x

Iklan

Malik Ibnu Zaman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Oktober 2022

Minggu, 1 Januari 2023 19:31 WIB

Habib Husein Jafar: Cak Nun Orang yang Paling Berpengaruh dalam Tulisan dan Dakwah Saya

Penulis dan dai milenial Habib Husein Jafar al-Haddar mengungkapkan bahwa tulisan dan dakwahnya dipengaruhi oleh Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Hal tersebut diungkapkan oleh Habib Husein Jafar al-Haddar dalam Putcast YouTube Mojok “Hal-Hal yang Belum Banyak Diungkap Habib Husein Jafar” diakses Indonesiana Jumat (23/12/2022).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Penulis dan dai milenial Habib Husein Ja'far al-Haddar mengungkapkan bahwa tulisan dan dakwahnya dipengaruhi oleh Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Hal tersebut diungkapkan oleh Habib Husein Ja'far al-Haddar dalam Putcast YouTube Mojok “Hal-Hal yang Belum Banyak Diungkap Habib Husein Ja'far” diakses pada Jumat (23/12/2022).

“Saya sampai sekarang menganggap penulis dan pendakwah yang paling berpengaruh kepada tulisan dan dakwah saya adalah Emha Ainun Nadjib. Saya bisa jadi membaca semua buku Emha Ainun Nadjib, saya mendengarkan bisa jadi semua lagunya Emha Ainun Nadjib, dan saya sudah mendengarkan lagunya Emha Ainun Nadjib dari SD melalui tape kaset. Juga di antara yang saya baca Surat Buat Kanjeng Nabi. Salah satu esai Emha Ainun Nadjib yang mendapatkan penghargaan,” ungkapnya.

Pria yang juga aktif sebagai Aktivis Gerakan Islam Cinta itu menceritakan bahwa 8 tahun yang lalu dirinya pernah membuat grup seperti KiaiKanjeng dengan nama Molong Syafaat, berasal dari Bahasa Madura yang memiliki arti memetik syafaat. Grup tersebut berawal ketika Habib Husein bertemu dengan teman-temannya semasa SMA waktu pulang ke Bondowoso.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Karena kosong nggak ada kegiatan di kampung selain membaca, saya ketemu nongkrong. Mereka ini punya band, tetapi ya wala yahya wala yamut, nggak hidup tetapi nggak mati gitu. Akhirnya kata saya mau nggak bikin ini genre yang saya jamin pasti ada segmennya, nah itu kayak KiaiKanjeng. Jadi dua nomor istilahnya Kiai Kanjeng, dua nomor nyanyi, sholawat, kidung-kidung jawa, kemudian 10 menit saya ngasih gagasan-gagasan keislaman,” katanya.

Namun sayang Molong Syafaat hanya berjalan selama satu tahun. Padahal sebenarnya lagunya sudah kebentuk, banyak aransemen lagu-lagunya KiaiKanjeng. Kemudian sempat beberapa kali konser di kampung, bahkan mendapatkan atensi dari TV daerah, dan juga pemerintah setempat.

Habib Husein sendiri sudah belasan tahun datang datang ke acara Maiyahan, mulai dari Mocopat Syafaat, PadhangmBulan, Kenduri Cinta. Baginya Maiyah merupakan tempat orang bisa bersama tanpa sama, bahkan tanpa kenal, penuh kehangatan, dan perkumpulan yang sehat. Sekitar 5 tahun lalu untuk pertama kalinya ia diundang di Kenduri Cinta untuk berbicara.

“Ketika saya bicara di akhir-akhir Mbah Nun sudah masuk, sempat mendengarkan saya berbicara. Kemudian setelah Mbah Nun naik, Mbah Nun bilang tetap di sini nemenin saya bib sampai akhir. Mbah Nun bilang aku ya kayak ndeleng awakku mbiyen (Ya saya itu seperti melihat diriku saat itu),” ujarnya.

Sementara itu alasan mengapa Habib Husein Ja'far al-Hadar menyukai Buku Slilit Sang Kiai, dikarenakan cocok dengan kisah yang diceritakan oleh ayahnya tentang moralitas, yaitu kisah seorang anak yang selama 14 tahun oleh ayahnya tidak keluar dari rumah, untuk menjamin agar steril dari sesuatu yang haram. Kemudian setelah 14 tahun dibawa ke pasar, bisa tahu orang baik, orang jahat, dan akhirnya ketika ayahnya bertanya kenapa bisa tahu, itu karena ada yang bercahaya ada yang gelap.

“Akhirnya keesokan harinya dibawa lagi nggak tahu lagi, dan ayahnya tanya kenapa? nggak tahu. Suruh ingat-ingat ternyata kemarin dia makan satu kurma yang dia temukan di jalanan di pasar. Tidak haram, syubhat statusnya tidak diketahui halal apa haramnya, dan itu yang menghilangkan kemuliaan dia. Karena jatuh dari tumpukan kurma milik penjual yang dia belum meridhoi itu, Slilit Sang Kiai kan gitu,” ujar pengasuh Jeda Nulis.

Menurutnya Emha Ainun Najib mempersiapkan Maiyah sebagai warisan. Hal ini dibuktikan di Kenduri Cinta, bahwa haram hukumnya menanyakan Cak Nun datang apa tidak, panitia tidak boleh menjawab orang yang bertanya Cak Nun datang atau tidak.

“Karena saya juga kadang aktif di Reboan, itu panitia Kenduri Cinta. Jadi haram, nggak boleh, panitia nggak boleh jawab orang yang nanya Cak Nun rawuh atau tidak. Lalu Kenduri Cinta itu kan mengharamkan orang mengupload video Kenduri Cinta di YouTube, agar orang tetap datang, dan merasakan atmosfer hangat itu. Bukan hanya mencari ilmu, tetapi merasakan akhlak orang-orang yang ada di sana dengan segala kehangatan,” pungkasnya.

 

Ikuti tulisan menarik Malik Ibnu Zaman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler