x

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau pembangunan IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. ANTARA/HO-Kementerian PUPR

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Rabu, 15 Februari 2023 13:57 WIB

Pak Basuki di Posisi Kunci untuk Hilirisasi Aspal Buton

Pak Basuki menilai dosa apabila Indonesia masih banyak mengimpor aspal, dan tidak memanfaatkan aspal Buton. Potensi aspal Buton sangat melimpah, mencapai 662 juta ton. Sekarang adalah waktu yang paling sakral untuk Pak Basuki menghapuskan dosa itu. Mumpung masih ada waktu. Solusi paling mudah dan sederhana untuk mennsubstitusi aspal impor adalah hilirisasi aspal Buton.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dr. (H.C.) Ir. H. Mochamad Basuki Hadimuljono, M.Sc, Ph.D, atau lebih akrab dipanggil Pak Basuki, adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin sejak 23 Oktober 2019. Dan sebelumnya, beliau juga menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla periode 2014-2019.

Apa kisah yang paling menarik dan perlu kita ketahui dari Pak Basuki, khususnya kalau kita kaitkan kiprah beliau untuk memanfaatkan aspal Buton guna mengsubstitusi aspal impor. Pada tahun 2015, Pak Basuki menilai dosa apabila Indonesia masih banyak mengimpor aspal, dan tidak mau memanfaatkan aspal Buton. Karena potensi aspal Buton sangat melimpah, mencapai 662 juta ton. Pak Basuki sadar bahwa seharusnya sudah sejak lama Indonesia memanfaatkan aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal impor. Tetapi faktanya, sampai saat ini Indonesia masih terus mengimpor aspal. Hal ini yang mungkin sangat menggelisahkan hati Pak Basuki.

Dari pernyataan Pak Basuki di atas terkesan bahwa beliau merasa sangat prihatin dan menyesal melihat realita ini, sehingga beliau menggunakan kosa kata "dosa" untuk menggambarkan masalah impor aspal. Beliau sangat paham dan yakin bahwa masalah impor aspal ini bukanlah hanya sekedar masalah dunia saja. Tetapi juga masalah akhirat. Masihkah kita masih mau bermain-main dengan impor aspal? Dan apakah kita tidak takut dengan dosa?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pak Basuki pernah memaparkan bahwa aspal alam Buton mempunyai kualitas yang hampir sama dengan kualitas aspal alam dari Trinidad, produk asing. Dan Pak Basuki merasa sangat senang dengan adanya kerjasama antara PT Pertamina (Persero) dan PT Wijaya Karya Tbk untuk memproduksi Aspal Hibrida. Aspal Hibrida adalah campuran antara aspal Buton ekstraksi dengan Decant Oil dari Pertamina. Dengan demikian, aspal Buton dari dalam negeri akan bisa diolah menjadi aspal hibrida dengan kualitas yang lebih baik daripada aspal impor.

Tetapi sangat disesalkan sekali bahwa harapan Pak Basuki mengenai produksi aspal hibrida ini ternyata tidak terwujud, dan telah kandas di tengah jalan. Kerjasama antara PT Pertamina (Persero) dan PT Wijaya Karya Tbk tersebut tidak dilanjutkan. Bagaimana perasaan Pak Basuki mendengar berita yang sangat mengecewakan hati ini? Apakah Pak Basuki hanya merasa sedih saja? Atau Pak Basuki juga merasa turut berdosa? Dan apa tindak lanjut yang akan Pak Basuki perbuat agar rasa dosa ini tidak terus berkepanjangan?

Pak Basuki harus ingat, bahwa dosa ini bukan semata-mata dosa Pak Basuki seorang diri saja. Namun ini adalah dosa-dosa kita semua, rakyat Indonesia. Termasuk dosa-dosa Pak Jokowi, dan semua Menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju.

Baru-baru in Pak Basuki mengatakan bahwa akan memaksimalkan pemanfaatan aspal Buton untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan. Berapapun jumlah produksi aspal Buton akan dibeli. Pak Basuki menambahkan, kalau ada anak buahnya yang tidak mau membeli aspal Buton, maka Pak Basuki akan langsung mengganti anak buah tersebut. Pak Basuki juga menegaskan lagi bahwa pembangunan infrastruktur jalan-jalan dengan menggunakan aspal Buton merupakan perintah langsung dari Pak Jokowi yang melarang impor.

Fenomena aspal Buton versus aspal impor sejatinya sudah berlangsung sejak lama. Sudah lebih dari 40 tahun. Dengan Pak Basuki mengatakan bahwa berapapun produksi aspal Buton akan dibeli., seolah-olah semua persoalan-persoalan aspal Buton ini sudah dapat teratasi. Dan dengan demikian, maka Pak Basuki sudah merasa nyaman, karena sudah tidak merasa berdosa lagi. Bahkan sudah merasa berpahala.

Tetapi Pak Basuki sangat keliru. Masalah aspal Buton itu sesungguhnya bukan hanya masalah pribadi Pak Basuki sendiri. Dan juga bukan hanya masalah produsen-produsen aspal Buton semata. Tetapi sejatinya masalah aspal Buton itu adalah masalah kita bersama, semua rakyat Indonesia. Sebaiknya kita tidak perlu mencari kambing hitam dan saling menyalahkan satu sama lain, siapa yang bersalah. Namun kita wajib mengambil alih tanggung jawab untuk bersama-sama mencarikan solusinya. Dan tanggung jawab yang paling besar dan berat, tentunya berada di atas pundak Pak Basuki dan Pak Jokowi, sebagai Menteri PUPR dan Presiden Republik Indonesia.

Ada kata-kata bijak yang mengatakan, “Fokus pada solusi. Bukan pada masalah” (Jim Rohn) . Apakah selama ini Pak Basuki sudah fokus kepada solusi untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton? Rasanya masih belum. Karena di dalam pikiran Pak Basuki, mungkin Pak Basuki merasa bahwa PUPR adalah sebagai pengguna aspal Buton. Jadi tidak ada kaitan dan hubungannya sama sekali dengan urusan produksi aspal Buton. Masalah produksi aspal Buton itu adalah urusan pengusaha-pengusaha aspal Buton.

Jadi kalau hal ini yang menjadi pemikiran Pak Basuki, maka berarti Indonesia akan impor aspal selamanya. Dan dosa-dosa kita pun akan semakin bertambah banyak dan menumpuk-numpuk. Padahal Pak Basuki sendiri sudah pernah mengatakan bahwa adalah dosa apabila kita tidak mau memanfaatkan aspal Buton. Tetapi kalau aspal Butonnya sendiri tidak ada, bagaimana mungkin PUPR akan bisa memanfaatkan aspal Buton? Jadi mau tidak mau, suka atau tidak suka, PUPR harus terlibat dalam masalah produksi aspal Buton. Karena kalau aspal Buton sudah mampu mengsubstitusi aspal impor, maka yang paling besar diuntungkan adalah PUPR juga.

Mungkin kata-kata bijak dari Agatha Christie, seorang penulis fiksi kriminal Inggris yang sangat terkenal dengan 66 novel detektif, akan dapat menginspirasi dan membuka wawasan yang lebih luas Pak Basuki untuk mencarikan solusi yang jitu untuk masalah aspal Buton ini. Agatha Christie mengatakan : “Untuk setiap masalah, ada solusi paling sederhana”. Coba Pak Basuki renungkan dalam-dalam nasehat ini.

Apakah menyelesaikan masalah aspal Buton dengan membeli semua produk-produk aspal Buton sudah tepat sasaran? Ingat, bahwa Indonesia mengimpor aspal sebesar 1,5 juta ton. Atau setara dengan US$ 900 juta ton. Dan kalau sekarang Pak Basuki membeli semua produk-produk aspal Buton, paling-paling jumlahnya tidak akan mungkin bisa melebihi 3% dari jumlah aspal impor. Apakah ini yang namanya solusi? Solusi itu sejatinya, minimal aspal Buton harus sudah bisa menggantikan aspal impor sebesar 50%.

Nasehat-nasehat dari Jim Rohn dan Agatha Christie, apabila digabungkan menjadi satu, maka akan menjadi: Fokus kepada solusi yang paling sederhana”. Silahkan Pak Basuki mendiskusikan nasehat ini dengan tim aspal Buton PUPR. Apa solusi yang paling sederhana untuk mengsubstitusi aspal impor dengan aspal Buton? Dan setelah itu Pak Basuki bisa lebih fokus untuk mewujudkan solusi itu. Dan mudah-mudahan solusi tersebut akan bisa diwujudkan masih di dalam era pemerintahan Pak Jokowi yang tersisa kurang dari 2 tahun lagi.

Adapun, tanpa maksud untuk menggurui Pak Basuki, solusi yang paling mudah dan sederhana untuk mengsubstitusi aspal impor dengan aspal Buton sejatinya adalah dengan mewujudkan hilirisasi aspal Buton. Pak Basuki bisa menyampaikan rekomendasi ini di dalam sidang paripurna Kabinet Indonesia Maju. Serahkan urusan mewujudkan hilirisasi aspal Buton ini kepada Menteri-menteri terkait yang paling tepat. Apakah itu Menteri ESDM, atau Menteri Perindustrian? Dan Pak Basuki bisa juga memohon kepada Pak Jokowi untuk memastikan bahwa pembangunan hilirisasi aspal Buton tersebut harus sudah dapat terwujud sebelum tahun 2024 berakhir.

Mohon sampaikan juga nasehat, “Fokus kepada solusi yang paling sederhana” ini kepada Pak Jokowi, dan semua Menteri-menteri terkait. Sejatinya mewujudkan hilirisasi aspal Buton dengan membangun pabrik ekstraksi aspal Buton itu adalah sangat-sangat mudah dan sederhana sekali. Pak Jokowi dan Pak Basuki sudah banyak membangun infrastruktur jalan-jalan Tol yang sangat luar biasa hebatnya di seluruh wilayah Indonesia. Masak membangun Pabrik Ekstraksi Aspal Buton saja tidak mampu? Pak Jokowi dan Pak Basuki sudah memiliki semua sumber-sumber daya untuk mampu mewujudkannya. Mungkin satu faktor saja yang masih belum ada adalah faktor keberanian.

Pak Basuki sendiri pernah mengatakan bahwa adalah dosa apabila kita tidak memanfaatkan aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal impor. Apakah dosa ini akan Pak Basuki wariskan kepada anak-anak dan cucu-cucu kita? Sekarang adalah waktu yang paling sakral untuk Pak Basuki menghapuskan dosa itu. Mumpung masih ada waktu.

Pak Basuki dan aspal Buton adalah sebuah kisah sejarah perjalanan panjang karir seorang Menteri PUPR di akhir masa jabatannya yang sangat peduli dengan aspal Buton. Rakyat di Pulau Buton, dan juga rakyat Indonesia, semuanya sekarang sedang menanti dengan penuh harap. Bagaimanakah akhir dari kisah seorang Pak Basuki, Menteri PUPR, dan aspal Buton ini?. Apakah akan berakhir dengan happy ending?

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB