x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 2 Februari 2023 10:14 WIB

Gambaran Rumi Tentang Orang Terbelenggu

Kata Rumi banyak orang yang terbelenggu. Siapa mereka? Apa yang membelanggu? Bagaimana cara lepas dari belenggu? Silahkan ikuti terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono

 

Why do you stay in prison when the door is so wide open? Kalimat itu adalah kutipan dari kalimat mutiara  Maulana Jalaludin Rumi, seorang sufi terkenal dari Konya, Turkiye.  Arti harafiahnya adalah: Mengapa Anda tetap tinggal di penjara ketika pintunya terbuka lebar. Tentu saja dia tidak sedang membahas rumah tahanan atau bui dan narapidana.  Mungkin Anda sudah punya dugaan tentang maksudnya.  Mari kita bahas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tafsir saya kata ‘penjara’ dalam kalimat di atas adalah harta dan kekuasaan duniawi yang memang sangat memikat buat manusia sehingga sebagian (besar) manusia rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.  Mereka berani melanggar aturan Allah untuk mendapatkan harta dunia dan kekuasaan.  Riba mereka jalani.  Eksploitasi sesama manusia dan kekayaan alam dijalani.  Menipu dilakukan.  Korupsi, kolusi, nepotisme tumbuh subur.  Demikian juga judi, penipuan dan lain lain.  Jadi orang orang yang melakukan pelanggaran tehadap ayat ayat Allah itu adalah orang yang terpenjara oleh kemegahan harta dan kekuasaan.  Apakah orang terpenjara itu bahagia?  Tentu saja tidak. 

Namun, kata Rumi, pintu penjara itu tidak digembok.  Pintunya justru terbuka lebar.  Apa maksudnya?  Tafsir saya dia ingin mengatakan bahwa sesungguhnya tidak sulit buat manusia untuk membebaskan diri dari penjara kehidupan duniawi.  Bagaimana caranya?  Secara singkat mengabdikan diri dengan total kepada Allah swt.  Itulah satu satunya cara untuk merdeka.  Jadi di sinilah paradox kehidupan.  Manakala manusia menundukkan dirinya dengan menjadi abdi Allah maka dia justru merdeka dari penjara kehidupan duniawi.  Tatkala dia tidak mau menundukkan diri, dan tidak mau menjadi abdi Allah maka dia bisa saja sukses dalam pandangan manusia karena memiliki banyak harta dan kekuasaan.  Tapi sejatinya dia menjadi orang tahanan.  Dia dibui dalam penjara yang tidak nampak sangar.  Tidak seperti penjaranya para penjahat. 

Saya ingin kaya raya dan berkuasa.  Apakah itu salah?  Tentu saja tidak. Tapi ada caranya.  Di mana kita tahu caranya?  Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat yang mengingatkan manusia agar jangan terpedaya oleh kehidupan duniawi.  Mencari rejeki memang wajib. Orang yang menghambakan diri kepada Allah tidak harus menghindari kehidupan duniawi.  Menjadi kaya dan berkuasa tidak salah, boleh boleh saja.  Tapi harus tidak melanggar aturanNya.  Maka ikuti saja aturan Allah agar kita mampu mendapatkan kehidupan yang bahagia tidak hanya di dunia tapi juga di akherat.  Bagaimana kiatnya mencari keduanya?  Sekali lagi, panduan lengkapnya ada di Al Qur’an.  Itulah panduan tertinggi. 

 

Kalau Rumi mengatakan mereka orang yang ada dalam tahanan, saya menggambarkan mereka sebagai orang orang jajahan.  Orang yang dijajah oleh nafsunya.  Sejatinya mereka orang yang tidak menguasai dirinya.   Mereka dikuasai oleh setan dan nafsunya.

 

Maka mari kita menghambakan diri hanya kepada Allah swt saja agar kita menjadi orang merdeka.  Merdeka dari penjajahan harta dan kekuasaan dunia. Merdeka dari penjajahan hawa nafsu. Merdeka dari penjajahan setan.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler