutan dan langsung memberikan semua uang hasil jualanku kepada preman itu. Sampainya di rumah, aku langsung menyeka air mata yang membasahi mukaku. Aku pun masuk ke rumah dan langsung mengganti seragam dan meletakan tas sekolahku. 

       "Nia, bagaimana jualan hari ini nak? Bisakah bapak minta uangnya untuk membayar hutang." Ucap ayahku.

      Aku pun terkejut karena tidak memiliki uang lagi. Aku pun langsung meminjam uang dari Ida,

      "Ida, maaf aku telah mengganggumu. Bisakah aku meminjam uangmu?"

       "Tentu, berapa?" Balasnya

       "500 ribu Ida, kau punya?"

       "Baiklah, tapi jangan lupa kembalikan dalam waktu 2 Minggu."

       "Baiklah" ucapku.

      Aku pun langsung kembali pulang dan memberikan setengah uang yang aku pinjam dari Ida untuk ayah membayar hutang.

      "Nak, tadi kamu kemana?"

       "Ohh,, tadi aku harus mengambil uang di Ida dulu pak. Soalnya tadi uangnya aku titipkan ke dia." Ucapku.

       Malam harinya, aku berbaring di bawah rembulan yang terang lagi,

       "Tuhan, apakah aku telah melakukan kesalahan sehingga engkau menghukumku." Ucapku.

       "Tuhan, aku lelah. Bagaimana bisa kau berikan ujian ini kepada hambamu yang lemah sepertiku." Lanjutnya

        Nia pun meneteskan air matanya sambil berdoa kepada Tuhan ,

       "Ya Tuhan, jika memang hari ini aku belum di berikan kebaikan olehmu bisakah kamu memberikannya besok. Aku lelah, aku tidak tau harus bilang kemana dan mencari jalan kemana lagi Tuhan." Ucapku.

        Pagi harinya, aku tetap berjualan dengan modal sisa uang kemarin. Setelah itu, aku berangkat sekolah bersama Ida. Sampainya di sekolah, aku di panggil pak guru ke kantornya,

          "Nak, maaf ini ada surat keterangan dari kepala sekolah. Nanti, suruh orang tuamu tanda tangan."

         "Ha? Benarkah ini pak? Kenapa saya harus di keluarkan pak?" Ucapku.

        "Nia, di karenakan administrasi sekolah kamu belum di bayar. Kepala sekolah terpaksa mengeluarkan kamu nak. Maafkan bapak nak, bapak telah berusaha semampunya." Balasnya.

       Aku pun langsung membawa kontrak tersebut keluar tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Aku terus berjalan, terus berjalan tanpa arah,

       "Aaahhhh, Tuhan, kamu tidak adil." (Teriaknya)

     Sepulang dari sekolah, Aku melihat beberapa orang berjas hitam. Mereka memakai aksesoris yang lengkap dimana mana. Aku pun langsung menghampirinya,

         "Maaf kak, ada apa ya? Bisa saya bantu?" Ucapku

        "Kami mencari bapak parman dek, apakah ada di rumah."

           "Tentu, tapi kalau jam segini dia sedang pergi ke luar. Ada apa ya mencari ayah saya?"

            "Ohh, kamu anaknya. Jadi gini nak, ayahmu belum membayar utang nya beberapa bulan ini."

            Aku pun terkejut, bagaimana bisa ayah belum membayar utang. Padahal, baru kemarin ayah meminta uang kepadaku untuk membayar utang. 

         "Baiklah, nanti kalau ayah saya sudah pulang saya akan beritau." Balasku.

        Gerombolan pengawal itu pun pergi, aku mencari ayah keliling desa. 

     "Tolong! Tolong! Tolong!" (Suara teriakan seseorang)

     Aku pun langsung menghampiri suara tersebut. Ternyata aku melihat ayah tergeletak di pinggir jalan,

      "Apa yang terjadi ayah?" Ucapku.

       "Tadi saya melihat ada beberapa anak muda menghajar ayah ini." Ungkap pemuda itu.

       "Dia ayahku, tolong bantu saya membawanya."

       Aku dan pemuda tersebut langsung membawanya ke rumah. Sampainya di rumah, ayah bercerita apa yang sedang terjadi di perjalanan,

       "Nak, tadi saat ayah mau pergi bayar utang. Tiba-tiba ada anak muda yang mencopet uang ayah. Ayah pun langsung melawannya. Tapi, sayangnya ayah harus mengalah untuk kali ini." Ucap ayahku.

      "Tidak apa-apa yah, kita bisa mencarinya lagi besok."

       Malam hari pun tiba, pemuda tersebut langsung berpamitan dengan keluarga kecil tersebut. 

      "Paman, saya pamit dulu." Ucap pemuda itu.

       "Ya nak, makasih untuk bantuanmu. Hati-hati di jalan."

       Saat pemuda itu pergi, aku dan ayahku pun langsung beristirahat tidur malam. Beberapa menit kemudian, bau asap pun tercium dari kamarku, sontak aku terbangun dari mimpiku. Aku pun langsung melihat apa yang sedang terjadi,

     "Ahhhhh (Teriaknya).. tolong! Tolong!"

      Ayahnya pun bangun dan melihat apa yang terjadi. Api besar yang menggelora itu membakar kamar Nia, ayah pun langsung bergegas mengambil ember berisi air untuk mengguyur api yang telah membakar kamar Nia. Para warga panik dan langsung membantu untuk memadamkan api. Setelah api tersebut padam. Kondisi rumah Nia telah terbakar habis tanpa satu pun yang tersisa,

      "Ayah, apa yang harus kita lakukan? Rumah kita telah terbakar." Ucapku 

      Setelah para warga telah pulang, ayahku langsung mencari tempat untuk beristirahat. Kami mencari tempat yang belum terbakar. Tapi, karena tidak ada tempat yang tersisa. Kami pun terpaksa tidur di kamar mandi yang alasnya belum terbakar habis.

     Pagi harinya, aku langsung binggung apa yang harus aku lakukan. Aku telah kehilangan segalanya, ibuku, sekolahku, rumah dan semua yang ada pada diriku. Apakah tuhan marah kepadaku? Apakah ini hukuman yang di berikan kepada diriku.

      "Tuhan, apa ini akhir dari kehidupan kami. Apakah kamu begitu marah dengan kami." Ucapku.

 

     

Ikuti tulisan menarik Ruang baca by mbi ✍ Rifky Muhammad firdaus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler