Kelompok seni DianArza Arts Laboratory (DAAL) asal Bandarlampung tampil memukau dalam ajang Srawung Seni Sawah #2 di ), di Desa Triharjo, Tanjungbintang, Kabupaten Lampung Selatan.
Dalam helat tahunan yang digelar DAAL dance theater bertajuk : 'Tanah Keramat Telah Kiamat' karya koreografer Dian Angraini.
Sebuah pertunjukan yang mengkritisi tentang kerusakan lingkungan hutan dan alam yang selama ini dilakukan oleh manusia dikarenakan oleh keserakahan.
Kritik ini dikemas dalam bentuk danceteater ini berusaha melakukan pembacaan terhadap kondisi alam pun hutan yang saat ini telah banyak rusak. Para pemain Cindi Novita Sari, Vanny Rahmaniar, Yustia Fitrianti, Fidiatun Astuti dengan bintang tamu penari kawakan Elly Luthan ini disutradarai Putra Agung . Konsultan artistic dengan konsultan artistik Asep Supriadi mengatakan pertunjukan ini mengedepankan konsepsi ritualistik seni yang bersifat sakral sekaligus profan
Koreografer Dian Anggraini, menerangkan, karya ini akan dibawakan dengan konsep danceteater serta mencoba melakukan pembacaan terhadap kerusakan hutan, pembabatan pohon serta kehancuran lingkungan.
"Kondisi kompleks lingkungan ini akan disajikan melalui konsepsi ritualistik seni yang bersifat ritus, sakral sekaligus profan," ujar Dian.
Menurut Dian karya "Tanah Kermat Telah Kiamat" ini merupakan bentuk kepihatinan atas karena banyak hutan gundul karena ilegal logging atau pembabatan lahan untuk peruntukan kebun kepala sawit. Ini sebagian besar terjadi di Sumatera yang mengakibatkan banjir, dan kabut asap serta pemanasan global.
Dian mengharapkan karya 'Tanah Keramat Telah Kiamat' mampu menggugah perasaan para penonton untuk lebih memperhatikan kondisi hutan dan lingkungan serta menjadi sebuah kesadaran yang bersifat kolektif. Secara konsepsi karya ini didiskusikan selama empat bulan dan dilakukan pengolahan karya tari sekitar satu bulan.
"Karya ini berdurasi sekitar tigapuluh menit dimainkan oleh empat orang penari. berkolaborasi dengan maestro tari Indonesia, Elly Luthan. Nampaknya Ibu Elly Luthan terlibat dengan intens mengeksplorasi diri," paparnya.
"Semoga karya 'Tanah Keramat Telah Kiamat' tidak sebatas menjadi karya seni dan lebih dari itu dapat memberi manfaat sehingga fungsi kesenian sebagai medium kritik sosial dapat terwujud," pungkasnya mengunci perbincangan .
Elly Luthan usai pentas menilai karya Dian Anggraini "Tanah Keramat Telah Kiamat" ini sarat dengan idiom-idiom simbolik dan memiliki pesan moral yang kuat.
Workshop Penciptaan Tari dan Musik
Sebelumnya Kelompok seni DianArza Arts Laboratory (DAAL) akan menggelar workshop penciptaan karya tari dan musik pada 24 - 29 Desember 2022.
Ketua pelaksana, Yopi Sanjaya, menerangkan workshop penciptaan karya tari dan musik akan berlangsung selama tiga hari serta mendatangkan narasumber yang berkompeten dibidang tari dan musik.
Ditambahkannya, para peserta selain mendapatkan pengetahuan dari workshop akan langsung membuat karya tari dan musik, yang dikurasi serta dibimbing oleh lima orang dewan kurator yang profesional.
"Workshop tari dan musik serta pertunjukan tersebut merupakan bagian dari program LAPAH. Program ini sudah yang keenam kalinya digelar dan untuk tahun 2022 ini mengusung tema : “tradisi mataair eksperimentasi," imbuh Yopi.
Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.