x

Duta Besar Irlandia datang ke Manggarai

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Kamis, 26 Januari 2023 17:17 WIB

Kunjungan Duta Besar Irlandia  ke Manggarai Mempelajari Pelayanan kepada Kaum Disabilitas

Duta Besar Irlandia untuk Indonesia sangat menghargai kerja sama semua pihak untuk isu disabilitas di Wilayah Kecamatan Satar Mese Utara. “Saya datang ke sini untuk belajar banyak tentang apa yang sedang kamu kerjakan, dimana kalian bekerja sama dengan orang-orang yang hidup dengan disabilitas.  Mendampingi dan memberdayakan orang disabilitas sampai mereka hidup dengan penuh dan ini sangat penting,”ujarnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Padraig Francis, Duta Besar Irlandia untuk Indonesia berkunjung ke Kecamatan Satar Mese Utara, , Rabu (25/1/2023). Agenda Padraig adalah mengikuti pertemuan informal berbagi pengalaman terkait pencapaian dari implementasi Proyek Kerja Sama antara Yayasan Ayo Indonesia dengan Irish Aid. Kerja sama itu bertema Menuju Layanan Kesehatan dan Pendidikan Lebih Inklusif bagi Penyandang Disabilitas di Manggarai, Flores, NTT.

Proyek ini dalam pelaksanaanya di Wilayah Kecamatan Satar Mese Utara melibatkan beberapa pemangku kepentingan. Mereka berkomitmen untuk memberi perhatian serius bagi upaya pemenuhan hak-hak dari orang-orang yang hidup dengan disabilitas di 11 desa. Pihak-pihak yang mengambil bagian yang secara aktif menurut peran masing-masing dalam porgram disabilitas tersebut, antara lain, Dinas Sosial Kabupaten Manggarai, Yayasan Ayo Indonesia, Paroki Langke Majok, Forum Inklusi Paroki Langke Majok, Pemerintah Kecamatan, Kepala SDK Langke Majok, 11 Pemerintah Desa, Kelompok Disabilitas Desa (KDD), dan pihak Puskesmas Langke Majok.

Duta Besar Irlandia disambut secara adat Manggarai di depan Kantor Camat  Satar Mese Utara, Rabu (25/1/2023)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Duta Besar Irlandia disambut secara adat Manggarai di depan Kantor Camat  Satar Mese Utara, kemudian Dia mengikuti pertemuan informal bagi pengalaman dari beberapa pihak dalam memperjuangkan hak-hak dari Para Penyandang Disabilitas melalui beberapa kegiatan penting, seperti, pendataan terkait jumlah dan ragam disabilitas, kondisi sosial-ekonomi dari mereka, pemberdayaan sosial ekonomi anggota KDD, Pelayanan Fisioterapi khusus untuk anak-anak disabilitas, pelatihan kapasitas tenaga kesehatan tentang cara melayani orang dengan disabilitas yang datang ke Puskesmas, pelatihan guru-guru tentang cara menerapkan metode pembelajaran bagi anak-anak difabel dan advokasi untuk memasukan isu disabilitas dalam kebijakan menyangkut pengggunaan dana desa. Pemangku kepentingan yang hadir pada acara diskusi informal tersebut, antara lain, Camat Satar Mese Utara, Kepala Desa, Kepala Sekolah (SD/SMP/SMA), Pastor Paroki  Santo Pio Langke Majok, Pengurus Yayasan Ayo Indonesia, Kepala Puskesmas Langke Majok, Ketua Forum Inklusi Santo Pio Langke Majok , dan Pengurus KDD dari 6 Desa.

 

 

Hipolitus Kori, .Camat Satar Mese Utara, ketika menyampaikan kata sambutan untuk membuka kegiatan diskusi dan bagi pengalaman dari beberapa pemangku kepentingan yang ikut terlibat menangani isu disabilitas mengatakan bahwa Pemerintah Kecamatan Satar Mese Utara telah bekerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia untuk melakukan pendataan disabilitas sebagai salah satu bentuk komitmen agar kebijakan pembangunan desa, khususnya untuk para penyandang disabilitas harus mengacu kepada data yang valid.

 

 

Pemerintah Kecamatan Satar Mese Utara, kata Hipolitus, tentu sangat peduli dengan para penyandang disabilitas sebab kita semua punya martabat yang sama sebagai ciptaan Tuhan. “Kami selaku pemerintah sangat menghargai pola kemitraan antara Pemerintah, Gereja, Puskesmas, dan Yayasan Ayo Indonesia dalam melakukan kegiatan-kegiatan, antara lain, pemberdayaan kepada para penyandang disabilitas, memfasilitasi pembentukan Forum Inklusi Pastoral di Paroki, pembangunan rumah fisioterapi di dekat rumah Pastoran Paroki Langke Majok, Forum dan KDD terlibat dalam penyusunan rencana pembangunan desa mulai dari tingkat dusun dan Desa,“ Ungkapnya

 

 

Forum Inklusi dan KDD, jelas Hipolitus, selama ini berpatisipasi dalam kegiatan musyawarah pembangunan desa dan mereka telah menyampaikan usulan-usulan menyangkut kebutuhan mereka pada saat musyarawah tersebut agar dimasukan ke dalam anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes).

 

Tarsisius Hurmali, Direktur Yayasan Ayo Indonesia, kepada para peserta menjelaskan  tentang tujuan diskusi dan juga kunjungan Duta Besar di Manggarai khususnya di Kecamatan Satar Mese Utara. Dia mengatakan bahwa kita berada di sini untuk  satu isu yang dinilai sangat sulit, menantang tetapi sangat penting,  yaitu isu disabilitas.  Wilayah Kecamatan Satar Mese Utara adalah wilayah yang paling banyak mendapat perhatian dari Yayasan Ayo Indonesia dalam topik disabilitas. Di sini kami memberi perhatian kepada para penyandang disabilitas yang berjumlah 374 orang, kita juga  bekerjasama dengan Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan, Puskesmas Langke Majok, Sekolah-Sekolah (SD/SMP/SMA) untuk isu pendidikan inklusi, dan Gereja Katolik (Paroki Langke Majok).

 

Lebih lanjut Tarsi menjelaskan, khusus untuk pelayanan kesehatan bagi para Penyandang Disabilitas di Wilayah Kerja Puskesmas Langke Majok sudah ada kesepakatan bersama antara Pihak Puskesmas dengan Forum Inklusi Pastoral Paroki Langke Majok. Salah satu poin penting dari kesepakatan itu, adalah Puskesmas menyediakan ambulans keliling gratis yang bisa menjemput pasien (disabilitas) untuk mendapat perawatan medis di Puskesmas  

 

“Kita bekerjasama dengan banyak actor/pihak untuk isu disabilitas dengan harapan agar semua orang harus memberi perhatian pada isu disabilitas, ini tujuan kita berada di sini hari ini. Sedangkan Bapak Duta Besar datang ke sini untuk  mendengar cerita-cerita kita terkait apa yang sudah dikerjakan oleh para pemangku kepentingan dalam memberi perhatian kepada para penyandang disabilitas,”tuturnya.

 

 

Duta Besar Irlandia untuk Indonesia sangat menghargai kerja sama semua pihak untuk isu disabilitas di Wilayah Kecamatan Satar Mese Utara. “Saya datang ke sini untuk belajar banyak tentang apa yang sedang kamu kerjakan, dimana kalian bekerja sama dengan orang-orang yang hidup dengan disabilitas.  Mendampingi dan memberdayakan orang disabilitas sampai mereka hidup dengan penuh dan ini sangat penting,”ujarnya.

 

 

Dia juga mengungkapkan, sangat penting juga dimana banyak organisasi yang  menjadi actor untuk bekerjasama, seperti, Pemerintah, Puskesmas, Sekolah, Gereja, dan Lembaga Swadaya Masyarakat, guna memberi perhatian kepada para penyandang disabilitas.

 

 

Ini  merupakan hal yang fundamental, tegasnya, untuk martabat manusia dimana setiap orang ikut  mengambil peran memberi perhatian kepada disabilitas dan saya kira hal ini harus membuat lebih kuat dan baik sabagai manusia untuk bekerjasama pada isu disabilitas. Kedutaan Besar Irlandia sangat senang bisa hidup dalam sebuah pekerjaan yang sangat bernilai seperti ini.

 

 

Beberapa pemangku kepentingan menyampaikan apa yang mereka kerjakan untuk isu disabilitas

 

David Salvius Jehudu, Sekretaris Camat Satar Mese Utara menjelaskan kepada para peserta diskusi bahwa Pemerintah Kecamatan, Yayasan Ayo Indonesia, Dinas Sosial Kabupaten Manggarai dan 11 Pemerintah Desa telah bekerjasama untuk  melakukan Pemutakhiran data disabilitas di wilayah Kecamatan Satar Mese Utara pada tanggal 9 September sampai dengan tanggal 13 Oktober  2022.

 

 

Hasil pendataan yang dilakukan oleh 22 enumerator, ungkap David menemukan fakta bahwa jumlah penyandang disabilitas di 11 desa, adalah, sebanyak 374 orang dengan Ragam Disabilitas, sebagai berikut, disabilitas fisik 162 orang, ganda 37 orang, intelektual 20 orang, mental 65 orang dan sensorik 90 orang. Dengan tingkat Pendidikan: tidak sekolah 155 orang, Tamat SD 120 orang, SMP 15 orang, SMA 17 orang dan tamat Perguruan Tinggi 3 orang. Jumlah penyandang disabilitas di masing-masing desa adalah Desa Cireng 17 orang, Gulung 39 orang, Kole 34 orang, Lia 22 orang, ling 16 orang, Mata Wae 36 orang, Nao 26 orang, Popo 80 orang, Renda 51 orang, Ruang 31 orang dan Todo 22 orang.

 

 

Sedangkan data yang menggambarkan tentang layanan Kesehatan dan kepemilikan Kartu BPJS Kesehatan, jelas David, ternyata ditemukan fakta bahwa sebanyak 157 orang tidak pernah berobat di Puskesmas dari 349 penyandang disabilitas dan sebanyak 370 orang yang belum memiliki Kartu BPJS Kesehatan.

 

 

Dokter Maya Novian Dini Sitompul, Kepala Puskesmas Langke Majok, dalam presentasinya menyatakan, Jumlah dan ragam penyandang disabilitas yang terdata oleh Puskesmas sebanyak 191 orang, di 9 desa, yaitu Desa nao, Lolang, Jaong, Ruang, Cireng, Kole, Matawae, Ling, dan Gololambo.

 

 

Berdasarkan data ini, ungkap Maya, Pihak Puskesmas Langke Majok mulai memberi perhatian pada layanan Kesehatan terhadap para penyandang disabilitas dimana mereka menjadi prioritas dan mereka tidak perlu mengantri jika datang ke loket bahkan kami juga menyediakan layanan “jemput bola” setiap bulan dimana petugas kami datang menjemput mereka di rumah untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan namun pendekatan ini, khusus untuk mereka yang tinggal jauh dari Puskesmas.

 

 

Sejauh ini, kata Maya, pelayanan Puskesmas sudah ramah terhadap kaum disabilitas, sebagai contoh pasien penyandang disabilitas jika berobat ke puskesmas dilayani lebih utama/prioritas daripada pasien lainnya. Namun masih ada beberapa hal yang masih perlu dibenahi lagi terkait alat/media/prasarana bagi kaum disabilitas di Puskesmas.

 

 

Namun tantangan pihak puskesmas dalam melayani para penyandang disabilitas, jelas Maya, adalah 1) Kurang memadainya sarana/prasarana untuk kaum disabilitas di Puskesmas, misalnya tidak adanya kursi roda yang bagus, dan jalan menuju pintu masuk berobat ke Puskesmas dalam bentuk tangga/jalan tidak rata yang membuat pasien disabilitas harus digendong untuk masuk ke dalam rungan atau loket pemeriksaan di Puskesmas. 2)Tidak ada tenaga Kesehatan yang terlatih sebagai penerjemah bahasa khusus pada kaum disablitas dan 3)Ruangan toilet belum ramah dengan disabilitas terutama bagi mereka yang menggunakan kursi roda.

 

 

Terhadap data dan informasi yang telah dipaparkan berdasarkan hasil survey yang dikumpulkan oleh beberapa pihak, Duta Besar memberi beberapa catatan penting, yaitu 1) data-data yang begitu luas dan lengkap menjadi acuan dalam menolong orang disabilitas dalam kebijakan, yang paling penting teman-teman disabilitas tidak hidup sendiri-sendiri tapi mereka berada dalam satu kelompok atau lingkungannya sehingga mereka saling mendukung, 2) data-data ini tidak hanya untuk kepentingan bagi yang mengumpulkan data tetapi perlu disebarluaskan kepada banyak orang yang mungkin saja tertarik untuk memberikan bantuan, data-data ini sekali dibuat dan seterusnya seperti ini namun ke depan perlu selalu diupdated secara regular untuk mengukur apakah ada perubahan dari apa yang telah kita berikan, 3) kita mempunyai kerangka dasar dalam pendataan sehingga mudah bagi kita untuk melakukan update apalagi sudah  menggunakan aplikasi tercanggih dalam melakukan pendataan.

 

 

Sedangkan yang menarik adalah komitmen dari Kepala Desa Jaong, Florianus Bebok, bahwa data tentang disabilitas sangat penting bagi Pemerintah Desa dalam menyusun program dan mengalokasikan anggaran Dana Desa. “Kami sedang melakukan konsultasi RAPBDes di tingkat Kecamatan, sebab di situ ada poin untuk bantuan atau alokasi dana desa bagi warga miskin ekstrim dimana di dalamnya terdapat anggota keluarga yang mengalami disabilitas supaya dari dana yang ada bisa juga memberi bantuan kepada para penyandang disabilitas.

 

Berdasarkan panduan penggunaan dana desa dari Bappedalitbangda Kabupaten Manggarai terkait program untuk para penyandang disabilitas, katanya, bidang kegiatan yang mungkin bisa dilakukan adalah  Pendidikan  dan pelatihan pemberdayaan bagi mereka.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler