x

Pinterest

Iklan

Dien Matina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Agustus 2022

Selasa, 10 Januari 2023 07:25 WIB

Percakapan Imajiner (30)


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Benar kata seorang teman

 

Benar kata seorang teman, menjadi 'waras' hanya wacana. Sejauh ini pikiran tak bisa mencapai kewarasan yang orang-orang bilang. Katanya kewarasan itu mutlak tak dapat diganggu gugat sebagai kunci bahagia. Entahlah standar mereka yang terlalu tinggi atau aku yang memang bermutu rendah, sampai-sampai kewarasan yang ala kadarnya sudah membuatku senang. Bukankah hidup jauh lebih bisa dinikmati dengan tidak merawat ekspetasi yang terlalu tinggi? 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Benar kata seorang teman bahwa hidup ini hanya berisi paradoks-paradoks yang kadang susah dipahami. Jangankan memahami, bisa melewati tanpa memaki saja sudah bagus. Tetapi alibinya selalu, namanya juga manusia tempat salah dan dosa. Yah dasar manusia, selalu beralasan untuk menghindar, termasuk menghindari perasaan-perasaan yang nganu dan berpura-pura baik-baik saja. Etapi sejauh itu sanggup menaikkan mood, tidak apa-apa kan? 

Benar kata seorang teman, sebaik-baiknya berpura-pura tetap saja menyakitkan. Jujur saja terutama pada diri sendiri, supaya kewarasan bisa menjadi penyeimbang kacaunya dunia. Dunia percintaannya yang hangus diserbu api, api cintanya sendiri. Duh. 

Benar kata seorang teman, yang ini lupa siapa namanya dan bertemu di mana, barangkali dia imajinasiku saja. Bahwa hidup selalu punya ruang. Ada sisi yang bisa dilihat dari suatu peristiwa. Tentang hidup dan pilihan-pilihannya dan rentetan kepastian yang tidak pasti. Semacam pelik masalah dan tetek bengeknya yang menghantui. Nah kebetulan saat menulis ini ada chat dari teman yang curhat tentang kekasihnya yang tiba-tiba memilih pergi setelah pacaran bertahun-tahun. Alasannya sungguh terlalu dibuat-buat, bahwa kita ini berbeda. Mungkin tiba-tiba doinya itu berubah menjadi malaikat atau satria baja hitam, sampai merasa sudah berbeda. Ah teman, I feel you! 

Yasudahlah, sudah jam 12 lewatnya 20 menit, mari istirahat. Menidurkan rindu, merapikan kenangan, menenangkan ingatan yang sering rese jumpalitan di kepala. Biar sehat kita, meski nggak waras-waras amat. Mari.. 

 

 

*** 

 

 

Kau buku yang tak henti kubaca 

 

Setiap hujan yang jatuh atau mendung-mendung yang berulang kali datang kuingat sebagai sajak sendu. Sementara bayang-bayang menawarkan kesunyian, yang katamu sebagai candu bagi kesedihanmu. Sedang sekerat jingga yang kupesan belum juga sampai di langitmu. 

Pada beberapa halaman kutemukan ruang-ruang kosong, semacam malam setelah hujan, kenangan menggenang sepanjang jalan. Menyesakkan. Sejenak aku tenggelam di cokelat madu matamu yang sunyi. Ikal rambutmu yang sewangi pagi dengan secangkir kopi. Dua lenganmu itu, kurasa akan sehangat kuning mentari jika memelukku. 

"Boleh kupadamkan sepi?" tanyaku dengan hati-hati. "Kita akan bercakap-cakap tentang apa saja jika kau mau." Ah aku begitu ragu-ragu, lalu kembali tenggelam di matamu. 

Musim kesekian, kutemukan halaman lapang. Ribuan dandelion bergoyang-goyang dimainkan angin. Semburat cahaya, dan kau berlari ingin menangkapnya. Suatu waktu kudapati semoga yang berdesak-desakan ingin terbang. Beberapa patah. Bukan karena badai yang tiba-tiba datang, tapi sengaja kau patahkan sendiri. Dan aku mengerti perihnya tak terperi. 

Kupikir Tuhan menciptakan waktu untuk menguji rindu. Rindu-rinduku yang tak mengenal lelah meski kadang sedu sedanku begitu payah. Kau, buku yang tak henti-henti kubaca. Kurasa aku menggenggam segala. Pada ruas-ruas jemari terselip cinta yang tak sesederhana yang k(a)u kira. 

Purnama kesekian, kubaca kau sebagai kehilangan. Lantas kuselipkan sebuah sajak di bawah bantalmu. Kucuri beberapa helai rambutmu, seraya berbisik pelan.. menetaplah di dalam aku, sebab di sana kasihmu selamanya mekar. Sayang, riuh jalanan membawaku ingatanku pulang kepadamu. Bolehkah kulihat senyummu sekali lagi? Iya, hanya sekali saja, itu lebih dari cukup bagi akhir cerita. 

 

 

*** 

 

 

Still Got the Blues 

 

Daripada Parisienne Walkways, saya lebih mabuk dengerin Still Got the Blues. Entahlah. Semacam patah, harga yang harus dibayar saat bertahan memperjuangkan kata 'seakan-akan'. 

Lalu hubungannya apa sama video yang sedang saya tonton ini? Nggak ada sih. Video seseorang yang sedang menggambar sambil memutar lagu Parisienne Walkways itu mendadak mengingatkan saya tentang peranan. Bahwa setiap kita memiliki peranan sendiri-sendiri, termasuk benda-benda yang kita punya. Misalnya, tak semua baju dipakai sampai usang atau tak setiap orang yang ditemui bisa seiring sejalan. Sebagian baju harus rela disumbangkan dan beberapa orang yang dikenal tak perlu dipaksa suka jika memang tak ada feel-nya. 

Tetapi apapun itu sediakan ruang untuk berterima kasih, salah satu dari sekian cara untuk menghargai hidup. Terima kasih kertas dan pensil atas kerjasamanya menghidupkan passionnya. Terima kasih Gary Moore, lagumu melahirkan tulisan ini. Terima kasih untuk yang telah meninggalkan segala luka, melepaskannya adalah sebenar-benarnya cinta.

 

 

*** 

 

 

Random  

 

Dengan status dekat tapi jarang bertemu, paling ngobrol lewat WhatsApp, maka tak ada yang bisa mengalahkan sensasi gaduhnya hati ketika bertemu langsung dengannya. 

Ngobrolin apa saja? Random. Coba simak, ini setelah berminggu-minggu puasa WhatsApp saking dianya repot, sayanya sibuk. Sibuk mikir gimana caranya nggak mikirin dia melulu.

 

“Sudah bahagia sepertinya.” 

“Hay.. iya, banget! Kan chat sama kamu haha... Apa kabar?" 

"Sorry aku lagi ribet, banyak ini itu. Sebenarnya nggak sibuk-sibuk amat. Rutinitas seperti yang sudah-sudah. Tak tahulah, mungkin aku yang kurang bisa mengatur pikiran sendiri. Mungkin butuh upgrade ya." 

Enjoy the moment, dear. Hidup emang suka diselipi yang riweh-riweh. Jangan terlalu kenceng mikirnya kalo nggak mau sakit kepalamu kumat lagi. Biarin aja ngalir, toh kamu udah berusaha. Ngaca gih, keliatan tuaan sepuluh tahun " 

“Hahaha masak? Sok tahu deh, ketemu juga nggak." 

“Kepo dong..” 

"Halaah." 

“Sorry, but how do you feel?” 

“I am good. Emm.. nggak baik-baik amat sih sebenernya. Ah sudahlah...” 

“Hmm... sabar.” 

“Yes, thanks. Jadi bener ada yang bilang, kalau udah nggak bisa connect mau gimana juga yang ada hambar doang." 

Iya sih. Ya emang gitu. Tapi meski nggak mudah yang penting jujur dengan diri. Capek juga berpura-pura. Sehat-sehat ya. Jangan lupa bahagia.” 

“Sedang mencari.” 

“Sampai kapan? Kalau pun dapat paling sebentar ilang. Berdasar pengalaman nih, capek doang yang ada. Asyikin ajalah, karena ternyata banyak hal sederhana yang bisa bikin bahagia. Seperti chat begini hehe..." 

Hahaha.. kamu jadi kayak mbak itu dong." 

“Yee beda kali. Dia sih absurd. Kebanyakan halu." 

"Iya.. kita sih maunya yang jelas-jelas aja. Tapi hidup pilihan kan? Udah terlanjur milih ya harus mau dengan risikonya." 

"Termasuk soal rindu kan?" 

"Haha yoiih..." 

Tapi kamu hebat juga, being single dan terlihat happy-happy aja.” 

“Hih.. mbok pikir gampang? It’s my choice. Hidup itu pilihan kan? Tapi ya namanya masih manusia, most days I’m fine, but in some days, i’m not fine. Nah ini yang berat. Masih terus belajar menghadapi gelap dan terang dunia” 

“Ya i know...” 

"Eh lagi dimana?" 

"Di rumahlah, mau dimana lagi. Lagian gerimis, mana anginnya kenceng bener, mana lapar lagi duh..." 

"Delivery dong, jangan kayak orang susah deh." 

“Nggaklah. Makannya cuma berapa ongkirnya berapa. Kecuali bener-bener kepepet pet pet, bolehlah." 

Itu ngirit apa pelit?" 

"Dua-duanya dong hahaha..." 

“Eh ketawa dia. Baguslah. Kapan kamu terakhir ketawa lepas? Hari gini makin susah ya.” 

“Iya makanya the best laugh itu ketika kita bisa menertawakan diri sendiri yes? 

“Yes!” 

Jadi mari tertawa atas kesedihan-kesedihan itu, nangisnya udah kan? Atau situ butuh senderan? Gih lari ke hutan, mumpung beberapa pohon masih kokoh dan tabah nunggu datangnya para penebang. Eh hatimu jangan ikut ketebang, jangan, berat. Cukup aku saja” 

“Hahaa” 

Sini sini.. mau dipeluk dulu?"

 

 

*** 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Dien Matina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler