x

Photography by Tasch

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Kamis, 2 Februari 2023 20:23 WIB

Melatikrisan (12)

Kenangan. Angan tiba ataupun telah lalu. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Transendental jernih jiwa. Melatikrisan (12) cerita sunyi asmara di nurani. Salam kasih sayang saudaraku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lelaki, Ungu Arjuna, entah kepada siapa ia menulis pesan ini.

Jadi, biarkan saja ruhmu menggelayut di asmara antar waktu. Jadi, biarkan saja cintamu berayun di angan-angan rongga ruhnya. Jadi biarkan saja asmaramu menjadi warna darah, menghangatkan dingin, sunyi di nadinya. 

Jadi, biarkan saja kepalsuan menajam di tikungan hati. Kadang-kadang cinta menguji dirinya untuk kalah, di sana kesetiaan sembunyi menjalin kekuatan tali kasih, terjal pembuluh rindu, tajam menusuk sukma, tertatih menggenggam bara.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Biarkan saja segala kecupan menghangat. Semesta jiwamu membuka pintu langit. Jadi, biarkan saja ruhmu di dalam telingaku. Jadi, biarkan violet asmaramu meradang rembulan angan. Jadi biarkan saja amarah lembut di kromosom, ingin, lebih memerah matahari.

*

Jika akhirnya harus saling membunuh. Jika akhirnya harus saling menyakiti. Jika akhirnya harus saling menyelinap. Jika akhirnya harus menjadi dua belati. Tombak jiwa mengarungi langit dahaga. 

Kisah asmara tak selalu berakhir indah. Aku ingin perih tersia-sia di antara zaman. Biar terkecoh amarah cinta pada nasib. Cinta, mati, dalam kemarau. Kering. Luluh, di pangkuan kekasih terkejam menggigit sukma. 

Meruangkan angan di ruang langit. Kata mati, lidah kenyal di rongga mulut. Musim ini tak ada burung-burung. Melewatkan cericitnya di antara pepohonan. Musim ini, tak ada estetika merona seterik kangen. Menjelma api membakar tubuh di pelukmu.

*

Jika benar itu adalah tanda-tanda, tentang akhir. Asmara ganjil berhenti di angan, meski melangit memuncak membuncah. Keringatmu, menetes meresap pori merembes getar senja, ngawang, terasa hangat asmara ungu sahara.

Hitam, putih. Merah, ungu, jadi gambar. Belati itu tertanam di jantung mati. Tak 'kan kulupa tetes keringatmu, lunglai di lenganku. Berharap, matisuri sepanjang peradaban menuju entah. Membeku di fosil hati. Biarin ya ...

Arjuna ungu muda. Lelaki surga dunia. Panahmu patah terhujam belati. Siksa, nikmat lautan peraduan air kehidupan, melelapkan jiwa menyatukan raga. Tak padam, dalam  sekam senada warna. Asmarandana, tembang menyala-nyala ...

***

Jakarta Indonesiana, Januari 2, 2023.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler