Sejarah Pasar Tradisional Klewer Sebagai Destinasi Wisata Kota di Surakarta

Rabu, 11 Januari 2023 18:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aktivitas perekonomian yang ada di berbagai daerah tidak dapat dipisahkan dari adanya sektor pasar. Biasanya suatu pasar pada waktu tertentu berfungsi juga sebagai pasar barang dari tanah asing bagi saudagar perantauan.

       Pasar Klewer dahulu bernama Pasar Slompretan. Di tempat tersebut (sebelah barat daya alun-alun utara), dimasa lalu berfungsi sebagai "pangkretan", yang berarti tempat untuk berhenti (parkir) kereta. Tempat tersebut terletak di pinggir jalan paling tua di kota Solo, yaitu jalan besar pertama yang dibuat dan digunakan untuk memindah "rumah" Pakubuwono II dari Kartosuro ke Solo, dan akhirnya diberi nama Surakarta Hadiningrat. Pangkretan digunakan sebagai tempat berhenti kereta-kereta para abdi dalem dari luar kota seperti Delanggu, Kartosuro, dan Boyolali, saat menghadiri (sowan) pertemuan besar, seperti hari Raya. Kata pangkretan disalah ucapkan menjadi slompretan yang pada jaman Jepang, pasar tersebut tidak berfungsi sama sekali.

      Slompretan dalam waktu yang cukup lama terlihat kosong dan tidak terpelihara. Kemudian muncul istilah “Klewer” yakni pasar dari orang-orang melarat, yang tidak memiliki tempat tetap untuk berdagang seperti halnya pasar pada umumnya. Orang- orang berjualan dengan cara menaruh barang dagangannya di pundak (diselempangkan), atau kedua tangannya membawa barang daganganya kemudian di tawarkan kepada orang yang lalu-lalang serta orang-orang yang berniat membeli. Pedagang-pedagang tersebut terlihat seolah-olah ngelewer di pinggir jalan, sehingga tempat tersebut kemudian oleh masyarakat disebut pasar “Klewer”. Masa Jepang tahun 1942-1945 yang umum dijual adalah barang-barang bekas pakai. Para pedagang tersebut berdagang dengan cara berpindah-pindah, karena sering disuruh pergi oleh yang berwajib karena mengganggu lalu-lintas. Dikarenakan Pasar Slompretan tersebut kelihatan sepi seperti tidak berfungsi, pemerintah kemudian meminta kepada para pedagang-pedagang kleweran tersebut berdagang di Pasar slompretan.

     Pasar Klewer menyediakan berbagai macam jenis kain dan pakaian mulai dari pakaian anak-anak, dewasa, orang tua, pakaian resmi, pakaian sekolah,  pakaian kemeja wanita dan pakaian santai. Selain itu, terdapat kaos, jaket, dasi, kain bahan katun hingga sutra. Namun, yang menonjol di Pasar Klewer adalah adanya berbagai macam jenis batik, diantaranya :

  1. Batik tulis Solo
  2. Batik cap
  3. Batik antik keraton
  4. Batik pantai keraton Solo
  5. Batik putri Solo.

      Tidak hanya batik Solo, selain itu terdapat berbagai jenis batik dari berbagai kota yaitu dari Yogyakarta, Pekalongan, Banyumas, Madura, Betawi dan kota - kota lainnya. Terdapat batik lurik dan batik jumputan yang proses pembuatannya berbeda dengan batik lain. Di pasar ini juga tersedia kain batik untuk baju berupa hem, daster, blus, rok, celana, kebaya, baju anak, seprai, sarung bantal dan aksesori-aksesori bermotif batik. Terdapat barang dagang yang dijual tidak berunsur batik seperti kain bahan, kaos, kerudung, celana jeans, baju muslim, dan lain-lain.

    Selain terkenal dengan pusat batik, pasar ini menyediakan makanan, kerajinan, pernak-pernik, barang elektronik, emas dan peralatan dapur. Ada juga kerajinan khas masyarakat Solo yang berkualitas ekspor, seperti cermin kayu ukir, kaca ukir dan berbagai cenderamata berbahan dasar kaca.

    Adanya fasilitas yang lengkap dalam suatu daerah atau kota, akan mempengaruhi kehidupan dan kemajuan masyarakatnya. Disadari atau tidak bahwa kesehatan masyarakat yang baik akan menunjang pembangunan. Manusia yang sehat akan lebih produktif sehingga akan memberi sumbangan kepada keberhasilan dalam pembangunan. Selain itu usaha-usaha pendidikan juga termasuk dalam usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia. Kebutuhan pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok. Untuk bisa menyediakan tenaga kerja yang terdidik dan terampil perlu pendidikan yang baik.

     Berkembangnya pembangunan jalan dan perekonomian di Kota Surakarta itu seiring dengan perkembangan transportasi perkotaan. Kebutuhan akan transportasi perkotaan bagi masyarakat semakin meningkat, ditandai dengan semakin banyaknya armada-armada angkutan perkotaan dengan berbagai rute yang menjelajahi seluruh sudut kota dan antar kota Kecamatan atau Kabupaten yang tidak pernah sepi dari penumpang. Oleh karena itu dibutuhkan terminalterminal bus yang memadai. Selain pembangunan terminal bus Tirtonadi untuk angkutan antarkota dan antarpropinsi, juga dibangun terminal-terminal bus yang lebih kecil di Palur, Kartasura, dan juga di Solo Baru dan Mojosongo. Untuk angkutan kereta api masih digunakan prasarana peninggalan kolonial, seperti Stasiun Balapan, Stasiun Jebres, Stasiun Purwosari, dan Stasiun Sangkrah (kota). Untuk angkutan udara, Bandara Adi Sumarmo di Panasan ditingkatkan kapasitasnya sebagai bandara internasional, sekaligus sebagai pelabuhan embarkasi haji untuk Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Masyarakat Surakarta sebagian besar bermata pencaharian di bidang non agraris, hal inilah yang menjadi pendorong bagi masyarakat Surakarta menjadi daerah atau kota yang memiliki potensi dalam bidang perdagangan. Sedangkan prasarana yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kotamadya dalam memperlancar perekonomian telah tersedia, sarana itu antara lain berupa alat transportasi, pasar dan sebagianya.

      Daerah pusat kegiatan sangat dinamis, hidup tetapi gejala spesialisasinya semakin kentara. Daerah ini masih merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan-hiburan dan lapangan pekerjaan. Hal ini ditunjang dengan adanya sentralisasi sistem transportasi dan sebagian besar penduduk kota masih tinggal pada bagian dalam kota-kotanya. Proses perubahan yang sangat besar terjadi pada daerah ini dan sering mengancam keberadaan bangunan-bangunan tua yang bernilai historis tinggi. Pada daerah yang berbatasan dengan sungai masih banyak tempat-tempat yang longgar dan banyak digunakan untuk kegiatan ekonomi antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi rendah dan sebagian lainnya dgunakan untuk tempat tinggal para imigran.

    Budaya dagang keturunan Cina, Arab maupun Jawa (termasuk orang Banjar) memiliki pandangan yang cenderung sama, yaitu mereka melakukan cara untuk berusaha menjaga hubungan baik dengan para pelanggan, konsumen, pemasok, pemerintah dan lingkungannya. Cara bersikap itu merupakan manifestasi norma kehidupan berdasar pada kehormatan dan keharmonisan. Sistem pemasaran yang dipakai oleh para pedagang pribumi (Jawa dan Banjar) cenderung bersikap mengajak para pendatang baru untuk bekerja sama, sedangkan para pedagang keturunan Cina dan Arab cenderung untuk melakukan kemampuannya secara optimal tanpa melakukan kerja sama.

   Seiring dengan berkembangnya perekonomian dan kehidupan kota yang disertai dengan tumbuhnya lalu-lintas antar daerah dan interaksi sosial yang semakin intensif, hubungan antar etnis di Indonesia juga tidak dapat dihindari. Akibatnya berbagai suku bertemu dan berbaur dalam hubungan pergaulan mereka dengan kepentingan masingmasing. Jadi tidaklah mengherankan apabila di sebuah kota, terutama kota Bandar, akan ditemukan berbagai unsur etnis Indonesia seperti orang Madura, orang Bali, orang Melayu, orang Bugis, orang Flores, orang Banjar dan sebagainya. Namun interaksi yang terjalin tidak hanya dengan penduduk Indonesia, tetapi juga dengan para pendatang seperti orang Eropa, Cina dan Arab. Mereka tinggal dan hidup berdampingan bersama di suatu lahan kota yang ada.

     Interaksi mengandung arti yaitu kontak secara timbal balik atau interstimulan dan respon antar individu dan kelompok interaksi sebagai aksi dan reaksi antar orang-orang. Terjadinya interaksi apabila satu individu melakukan tindakan atau perbuatan sehingga menimbulkan reaksi individu dengan individu lainnya. Proses interaksi berlangsung karena orang mengharapkan imbalan komunikasi. Interaksi akan berlangsung selama pihak-pihak yang terlibat menginginkan atau merasa ada keuntungan yang bisa didapatkan dari kelangsungan komunikasi dari pihak lain.

      Interaksi yang terjalin di Pasar Klewer ini tidak hanya bagi para pedagang yang memiliki kios, namun juga bagi mereka yang tidak memiliki kios atau para PKL. Kedua pedagang ini saling membantu dan saling berhubungan baik, baik pada saat berdagang di pasar maupun di luar pasar. Hubungan yang harmonis antar pedagang ini membuat keadaan di dalam pasar menjadi nyaman dan ramah. Selain itu banyak kegiatan yang dilakukan di luar pasar yang tujuannya untuk mempererat hubungan dan menimbulkan rasa kekeluargaan meskipun mereka berasal dari golongan atau etnis yang berbeda, namun mereka tidak memandang perbadaan tersebut.

     Pasar Klewer merupakan salah satu pusat perbelanjaan di Kota Surakarta. Pasar ini dipakai sebagai tempat untuk berdagang oleh para pedagang pemilik kios dan juga pedagang kaki lima. Pada tahun 80-an para pedagang kaki lima ini awalnya menjual makanan untuk para pedagang kios, namun melihat perkembangan perdagangan sandang di Pasar Klewer yang meningkat maka mereka pun beralih profesi menjadi pedagang sandang meskipun masih sebagai pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima di Pasar Klewer ini memilih lokasi untuk berdagang di tempat yang kosong, yang belum pernah ditempati oleh pedagang lain, seperti lorong-lorong, anak tangga dalam pasar bahkan kebanyakan di sepanjang pinggiran jalan atau pinggiran toko. Sebelum tahun 1985, para pedagang kaki lima masih sangat mudah mendapatkan lokasi untuk berdagang karena jumlah pedagang kaki lima di Pasar Klewer ini tidak sebanyak sekarang ini.

      Melihat hubungan yang baik antara pedagang kaki lima dengan pedagang pemilik kios di Pasar Klewer, seperti adanya kerja sama diantara kedua belah pihak. Hal tersebut dapat dilihat, dalam hal penitipan barang dagangan milik para pedagang kios kepada pedagang kaki lima yang ada di Pasar Klewer, serta adanya peminjaman modal usaha dan sebagainya. Menurut Fatimah salah seorang pedagang kaki lima di Pasar Klewer, ada pedagang pemilik kios yang mengajak bekerja sama dengan para pedagang kaki lima. Kerja sama yang dilakukan diantara kedua belah pihak tersebut terutama dalam hal memasarkan barang dagangan.

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler