x

cover buku Cinta Sang Naga

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 12 Februari 2023 10:52 WIB

Cinta Sang Naga - Pandangan Orang Tionghoa Tentang Percintaan Antaretnis di Jaman Orde Baru

Di jaman Orde Baru, orang Tionghoa mengalami pelarangan menampilkan budaya di tempat publik. Pada saat yang sama kampanye pembauran sangat gencar dilakukan. Pergumulan orang Tionghoa tentang kebudayaannya dan hubungan cinta antaretnis digambarkan secara baik oleh V. Lestari dalam novel berjudul "Cinta Sang Naga."

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Cinta Sang Naga

Penulis: V. Lestari

Tahun Terbit: 1996 (cetakan kedua)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 384

ISBN: 979-403-089-9

 

Kebudayaan termasuk kepercayaan leluhur, dan percintaan antara orang Tionghoa dengan suku lain adalah tema yang sering muncul dalam karya fiksi yang berlatar belakang masyarakat Tionghoa di Indonesia, sebelum kerusuhan Mei 1998. Dua tema tersebut memang menjadi bagian pergumulan orang Tionghoa di masa Orde Baru. Pelarangan mempertunjukkan budaya di ruang publik dan gencarnya kampanye pembauran membuat orang Tionghoa bergumul dengan identitasnya.

Novel “Cinta Sang Naga” karya V. Lestari ini adalah salah satu karya fiksi yang membahas tema kebudayaan Tionghoa dan percintaan antara orang Tionghoa dengan etnis lain. V. Lestari membangun cerita melalui keluarga seorang pengusaha restoran. Nama restoran tersebut adalah Restoran Sang Naga. Pemiliknya bernama Liong Hok Kie. Pemilihan nama pemilik restoran ini sepertinya disengaja. Liong adalah naga. Sedangkan Hok Kie adalah keberuntungan atau rezeki. Jadi wajarlah V. Lestari memilih nama Liong Hok Kie sebagai pemilik restoran yang laris.

Di bagian yang kemudian, V. Lestari menambahkan bahwa nama restoran dan bentuk bangunan termasuk ruang-ruangnya dipilih karena nasihat seorang peramal dan sesuai dengan feng sui. Liong Hok Kie percaya akan budaya Tiongkok. Kepercayaannya itu membawa keberuntungan. Naga nyaman tinggal di restoran tersebut sehingga usaha rumah makan ini berhasil.

Meski memasukkan unsur kepercayaan, V. Lestari juga membumbui kesuksesan restoran ini karena Liong Hok Kie mempunyai 3 anak gadis yang sangat cantik. Ketiga anak gadis ini selalu ada di restoran tersebut. Makanan enak, tempat nyaman disertai dengan pemandangan gadis cantik menjadi kombinasi yang pas bagi kesuksesan restoran tersebut.

Seberapa besar pengaruh feng sui dan ramalan dan fengsui terhadap keberhasilan restoran? V. Lestari tidak memberikan pendapat tentang ini. Tetapi V. Lestari menyampaikan bahwa baik Hok Kie maupun sang istri yang kemudian mengelola restoran setelah Hok Kie meninggal adalah orang-orang yang percaya kepada ramalan dan feng sui.

Selain membahas bagaimana budaya masih sangat mempengaruhi cara berbisnis orang Tionghoa, V. Lestari juga memasukkan persaingan bisnis diantara orang Tionghoa yang sering kali kejam tanpa ampun. Peter Lim adalah seorang pengusaha yang sangat berminat untuk mempunyai restoran yang selaris Restoran Naga.

Peter Lim tak segan-segan menyelingkuhi Linda istri Liong Hok Kie. Linda yang kesepian karena suaminya impotent menanggapi perselingkuhan tersebut. Peter Lim mencari informasi tentang mengapa Restoran Naga  bisa sukses dari Linda. Namun Linda tidak sadar bahwa dirinya sedang dimanfaatkan. Bukan itu saja, Peter Lim juga dengan kejam berupaya menjatuhkan reputasi Restoran Naga dengan menyuruh salah satu pelayan restoran memasukkan kecoak ke dalam makanan yang disajikan kepada tamu. Di bagian akhir novel, Peter Lim bahkan berupaya membajak pegawai terbaik Restoran Naga untuk bekerja di restorannya.

Berkat kecerdasan dan keuletan Henson Purba, seorang karyawan yang sangat dipercaya oleh Hok Kie, masalah kecoak tersebut bisa diselesaikan tanpa mengakibatkan kehancuran Restoran Naga. Henson Purba adalah seorang Batak asal Pematang Siantar. Ia seorang pekerja keras, cerdas dan mempunyai keterampilan mengelola restoran dengan baik. Meski karyawan biasa, Henson bekerja layaknya seorang manager.

Yang paling kejam, Peter tega menukar gelas teh yang dibubuhi racun oleh Liong Hok Kie untuk membunuh istrinya yang selingkuh yang mengakibatkan Liong Hok Kie mati. Dalam sebuah jamuan makan malam, Liong Hok Kie sudah merencanakan untuk membunuh istrinya dengan racun tikus. Peter yang secara tidak sengaja melihat Hok Kie menuangkan racun ke gelas Linda, menukarkan posisi gelas sehingga Hok Kielah yang malah meminum racun tersebut.

Henson Purba ternyata berpacaran dengan Irma si bungsu. Tentu saja hubungan percintaan ini disembunyikan dari orangtuanya. Hok Kie sangat mengagumi keterampilan Henson dalam mengelola restoran. Ia berniat mengangkat Henson sebagai manager. Namun Hok Kie terkejut dan sangat kecewa ketika secara tidak sengaja memergoki Henson bercumbu dengan anak bungsunya.

Kekecewaan terhadap istrinya, kekecewaan terhadap anak bungsunya yang menjalin cinta dengan pemuda yang bukan Tionghoa membuat ia semakin depresi. Itulah sebabnya ia berupaya membunuh istrinya pada sebuah jamuan makan yang seharusnya akan dipakai untuk mengumumkan Henson sebagai manager restoran.

Bagaimana kelanjutan hubungan Irma dengan Henson? Sang ibu yang mewarisi semua harta sepeninggal Hok Kie menentang hubungan Irma dengan Henson. Irma diberi pilihan tetap menjadi anak dan menerima warisan tetapi putus dari Henson, atau tetap dengan Henson tetapi tidak dianggap sebagai anak dan hak warisnya hilang. Irma memutuskan untuk bersama Henson.

Mereka berdua membuka restoran kecil.

Melihat bahwa Restoran Naga tak bisa pulih kembali, Linda berkonsultasi dengan peramal. Sang pelamar menyampaikan bahwa Sang Naga telah pindah ikut Irma. Sejak itu Linda merayu Irma supaya kembali bergabung untuk mengelola Restoran Sang Naga. Namun Irma tidak bersedia.

Ada sisipan kisah yang tidak terlalu banyak dikembangkan oleh V. Lestari. Yaitu kisah antara Lili anak kedua Hok Kie yang mulai saling tertarik dengan Asrul sang wartawan yang beretnis Jawa dan beragama Islam. Tokoh Asrul yang muncul saat Restoran Naga kena masalah kecoak, dikisahkan semakin dekat dengan Lili yang patah hati karena pacarnya menghamili perempuan lain. Namun hubungan Lili dan Asrul tak jelas kelanjutannya. Apakah V. Lestari tidak setuju dengan hubungan gadis Tionghoa dengan pemuda Jawa-Islam? Atau V. Lestari sedang menggambarkan pandangan umum keluarga Tionghoa yang kebanyakan masih belum bisa menerima hubungan yang seperti itu?

V. Lestari sangat berhasil menggarap dua tema yang menjadi pergumulan orang Tionghoa di masa Orde Baru dengan jalinan kisah yang menarik, penuh drama dan penuh kejutan. Kejadian-kejadian yang sepertinya tidak saling berhubungan ternyata merupakan rangkaian logis yang membuat kisah menjadi menarik bak kisah detektif. Terutama tentang investigasi apakah Hok Kie bunuh diri atau dibunuh. 733

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler