x

Iklan

Affan Ghiyatsa Hadiid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Oktober 2022

Rabu, 25 Januari 2023 13:46 WIB

Pentingnya Ikhlas Dalam Setiap Amalan

Allah tentu memerintahkan kita untuk taat kepada perintahnya dan menjauhi segala larangannya. tentu begitu banyak amalan amalan yang sudah kita lakukan dan berbagai keburukan dan maksiat telah kita hindari. Namun ada suatu hal yang kita butuhkan dalam melakukan segala amalan solih yang dengannya semua amalan kita bisa dihitung ibadah oleh Allah. yaitu niat yang ikhlas lillahi taala. Dan sebenarnya apa sih itu Ikhlas dan seberapa penting hingga harus ada dalam setiap amalan amalan kita?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kita sebagai muslim yang menyatakan beriman kepada Allah sudah semestinya melaksanakan kewajiban kita, dan diantaranya yang paling utama adalah taat kepada perintahnya dan menjauhi setiap larangan yang diberikannya. Berbagai amalan solih telah dilakukan dan betapa banyak amal keburukan dan maksiat telah kita hindari dan telah dilakukan setiap hari, setiap waktu, dan setiap saat. Tapi diantara itu semua kita butuh satu hal agar apa yang kita lakukan dihitung pahala di sisi Allah. Yaitu niat yang ikhlas semata karena Allah. Dan apakah kita selama kita melakukan kebajikan dan menghindari kemungkaran sudah meniatkan ikhlas semata karena Allah?

Terkadang atau sering, kita pasti pernah mendengar kata “Ikhlas”. Baik saat ustadz – ustadz memberikan ceramah atau saat kita sedang asyik bermain gadget ataupun kita mendengarnya dari kawan – kawan kita yang terkenal alim dan soleh. Tetapi yang jadi permasalahan adalah apakah kita sudah mengikhlaskan niat segala perbuatan kita karena Allah apalagi ketika melakukan amalan solih? Ya, harus dengan ikhlas! Tapi apa sih pentingnya ikhlas dalam setiap amalan kita dan pasti kita semua bertanya tentang ini. Ini adalah suatu amalan batin yang harus dilaksanakan. Karena mau bagaimana pun, berbagai amalan dan syariat pasti didalam syarat sahnya adalah “Ikhlas” dan kita pun masuk ke pembahasan inti, sebenarnya apa sih makna ikhlas sebenarnya.

Secara singkat ikhlas dalam makna sebenarnya adalah meletakkan Allah dan ridhonya dalam tempat pertama dalam setiap niat – niat amalan kita. Namun apakah perlu semua amalan diniatkan. Hal ini tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh sahabat nabi yaitu Umar radiyallahu anhu

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Artinya: “Sesungguhnya amal perbuatan itu diiringi dengan niat, dan sesungguhnya bagi setiap insan akan memperoleh menurut apa yang diniatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dibenarkan hijrahnya itu untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrahnya untuk dunia yang hendak diperoleh atau wanita yang hendak dinikahinya, maka ia akan mendapatkan apa yang diingini itu saja.” (HR. Bukhari dan Muslim).

نِيةُ المُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ

Artinya: “Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya.”

Dan sebagai contoh yaitu ketika kita sholat. Kita pun pastinya berniat apakah kita melakukan sholat itu untuk mendapatkan ridho Allah dan pahala disisi-Nya, atau untuk hanya mengisi waktu, atau sekadar mengikuti teman atau ingin dilihat bahwa dia itu orang alim atau mungkin para anak anak karena dipaksa oleh orang tua dan masih banyak lagi. Kepentingan ikhlas itu sebenarnya menempati posisi tertinggi dalam setiap amalan dan ibadah. Karena dengan niat yang ikhlas apapun yang kita perbuat dihitung ibadah dan diberi ganjaran oleh Allah dan ketika kita sering beramal dengan ikhlas seharusnya doa kita cepat dikabulkan.

Juga dalam hadis yang diatas menunjukkan bahwa keurgensian Ikhlas dalam niat sangatlah tinggi yang berarti kita pun harus melakukan seluruh amalan kita dengan ikhlas. Saya akan melampirkan beberapa ayat al quran dan hadis berikut.

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ

Artinya: “Katakanlah, ‘Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.” (QS Al-A’raf: 29)

هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Dialah yang Maha Hidup, tidak ada tuhan selain Dia. Maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (QS. Ghafir: 65)

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Artinya: “Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.” (QS Ghafir: 14)

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا * إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا * إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا * فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا * وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا

Artinya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (8) (seraya berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan ridha Allah, kami tidak mengharapkan balasan dan terima kasih dari kamu. (9) Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari ketika orang-orang berwajah masam lagi penuh kesulitan.” (10) Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan pada hari itu dan memberikan keceriaan dan kegembiraan kepada mereka. (11) Dan Dia memberi balasan berupa surga dan pakaian sutera kepada mereka karena kesabarannya.” (QS. Al-Insan: 8-12)

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ اِلىَ اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلىَ صُوَرِكُمْ وَ لٰكِنْ يَنْظُرُ اِلىَ قُلُوْبِكُمْ. مسلم

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, ia berkata Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu.” (HR Muslim)

Memang seharusnya dalam kehidupan kira haruslah memikirkan tentang Allah terlebih dahulu apalagi ketika kita beramal solih dan segala amalan ketika diniatkan bukan untuk Allah maka jatuhnya adalah tiada untung alias sia-sia. Apalagi ketika kita meniatkan ibadah kita agar dipandang orang dan dipuji serta dikatakan bahwa kita adalah orang yang alim dan solih dan inilah yang disebut riya. Allah dan Rasulnya telah memperingarkan kita dengan riya dalam ayat quran dan hadis dibawah ini

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. (QS Al Baqarah: 264)

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ

Artinya: Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat, (yaitu) yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberi) bantuan. (QS Al Maun: 4-7)

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًا

Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali. (QS An Nisa: 142)

إنَّ أخْوَفَ ما أخافُ عليكم الشِّركُ الأصْغَرُ، قالوا: وما الشِّركُ الأصْغَرُ يا رسولَ اللهِ؟ قال: الرِّياءُ؛ يقولُ اللهُ عزَّ وجلَّ لهم يومَ القِيامةِ إذا جُزِيَ الناسُ بأعمالِهم: اذْهَبوا إلى الذين كنتُم تُراؤون في الدُّنيا، فانظُروا هل تَجِدون عِندَهُم جزاءً؟

Artinya: "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan pada kalian adalah syirik kecil." Mereka bertanya, "Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Riya"." Allah 'Azza Wajalla pada hari Kiamat ketika memberi balasan amal para hamba berfirman, "Pergilah kalian kepada mereka yang kalian riya' di hadapan mereka ketika kalian berada di dunia lalu perhatikan apakah kalian mendapatkan pada mereka balasan?" (HR Ahmad).

Alasan kenapa saya menambahkan banyak dalil karena setiap dalil ini terdapat kandungan yang berbeda. Dan terdapat tafisiran yang berbeda beda. Namun semuanya dalam satu tema yang saya bahas yaitu Ikhlas. Dan juga karena ikhlas ini adalah hal penting yang tidak boleh kita abaikan. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang taat dan senantiasa ikhlas dalam menjalani setiap amalan-amalan solih dan semoga Allah menjauhkan kita dari sifat riya dan munafik. Aamiin ya robbal aalamiin.

Wallahu A’lamu Bissowaab

Ikuti tulisan menarik Affan Ghiyatsa Hadiid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler