x

image: The Conover Company

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Minggu, 29 Januari 2023 10:58 WIB

Perbedaan Menasihati Orang Bodoh Dengan Menasihati Orang Berakal

Semua orang sejatinya butuh nasihat. Meskipun demikian tanggapan orang bodoh dengan orang berakal terhadap nasihat berbeda. Bagaimana bedanya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perbedaan Menasihati Orang Bodoh Dengan Menasihati Orang Berakal

 

Bambang Udoyono

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Tiada ada orang yang sempurna.  Semua orang memiliki keterbatasan dan kelemahan. Akibatnya semua orang bisa saja membuat kesalahan. Orang pintarpun sering berbuat salah. Maka orang cerdas juga membutuhkan nasihat dari orang lain.  Apalagi orang bodoh. Meskipun demikian  tanggapan kedua golongan itu sangat berbeda. Bagaimana bedanya? 

 

Ali bin Abi Thalib memiliki sebah kata mutiara menarik tentang hal ini. “Jangan menasihati orang bodoh, karena dia akan membencimu. Nasihatilah orang yang berakal, karena dia akan mencintaimu.”  (Ali bin Abi Thalib) 

 

Tapi sebelum membahas lebih jauh mari kita cermati dulu apa itu nasihat. Inilah keterangan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Nasihat adalah kata benda yang artinya:

  1. Ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan teguran)yang baik.
  2. Ibarat yang terkandung dalam suatu cerita dan sebagainya ; moral cerita.

 

Jadi jelas bahwa nasihat itu sejatinya sangat bermanfaat dan menguntungkan. Seharusnya orang yang diberi nasihat berterimakasih kepada orang yang memberi nasihat. Maka orang yang berakal akan mencintai orang yang memberi nasihat. Tapi jangan diartikan sempit kata mencintai di sini. Pasti Ali bin Abi Thalib bermaksud memberi arti luas kepada kata cinta di sini.  Maksudnya pasti hubungan baik akan terjalin antara orang yang diberi nasihat dengan orang yang memberi nasihat.

 

Pertanyannya mengapa orang bodoh membenci orang yang memberinya nasihat?   Saya menduga karena orang bodoh itu merasa nasihat adalah serangan kepada pribadinya.  Dia tidak mampu membedakan antara nasihat atau koreksi dengan serangan pribadi. Maka dia akan beraksi emosional. Dia justru membenci orang yang memberi kebaikan kepadanya.

 

Mungkin Anda pernah mengalami sendiri hal seperti ini. Anda bermaksud memberi masukan yang bisa memperbaiki perbuatan atau kinerja seseorang tapi justru dia bereaksi negatif. Dia justru tersinggung, membela diri dan selanjutnya membenci Anda. Dia memandang Anda sebagai orang yang tidak suka dengan dia. 

 

Orang seperti ini menanggapi koreksi dengan emosi. Kalau Anda sekali lagi memberi nasihat  maka dia akan semakin marah dan semakin membenci Anda.  Jadi benar kata Ali bin Abi Thalib.  Tidak usah memberi nasihat orang bodoh karena dia akan membenci Anda.   

 

Fenomena seperti ini saya yakin sering kita lihat di dunia maya dan di dunia nyata.   Banyak sekali anggota masyarakat yang bermusuhan hanya gara gara hal sepele. Mereka bertengkar karena hal yang sebenarnya bukan urusan mereka.  Jadi sangat bodoh sebenarnya.

 

Pertanyaan selanjutnya, bisakah orang orang bodoh itu disembuhkan dari kebodohannya?   Dalam dugaan saya, sebagian mungkin bisa. Tapi sebagian besar agaknya sangat susah untuk disembuhkan. Jadi lebih baik jangan menasihati orang bodoh karena dia akan membenci Anda. Nasihatilah orang berakal karena dia akan mencintai Anda.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler