Liga Persebaya adalah liga internal tim Persebaya Surabaya yang menaungi 20 tim SSB Surabaya dan sekitarnya yang berada dibawah serta pengawasan tim Persebaya Surabaya. Liga Persebaya mulai bergulir kembali pada tahun 2022 setelah sebelumnya sempat vakum selama dua tahun saat pandemi menyerang. Liga Persebaya terdiri dari tiga kelompok usia yaitu U13. U15, dan U20 ini merupakan sarana utama Persebaya Surabaya ketika memerlukan pemain baru untuk kompetisi yang lebih kuat.
Karena mampu konsisten mengadakan Liga Persebaya, Persebaya Surabaya tentunya mendapatkan banyak keuntungan. Dari data perkembangan per pekan yang terpantau, pemain yang terbiasa merasakan kompetisi serta kemampuan pemain yang meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun ada beberapa klub yang mulai menjalankan liganya sendiri seperti Persija Jakarta dan PSIS Semarang, kedua klub ini bisa dikatakan belum secara mantap dan penuh menjalankan kompetisi internal secara konsisten dari tahun ke tahun. Karena jika melihat perjalanan Liga Persebaya, banyak diantaranya yang berhasil menjadi pemain profesional bahkan menjadi andalan Timnas Indonesia. Seperti Marselino Ferdinan, Koko Ari Araya ataupun Rizky Ridho digenerasi 2020-an ini.
Sebelumnya ada pemain seperti Evan Dimas, Wahyu Subo, ataupun ikon PSS Sleman, Bagus Nirwanto. Ini menjadi bukti, bahwa konsisten Liga Persebaya membuat pemain-pemain yang awalnya tidak mampu bersaing di Persebaya Surabaya akhirnya menyebar diberbagai klub di Liga Indonesia memberikan jalan untuk bersaing dilevel profesional. Keterlibatan Persebaya Surabaya dengan membentuk Liga Persebaya disaat kompetisi usia dini yang diinisiasi oleh PSSI Pusat ataupun Asprov PSSI masih sangat minim, Liga Persebaya membantu para bakat-bakat disekitaran Surabaya untuk berkembang jauh menjadi lebih profesional serta berpengalaman.
Sekarang PSSI dari tahun 2017 semenjak Festival Elite Pro Academy dikenalkan sebagai cikal bakal Elite Pro Academy sebagai wadah kompetisi usia dini elit yang digulirkan PSSI, ada lebih banyak opsi untuk pemain memiliki jam terbang. Tapi tentunya PSSI harusnya "sedikit mau" untuk belajar kepada Persebaya Surabaya bagaimana membuat sebuah kompetisi usia dini yang lebih baik dan memiliki jangka waktu yang lebih panjang agar menghasilkan pemain-pemain yang lebih baik lagi. Selain itu, selama Asprov dan PSSI Pusat belum mampu menjangkau kantong-kantong pemain diseluruh Indonesia ada baiknya PSSI Pusat mendorong serta memberikan subsidi kepada klub-klub yang merintis Liga Internal untuk menjadi pusat data baru pemain berbakat lainnya, yang mungkin saja terlewat oleh federasi sepakbola Indonesia. Karena tanpa inovasi, target-target juara hanyalah jadi mimpi dan janji-janji tanpa makna belaka yang tentunya sudah menjadi andalan para pemimpin federasi sebelum-sebelumnya yang akhirnya gagal terwujud.
Siapapun yang terpilih nanti, pembaruan sistem kompetisi dan keterbukaan informasi menjadi kunci federasi yang sehat. Ditambah pula, kompetisi usia dini juga harus diperkuat dengan bantuan keuangan yang lebih masuk akal agar klub pun mampu menghitung lebih akurat bagaimana berinvestasi kepada pemain muda yang kelak akan menjadi aset tim sendiri. Melihat mulai banyak klub yang sudah berinvestasi dibagian infrastruktur klub, tentu klub menginginkan federasi yang lebih terbuka, sistematis, dan masuk akal ketika menelurkan suatu kebijakan yang berimbas kepada banyak khalayak.
Ikuti tulisan menarik muhammad rizal lainnya di sini.