x

Iklan

Wahyu Kurniawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Juli 2021

Minggu, 1 Januari 2023 08:36 WIB

Menghadapi Tahun Politik; Bagaimana Sikap dan Upaya Kita Dalam Memilih Pemimpin

Penulis : Wahyu Kurniawan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara yang mudah dan memiliki tanggung jawab yang begitu besar. Sebab seorang pemimpin memiliki kewajiban untuk menyelamatkan apa-apa yang di pimpinnya baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.

Rakyat indonesia akan di hadapkan pada tahun-tahun politik, pemilu yang makin hari semakin mendekat akan menaikan tensi politik yang cukup tinggi. Tradisi pemilu kita selalu dihadapkan dengan ketegangan sosial baik dari kalangan elite hingga kalangan akar rumput. Seperti yang sama-sama kita ketahui 2024 merupakan tahun dimana seluruh rakyat indonesia akan menentukan nahkoda yang akan menjadi wajah negara ini di hadapan dunia internasional nantinya.

Perbincangan-perbincangan politik akan kita temukan dimana saja. Baik di meja-meja diskusi bahkan warung kopi sekalipun tak luput dari pembicaraan serupa. Adapun yang akan kita pilih pada pemilu tahun 2024 dari apa yang telah di sepakati oleh DPR, Pemerintah dan Penyelenggara Pemilihan Umum adalah Presiden dan Wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota serta anggota DPD RI. Semuanya akan diselenggarakan di hari yang sama. Jika berkaca pada pemilu sebelumnya yang dilaksanakan pada tahun 2019 maka sepertinya pemilu kali ini akan lebih melelahkan lagi, akan tetapi harapannya tragedi yang sempat terjadi pada pemilu sebelumnya tidak lagi dirasakan pada saat pemilu yang akan datang ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lantas bagaimana seharusnya kita bersikap? Dan upaya apa yang dapat kita lakukan untuk memperoleh pemimpin yang paling baik diantara yang baik. Yang pertama adalah jangan sampai kita terjebak pada keriuhan di permukaan. Dalam artian, kita sebagai masyarakat menyibukkan diri pada perdebatan-perdebatan yang sebenarnya tidak begitu perlu. Di mulai dari perbedaan pandangan bahkan pilihan itu sendiri menjadi problem yang hampir sulit untuk di redam, padahal apa yang di suguhkan oleh media terkait panasnya tensi pertarungan politik itu belum tentu benar adanya. Bahwa harus kita ketahui bersama media terkadang hadir untuk mengejar keuntungan dengan menyuguhkan berita yang sekiranya dapat meningkatkan atensi penerimanya.

Media sosial juga menjadi salah satu alat yang sangat tepat dijadikan senjata untuk saling menyerang antar aktor politik maupun pendukungnya. Kecanggihan teknologi tak selamanya membawa dampak yang posit bagi kita dan cenderung menciptakan iklim demokrasi yang semakin buruk.

Maka menjadi seseorang yang bijak adalah pilihan yang sangat tepat. Kita harus menyadari bahwa kontestasi pemilu adalah pesta 5 tahun sekali yang tidak perlu mengorbankan banyak hal termasuk silaturrahmi antara teman dan keluarga, saling benci atau bahkan saling fitnah. Karena kehidupan harus terus berlanjut dengan penuh suka cita.

Dalam konteks memilih pemimpin baik Eksekutif maupun legislatif. Kita harus melakukan pengamatan dan pengkajian yang mendalam terhadap setiap tokoh yang hendak kita pilih, sebab memilih yang terbaik merupakan sebuah keharusan demi tercapainya kehidupan bernegara yang lebih baik. Seorang pemimpin hendaknya mampu membawa ide besar dan gagasan yang bisa diberikan kepada masyarakat untuk nantinya dinilai apakah ia layak di pilih atau tidak, maka politik sentimen pribadi dan saling serang serta melucuti kekurangan masing-masing calon merupakan indikasi ketidak dewasaan dalam berpolitik.

Pemimpin yang kita pilih harus mampu membaca situasi dan peluang ekonomi secara nasional, memiliki strategi khusus dalam hal pemberdayaan dan tidak mempunyai rekam jejak keberpihakan kepada selain pribumi. Tidak hanya cukup sampai disitu, persoalan pendidikan juga harus menjadi perhatian yang sangat serius dan wajib dipikirkan. Kemudian yang paling penting adalah bagaimana ia membawa sebuah gagasan demokrasi yang baik tanpa pembungkaman, sehingga ide dan cara berpikir bebas yang muncul dari lubang-lubang keresahan di negara kita tidak di tutup oleh kekuatan kekuasaan.

Dan yang terpenting pemimpin itu hendaknya visioner. Bagaimana ia mampu membaca kondisi kedepan dan sigap dalam menentukan kebijakan yang tepat pada kondisi-kondisi urgent atau mendesak.

Maka demikianlah seharusnya sikap kita dalam menghadapi tahun politik dan bagaimana seharusnya kita memilih pemimpin yang akan menjadi orang yang menentukan nasib kita kedepannya. Jangan sampai kita terjebak pada politik yang kotor sehingga terlahir pemimpin yang tidak amanah dan cenderung membahayakan rakyatnya sendiri.

Ikuti tulisan menarik Wahyu Kurniawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB