x

Wawancara Petani pada kegiatan Kajian Kerentanan terhadap perubahan iklim

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Rabu, 15 Februari 2023 06:46 WIB

Tingkat Kerentanan Masyarakat Manggarai Timur Dinilai Tinggi Terhadap Perubahan Iklim.

Kerentanan didefinisikan, terkait kemudahan terkena atau ketidakmampuan dari sistem dalam menghadapi dampak buruk dari perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan iklim ekstrim (dalam buku Indeks Kerentanan dan Risiko Iklim Desa diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tahun 2015,). Kerentanan sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik atau kondisi lingkungan tempat masyarakat tinggal, sumber pendapatan utama, dan tingkat Pendidikan. Kerentanan individu terhadap gangguan iklim bergantung kepada factor keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas (terkait tingkat pendidikan).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Tingkat Kerentanan Masyarakat Manggarai Timur dinilai Tinggi terhadap Perubahan Iklim.



Dampak perubahan Iklim terhadap sektor pertanian Pangan di Manggarai Timur


Dalam buku Keragaman dan Perubahan Iklim di Nusa Tenggara Timur yang diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015 menyatakan bahwa perubahan perilaku iklim yang tidak menentu di sebagian besar wilayah di NTT menyebabkan terjadinya penyimpangan pola hujan dari normalnya dimana awal musim hujan umumnya mundur, sering terjadi periode kering (dry spell) atau jeda hujan (season break), curah hujan bertambah tinggi, namun periode musim hujan semakin pendek, serta intensitas hujan cukup tinggi terjadi pada musim kemarau.


Fenomena iklim seperti ini, ternyata membawa dampak negatif di sector pertanian yang ditandai dengan penurunan produksi, baik tanaman pangan padi maupun perkebunan khususnya kopi robusta, bahkan menyebabkan gagal panen pada kedua komoditi penting tersebut.



Berdasarkan data produksi padi sawah beririgasi tehnis, sawah tadah hujan dan tanaman perdagangan yang dirilis oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Timur pada tahun 2021 menujukkan bahwa hasil padi sawah turun sebesar 18,23 persen dan sawah tadah hujan sebesar 53.94 persen pada 3 tahun terakhir. Sedangkan Produksi kopi Robusta pada 4 tahun terakhir (2018-2021) di Kecamatan Lamba Leda Selatan dan Congkar (lokasi studi) mengalami penurunan sebesar 257,30 ton atau 10,93 persen, dari total produksi 2.354,12 ton tahun 2018 turun menjadi 2.096,82 ton tahun 2021.



Kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim adalah petani sebab mereka tidak memilik pengetahuan dan keterampilan untuk dapat beradaptasi. Selain itu, akses mereka terhadap informasi iklim terbatas sehingga berpengaruh pada ketidakpastian untuk menentukkan musim tanam yang tepat.



Ketidakmampuan mereka menghadapi dampak perubahan iklim berimplikasi kepada penurunan pendapatan dan pengeluaran tahunan keluarga-keluarga petani untuk penyediaan pangan beras terus meningkat. Sebanyak 82,28 persen penduduk di Kabupaten Manggarai Timur bermata pencaharian bertani dengan tingkat Pendidikan sangat rendah, hanya menamatkan Pendidikan di tingkat Sekolah Dasar. Padahal sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Manggarai Timur sebagaimana besaran kontribusinya mencapai 48,4 % terhadap PDRB (Buku Potensi Investasi Manggarai Timur, 2018).


Hasil Analisis Kerentanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim




Yayasan Ayo Indonesia pada Januari 2023 melakukan kajian kerentanan masyarakat di Manggarai Timur terhadap perubahan iklim dengan mengumpulkan data primer dan sekunder terkait tingkat Pendidikan, kondisi biofisik tempat tinggal, dan sumber pendapatan dari masyarakat. Kegiatan Kajian ini merupakan kelanjutan dari kajian dampak perubahan iklim di sector pertanian pangan yang dilaksanakan pada bulan April - Mei 2022.

Melakukan Wawancara dengan seorang respoden di Desa Golo Ndari, Kecamatan Lamba Leda Selatan
 
Pengumpulan data primer dan sekunder (dokumen profil desa) pada kajian ini dimaksudkan untuk menjadi bahan analisis tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim. Kegiatan ini,dilaksanakan di 2 Desa dan 2 Kelurahan di Manggarai Timur.

 
Metode yang digunakan pada kajian ini, salah satunya, adalah mewawancara 60 responden, dimana masing-masing desa/kelurahan diwakili oleh 15 orang, mereka, adalah anggota kelompok tani (berjenis kelamin Laki-laki dan Perempuan), orang muda, dan tokoh masyarakat.

Informasi tentang Jumlah Responden, Waktu dan Tempat pelaksanaan kajian, adalah, sebagai berikut;

  1. Kampung Golo Ntoung, Kelurahan Rana Loba, Kecamatan Borong, 10 Januari 2023, 15 orang yang diwawancara; 7 orang Perempuan, dan 8 orang Laki-laki.
  2. Kampung Kala Bumbu, Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba, 19 Januari 2023, 15 orang yang diwawancara; 5 orang Perempuan, dan 10 orang laki-laki.
  3. Kampung Melo dan Golo ndari, Desa Golo Ndari, Kecamatan, Lamba leda selatan, 13 Januari 2023, 15 orang yang diwawancara; 2 orang Perempuan, dan 13 orang Laki-Laki.
  4. Kampung Nelo, Desa Golo Ngawan, Kecamatan Congkar, 24 Januari 2023, 15 orang yang diwawancara; 25 orang Perempuan, dan 10 orang Laki-Laki.
Kerentanan didefinisikan, terkait kemudahan terkena atau ketidakmampuan dari sistem dalam menghadapi dampak buruk dari perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan iklim ekstrim (dalam buku Indeks Kerentanan dan Risiko Iklim Desa diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), tahun 2015,). Kerentanan sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik atau kondisi lingkungan tempat masyarakat tinggal, sumber pendapatan utama, dan tingkat Pendidikan. Kerentanan individu terhadap gangguan iklim bergantung kepada faktor keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas (terkait tingkat pendidikan).


Aspek Pendapatan

 

Sumber pendapatan utama dari 82,28 % penduduk di Kabupaten Manggarai Timur berasal dari sektor Pertanian atau dengan kata lain, sejumlah itu penduduk yang bermatapencaharian sebagai Petani. Perubahan iklim disertai terjadinya iklim ekstrim berpengaruh negatif terhadap kehidupan petani, mereka berpotensi mengalami gagal panen (Puso) dan kehilangan penghasilan (sumber penghidupan). Desa dengan sumber pendapatan utama penduduk yang didominasi dari kegiatan pertanian dapat dikatakan memiliki sensitivitas tinggi bila terjadi perubahan iklim atau anomaly iklim.


Kondisi Biofisik



Berdasarkan kondisi topografi, kemiringan tanah di Kabupaten Manggarai Timur diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok, yaitu kemiringan 0-2 % (dataran rendah), 2-15 % (dataran rendah), 15-40 % (berbukit bergelombang), dan >40 % (perbukitan terjal). Wilayah yang memiliki kemiringan tanah > 40 % (sangat curam dan terjal) mencapai 205.513 Ha (81,57%) dan tersebar di semua Kecamatan. Semakin tinggi persentase jumlah pemukiman yang ada di lokasi dengan kemiringan di atas 40 persen, maka semakin tinggi tingkat keterpaparan desa tersebut terhadap keragaman, anomali  dan perubahan iklim.

 

Tingkat Pendidikan


Aspek pendidikan, dari 122.713 penduduk yang tergolong angkatan kerja di Kabupaten Manggarai Timur, terdapat 71,44 persen angkatan kerja yang berpendidikan maksimal Sekolah Dasar (SD). Sementara yang berpendidikan SMP dan SMA masing-masing 9,35 persen dan 12,50 persen. Sisanya 6,71 persen berpendidikan Diploma atau Sarjana. Tingkat Pendidikan dari 60 orang responden pada kajian kerentanan terhadap perubahan iklim di Desa Golo Ndari, Desa Golo Ngawan, Kelurahan Watu Nggene dan Kelurahan Rana Loba, adalah sebanyak 60 persen berpendidikan Sekolah Dasar (SD), 25 Persen SMP dan 15 persen SMA.


Menurut buku Indeks Kerentanan dan Risiko Iklim Desa (2015) menyatakan dengan tegas bahwa semakin banyak penduduk yang yang berpendidikan, secara relative akan memiliki kemampuan (kapasitas) yang lebih baik dalam merespon perubahan atau tekanan iklim. Demikianpun sebaliknya, jika banyak penduduk yang kurang berpendidikan maka kemampuannya merespon tekanan iklim juga rendah dan lebih sensitif terkena dampak dari gangguan perubahan atau anomali iklim.


Mengacu kepada cara analisis kerentanan dalam buku Indeks Kerentanan dan Risiko Iklim Desa (diterbitkan oleh Kementrian Hidup dan Kehutanan,2015) yang menentukan Biofisik, Pendapatan Penduduk, dan Tingkat Pendidikan sebagai Faktor Analisis Kerentanan maka dapat mengambil satu kesimpulan bahwa Tingkat Kerentanan dari Masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur terhadap gangguan akibat dari perubahan iklim dan terjadinya anomali iklim sangat tinggi.

Penulis: Rikhardus R Urut
Yayasan Ayo Indonesia
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB