Mungkin ini bukan seperti mata pisau sapardi. Ini mata pisau di atas meja yang lain. Dalam peristiwa yang lain. Dengan simbolisme yang sekadarnya, yang tak melampaui sapardi.
Mata pisau itu menatapku dengan tatapan mata senja yang bisu dan tiba tiba.
Di ufuk tubuh hujan hujan kecil berjatuhan. Menikam nikam penuh gaduh.
Mata pisau itu berkilat diantara pecahan hujan, sedang kemarau belum selesai.
Ikuti tulisan menarik Taufiq Sentana lainnya di sini.