x

Gambar oleh jodeng dari Pixabay

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Jumat, 13 Januari 2023 13:08 WIB

Hilirisasi Aspal Buton Meniti Jalan Tak Berunjung

Apakah pemerintah Indonesia tidak pernah berpikir sama sekali bahwa seandainya saja hilirisasi aspal Buton sudah maju dan berkembang sejak dulu. Tentu saja semua infrastruktur jalan-jalan Tol yang telah dibangun sekarang ini, telah terbuat dari aspal Buton. Dan bukan terbuat dari aspal impor lagi. Tetapi sekarang “nasi sudah menjadi bubur”. Marilah rakyat Indonesia meratap dan menangis menyesali keadaan sekarang ini secara berjamaah, bersama-sama dengan para pahlawan kemerdekaan. Memang benar. Tampaknya selama ini hilirisasi aspal Buton telah meniti jalan tak berujung.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di Indonesia, program “hilirisasi” telah dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2010. Hilirisasi merupakan suatu upaya dan strategi pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah komoditas sumber daya alam yang Indonesia miliki. Dengan adanya hilirisasi komoditas sumber daya alam, yang diekspor bukan lagi berupa bahan baku, tetapi sudah berupa barang setengah jadi, atau barang jadi.

Tetapi uniknya, kalau tidak mau dibilang lucu, tujuan hilirisasi aspal Buton sejatinya sangat berbeda dengan tujuan hilirisasi mineral-mineral lainnya. Tujuan utama hilirisasi aspal Buton adalah untuk mengsubstitusi aspal impor.

Indonesia sudah mengimpor aspal sejak 43 tahun yang lalu. Pada saat ini, jumlah aspal yang diimpor tiap tahunnya adalah sebesar 1,5 juta ton. Atau kurang lebih senilai US$ 900 juta. Dan kebutuhan aspal nasional ini akan meningkat terus tiap tahunnya. Mengacu kepada data dan fakta ini, seharusnya pemerintah memberikan prioritas pertama dan utama untuk membangun dan mengembangkan hilirisasi aspal Buton. Tetapi kenyataan pahitnya tidak demikian. Mengapa? Sebab pemerintah lebih mengutamakan pembangunan dan mengembangan hilirisasi nikel, dimana sebagian besar dari Investor-investornya berasal dari China. . Kebijakan ini telah membangkitkan rasa marah dan cemburu. Rakyat Indonesia merasa hilirisasi aspal Buton telah diperlakukan dengan tidak adil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut data tahun 2017, Indonesia adalah sebagai negara pengimpor aspal terbesar ke 10 di dunia. Jadi ada kemungkinan besar dengan meningkatnya kebutuhan aspal nasional tiap tahunnya, maka sekarang ini, Indonesia mungkin sudah menjadi negara pengimpor aspal terbesar ke 5 di dunia. Dan apabila kita mengamati tren kenaikan kebutuhan aspal nasional ke depan, maka mungkin saja dalam 10 tahun ke depan Indonesia sudah akan menjadi negara pengimpor aspal terbesar nomor wahid di dunia.

Program “hilirisasi” pertama kali sudah dicanangkan sejak tahun 2010. Dan sekarang sudah tahun 2023. Rakyat Indonesia bertanya-tanya: “Sudah sampai dimana perjalanan hilirisasi aspal Buton?. Apakah sudah mampu mengsubstitusi aspal impor yang jumlahnya 1,5 juta ton per tahun? Kalau belum, siapa yang akan dapat menjelaskan kepada rakyat? Mengapa selama ini kita sudah terbuai dan terlena dengan godaan kenikmatan dan kenyamanan aspal impor?. Apakah slogan dan tekad: “Aku cinta produk-produk buatan Indonesia” sekarang telah memudar?. Dan slogan itu sekarang sudah bertransformasi menjadi: “Produk-produk buatan Indonesia, emangnya gue pikirin?”. Kalau memang demikian keadaannya, sebagai Bangsa Indonesia yang kemerdekaannya telah terwujud melalui perjuangan dengan pengorbanan darah, nyawa, harta, dan air mata. Maka para pahlawan kemerdekaan pasti akan meratap dan menangis sedih. Menyesali apa yang sekarang sedang terjadi.

Masih adakah jiwa dan semangat kepahlawanan di dalam diri kita sebagai bangsa Indonesia, yang telah diwariskan oleh para pahlawan kemerdekaan? Mungkin kita harus mengingat-ingat kembali apa yang terjadi 77 tahun yang lalu. Apa sejatinya tujuan dari berdirinya negara Republik Indonesia?. Tujuannya adalah untuk melindungi tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum. Dan mencerdaskan kehidupan berbangsa.  

“Melindungi tumpah darah” dapat ditafsirkan sebagai membela diri dari serangan musuh demi menjaga martabat dan harga diri sebagai bangsa yang merdeka. Tetapi dapat juga diartikan menjaga, merawat, dan mengelola sumber daya kekayaan alam dari serangan “musuh”, atau produk-produk impor. Dan kalau sekarang ini kita telah banyak menggunakan produk-produk impor, sedangkan kita sendiri sudah memiliki kemampuan untuk memproduksi produk-produk yang sama, lalu dimana letak martabat dan harga diri kita sebagai bangsa yang merdeka?

“Memajukan kesejahteraan umum” dapat ditafsirkan sebagai membangun negara Republik Indonesia yang adil dan makmur. Apabila pemerintahnya adil, maka sudah pasti rakyatnya juga akan makmur dan sejahtera. Dan seandainya saja hilirisasi aspal Buton telah diperlakukan dengan adil oleh pemerintah, maka sudah pasti rakyat Indonesia akan hidup makmur dan sejahtera. Tetapi mirisnya, fakta sekarang bekata sebaliknya.

“Mencerdaskan kehidupan berbangsa” dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia sejajar dengan negara-negara maju. Tetapi harus diingat bahwa untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak saja terbatas dengan upaya meningkatkan kecerdasan intelektualnya saja, tetapi yang paling penting adalah harus juga meningkatkan kecerdasan ahlak, emosi, dan spiritualnya. Sehingga rakyat Indonesia akan lebih berempati, peka, dan mudah tergugah hatinya terhadap ketidak adilan yang telah dialami oleh hilirisasi aspal Buton. Dan dampaknya dari ketidak adilan ini terhadap kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Apabila kita merenungkan dalam-dalam makna dari ketiga faktor tujuan berdirinya negara Republik Indonesia tersebut, dan kita kaitkan dengan masalah ketidak adilan yang telah menimpa hilirisasi aspal Buton, maka dapat kita simpulkan bahwa sekarang ini kita sudah tidak merasa memiliki martabat dan harga diri lagi sebagai bangsa yang merdeka. Mengapa selama kita telah membisu seribu bahasa. Dimana hati nurani kita sebagai bangsa yang telah merdeka?

Kesejahteraan rakyat masih belum merata. Hanya segelintir orang saja yang hidupnya makmur dan sejahtera. Sedangkan mayoritas rakyat Indonesia hidup masih serba kekurangan dan pra sejahtera. Dan yang paling memprihatinkan lagi adalah masih banyak orang-orang yang berpendidikan tinggi, tetapi mereka tidak peduli sama sekali dengan masa depan  hilirisasi aspal Buton untuk menyejahterakan dan memakmurkan seluruh rakyat Indonesia. Mereka pura-pura sibuk memikirkan rakyat. Tetapi sebenarnya mereka tidak peduli. Mereka akan sangat peduli kepada rakyat, hanya apabila mereka sedang membutuhkan suara rakyat.

Keadaan hilirisasi aspal Buton pada tahun 2023 sekarang ini, masih tetap sama dengan keadaan hilirisasi aspal Buton pada tahun 2010. Waktu sudah berjalan 13 tahun. Tetapi mirisnya, hilirisasi aspal Buton masih tetap berjalan di tempat. Belum sampai kemana-mana. Mengapa hal ini bisa terjadi? Diyakini, karena hilirisasi aspal Buton bukan dikategorikan sebagai proyek prioritas dan strategis nasional. Proyek-proyek prioritas dan strategis nasional adalah membangun infratruktur jalan-jalan Tol di seluruh wilayah Indonesia. Apakah pemerintah tidak pernah berpikir sama sekali bahwa seandainya saja hilirisasi aspal Buton sudah maju dan berkembang sejak dulu. Tentu saja sekarang ini semua infrastruktur jalan-jalan Tol yang telah dibangun, telah menggunakan aspal Buton. Dan bukan terbuat dari aspal impor lagi.

Tetapi sekarang “nasi sudah menjadi bubur”. Marilah rakyat Indonesia meratap dan menangis menyesali keadaan sekarang ini secara berjamaah, bersama-sama dengan para pahlawan kemerdekaan. Memang benar. Tampaknya selama ini hilirisasi aspal Buton telah meniti jalan tak berujung.

Apapun yang sedang terjadi, hilirisasi aspal Buton harus selalu mempunyai harapan. Meskipun jalan yang harus dilalui itu masih sangat jauh, panjang, dan berliku. Tetapi semangat juang tidak akan pernah akan kendor. Hilirisasi aspal Buton adalah amanah dari tujuan kemerdekaan dan berdirinya negara Republik Indonesia. Hilirisasi aspal Buton harus kita perjuang persis sama seperti apa yang para pahlawan kemerdekaan telah perjuangkan untuk mencapai tujuan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Para pahlawan kemerdekaan sangat yakin dan percaya bahwa “Kemerdekaan” adalah satu-satunya “jembatan dan jalan emas” menuju negara Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera. Untuk itu, mereka berani dan rela korban jiwa. Tetapi masak, mengapa sekarang ini untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton saja, kita tidak berani berkorban pikiran, keringat, dan air ata? Sejatinya, kita bukan bangsa pengecut ! 

 

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler