x

Iklan

Nur Ardianti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Desember 2022

Minggu, 15 Januari 2023 19:34 WIB

Sindrom Stochlom Pejabat Kita

Para pejabat yang ditangkap KPK, tiba –tiba saja mengalami sakit berat. Bukan satu dua kali , namun rata-rata. Sebelum diperiksa atau dijemput paksa yang berwenang, mereka sangat sehat. Jalan-jalan ke sana kemari, sampai plesiran ke luar negri adalah gaya hidup para koruptor itu. Entah mengapa, begitu ditetapkan jadi tersangka, mulailah penyakit-penyakit berat mendadak muncul menghinggapi mereka.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sindrom Stockholm pernah menggegerkan dunia ditahun 1973. Sejarahnya bermula atas perampokan sebuah bank di Stockholm, Swedia. Empat sandera perampokan bank tersebut ditawan dalam bank dimana para penculik bernegosiasi selama enam hari dengan polisi. Namun yang mengherankan, setelah para sandera dibebaskan, pihak kepolisian justru menemukan para sandera perampokan tersebut memiliki ikatan secara emosional dan kuat dengan para perampok bank yang menyandera. Bahkan para korban perampokan bank tersebut dikabarkan menolak berpisah dari para penculik mereka.

Ini terjadi, karena para sandera mereka diperlakukan dengan sangat baik dan tidak disakiti. Istilah ini kemudian mengacu kepada sidrom yang melanda seseorang yang berpihak kepada orang yang menyakitinya dengan cara ekstrem.

Hal ini bisa dianologikan untuk para koruptor dan kriminal di Indonesia. Semua tentu saja sepemikiran dengan saya. Para pejabat yang ditangkap KPK, tiba –tiba saja mengalami sakit berat. Bukan satu dua kali, namun rata-rata. Sebelum diperiksa atau dijemput paksa yang berwenang, mereka sangat sehat. Jalan-jalan ke sana kemari, sampai pelesiran ke luar negri adalah gaya hidup para koruptor itu. Entah mengapa, begitu ditetapkan jadi tersangka, mulailah penyakit-penyakit berat mendadak muncul menghinggapi mereka. Muncul hasil-hasil pemeriksaan dari dokterdokter pribadi kalau teryata mereka sakit jantung, diabetas, ginjal dll. Waktu nyolong uang negara, mengapa tidak memikirkan bahwa mereka menderita begitu banyak penyakit?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam teori Sindrom Stokhlom, penjahat ingin memperlihatkan bahwa mereka adalah orang baik yang teraniaya. Sedangkan penegak hukum adalah orang yang menyengsarakan mereka. Diharapkan masyarakat akan memberi simpati kepada mereka dengan permak penampilan dan juga kondisi sakit berat yang didap. Namun, masyarakat tidak sebodoh yang ada dalam pemikiran para Don Juan kriminal tersebut. Yang ada masyarakat marah dan emosi atas perbuatan yang tercela yang dilakukan yang memiskinkan rakyat.

Angka kemiskinan Indonesia yang masih dikisaran 9,5 persen membuat potret tingginya angka korupsi menjadi hal yang miris. Bukan satu atau juta uang yang digarong dari negara, malainkan puluhan milyar, bahkan triliyunan rupiah. Ada berapa gedung sekolah yang bisa didirikan dengan uang itu? Ada berapa puskemas yang bisa dibuat ditengah-tengah kampung dipelosok,sehingga masyarakat tidak perlu lagi membawa jenazah keluarga mereka dengan motor atau ditandu karena akses kesehatan dan ambulans yang terbatas? Pernahkan koruptor-koruptor sadis itu memikirkan kondisi masyarakat yang begitu menderita atas perbuatan garong yang mereka lakukan?

Anehnya lagi, dimedia-media mereka mengklaim bahwa mereka tidak korupsi. Bahwa penangkapan KPK hanya bersifat politis untuk menggembosi karir mereka. Bahwa semua dilakukan atas fitnahan lawan politik. Sudah jelas dan terang benderang, kekayaan yang diluar nalar yang dimiliki pejabat –pejabat korup bisa dikira-kira dengan penghasilan yang mereka terima. Bukti-bukti yang banyak juga mereka abaikan, dan tetap bersikukuh bahwa mereka tidak korupsi.

Modus sakit parah yang mereka alami tentu saja dilakukan untuk memperingan hukum yaag akan dilakukan sekaligus mencari cara agar bisa berobat keluar negeri atau kemana saja yang kemudian mengharapkan bahwa alasan medis mengharuskan mereka untuk berobat dulu sampai sembuh dan atas nama kemanusiaan ditangguhkan dulu proses hukumnya. Mau tau yang namanya keadilan untuk koruptor? Berkacalah ke Cina, koruptor hukumanya adalah hukuman mati. Bukan satu atau dua tahun dipenjara dengan model penjara ala-ala hotel bintang lima. Di Cina hukuman koruptor dihadapkan pada regu tembak.

 

Negeri ini memang penuh dengan orang-orang humoris yang sarkastik. Kemarin keluarga gubernur yang sudah tersangka mengatakan bahwa mereka keberatan sang Gubernur dibawa ke Jakarta tidak menggunakan pesawat garuda. Ditengah-tengah penderitaan rakyatnya yang banyak mati kelaparan setiap tahun, gubernur yang mengklaim sudah berbakti untuk negara selama dua puluh tahun itu, lupa hobinya main judi ke Singapura dengan memakai uang negara ratusan milyar tidak pernah dikeluhkan oleh rakyatnya yang mati lapar itu. Sampai saat ini, saya masih terbingung-bingung plus terheran-heran dengan fenomena pejabat koruptor yang mendadak sakit parah ketika ditetapkan jadi tersangka. Mau menciptakan sindrom stokhlom? Yang mau simpati sama sampean siapa?

Ikuti tulisan menarik Nur Ardianti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler