Proses belajar : Keterlibatan perempuan untuk mengatasi kemiskinan melalui bisnis tempe
Yohanes Mario Nombo, Kepala Desa Gara yang memfasilitasi kunjungan belajar bisnis tersebut mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini, adalah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peserta belajar terkait proses produksi tempe, pengelolaan usaha, pemasaran dan menambah kepercayaan diri ibu-ibu agar mereka fokus pada usaha tempe, sebab usaha ini sangat menjanjikan, peluang pasarnya cukup besar. Selain itu, mereka juga belajar tentang bagimana cara mengelola mental ketika menghadapi situasi sulit, dimana hasil penjualan tidak mencapai target.
Peserta belajar bisnis tempe dari desa Gara sedang belajar cara fermentasi kedelai dengan menggunakan ragi |
“Selaku pemerintah desa saya berharap ibu-ibu peserta kunjungan belajar bisnis semakin termotivasi untuk terus memproduksi tempe, menerapkan apa yang sudah didapat dari noldy dan terus berproduksi. Saya yakin ibu-ibu ini akan sukses dalam mengembangan usaha kelompok, sebab potensi yang terlihat selama ini, mereka sangat disiplin, kreatif, kompak dan punya kemauan untuk belajar.“ Ungkap Yohanes yang dikenal oleh warga desa Gara sebagai kepada desa penggerak dan serius melakukan pemberdayaan ekonomi.
Para peserta belajar menyaksikan cara penggilingan kedelai di tempat produksi tempe milik Noldi di Kampung Null, Desa Poco Lia, Manggarai Timur |
Noldi pada kesempatan itu, kepada para peserta kunjungan menceritakan pengalamannya dalam berbisnis mulai dari proses produksi dan pemasaran tempe secara gamblang. Setiap hari , cerita Noldi, isterinya bersama 4 orang perempuan, pekerja dibagian produksi mengolah 50 kg kedelai untuk memproduksi 1.000 lempeng tempe. Keempat pekerja tersebut diberi upah Rp 600,000 per bulannya dan ekstra makan siang. Sedangkan dibagian pemasaran, dia mempekerjakan 6 orang muda dengan menggunakan kendaraan roda melakukan penjualan keliling ke beberapa kecamatan, area pemasaran produknya, tidak hanya di Manggarai Timur tetapi di Kabupaten Manggarai juga. “Mereka masing-masing diberi upah harian sebesar Rp 100.000 per orang, akan tetapi jika mereka berhasil menjual melampaui target penjualan maka mereka berhak mendapat upah (insentif) sebesar Rp 150.000/hari,“kata Noldy.
Kelompok Usaha Tempe Desa Gara sedang melakukan proses fermentasi |
Sejak dibentuknya kelompok usaha tempe ini,telah berhasil memproduksi 150 lempeng tempe setiap hari yang dikerjakan secara bersama-sama oleh 15 orang ibu-ibu dan dipercayakan kepada 2 orang anak muda dengan menggunakan kendaraan roda dua untuk menjual tempe-tempe tersebut ditambah dengan tomat kepada para konsumen di sekitar wilayah Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai. Omset penjualan per bulan mencapai 10 juta rupiah. Ke depan,kata Yohanes, yang menjadi pekerjaan rumah adalah soal penyediaan peralatan untuk proses produksi supaya produktifitas meningkat dan omset juga menjadi besar sehingga kebutuhan keuangan dari masing-masing anggota terpenuhi.
Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.