Problematika Sastra Anak Jenjang SMP
Rabu, 22 Februari 2023 16:53 WIBFenomena ironis terjadi pada sastra untuk usia sekolah menengah atau dapat kita sebut usia SMP, jika kita menelisik lebih jauh, tidak dapat kita temukan karya sastra yang khas usia SMP. Perpustakaan SMP dipenuhi buku-buku novel remaja percintaan, novel sastra dewasa, atau justru cerita-cerita anak-anak SD.
Memilih bacaan anak untuk diberikan kepada anak-anak perlu diperhatikan. Mempertimbangkan sebuah bacaan yang baik dan layak diberikan patutlah dilakukan penyeleksian. Memilih buku untuk anak bukanlah perkara yang mudah. Tidak semua buku anak yang beredar di pasaran mempunyai kualitas yang baik. Sebagai contoh beberapa waktu yang lalu beredar di pasaran buku anak dengan konten dewasa, di dalamnya terdapat konten tentang seks bahkan penyimpangan seksual. Tentunya kasus ini menjadikan orang tua dan pendidik khawatir tentang bacaan anak. Sebagai orang tua, memilih buku bacaan harus mempertimbangkan berbagai hal. Pertimbangan tersebut antara lain: usia, tingkat perkembangan kognitif, perkembangan moral, nilai-nilai karakter, dan sebagainya.
Sebagai manusia dewasa sudah menjadi tugas kita untuk membimbing anak-anak dan memberikan informasi tentang dunia ini. Salah satu cara menyampaikan informasi adalah melalui cerita. Semua orang menyukai cerita, jika direfeksikan banyak hal yang mempengaruhi kehidupan kita sekarang yang berasal dari cerita. Melalui cerita, nilai-nilai abstrak dapat tertanam dalam benak anak-anak secara halus, tanpa menggurui.
Sastra anak untuk usia sekolah dasar juga memiliki banyak ragam, misalnya: dongeng, cerita rakyat, buku cerita bergambar, puisi, pantun, cerita pendek, maupun novel. Banyak pengarang dewasa mendedikasikan hidupnya untuk menulis sastra anak dan cerita anak. Sebut saja komunitas Litara yang sangat anggotanya sangat produktif menulis cerita anak. Atau lebih spesifik, Watiek Ideo dan Laksmi Manohara yang karyanya tak pernah surut tentang anak-anak dan dunia anak. Karya sastra tulisan anak-anak sendiri juga mulai banyak diterbitkan. Dengan ditulis oleh anak, harapannya dunia yang terbangun dalam cerita lebih kontekstual, termasuk ekspresi bahasa yang digunakan.
Fenomena ironis terjadi pada sastra untuk usia sekolah menengah atau dapat kita sebut usia SMP, jika kita menelisik lebih jauh, tidak dapat kita temukan karya sastra yang khas usia SMP. Perpustakaan SMP dipenuhi buku-buku novel remaja percintaan, novel sastra dewasa, atau justru cerita-cerita anak-anak SD. Seolah tidak ada pengarang sastra yang ingin mendalami permasalahan usia SMP. Sastra tidak memberikan perannya secara maksimal sebagai sarana pendidikan karakter untuk anak usia SMP. Dapat dilihat pula jarang ditemukan prosa mupun karya lain yang tokoh utamanya berusia SMP. Sebut saja kisah Dilan yang saat ini sedang booming, latar ceritanya adalah usia SMA. Tidak hanya Dilan, kita mengenal Lupus, Olga Sepatu Roda, dan sebagainya merupakan novel dengan setting SMA.
Sejauh pengetahuan penulis, belum ada novel dengan tokoh utama anak SMP. Selain itu, jika melihat buku paket SMP kita akan menemukan contoh-contoh puisi dan prosa dewasa. Tidak salah mengajarkan sastra dewasa dengan nilai-nilai luhur tetapi perlu dikaji tentang minat siswa SMP terhadap isu terkait, kompleksitas alur dan permasalahannya, kompeksitas gramatikal bahasa, kompleksitas tokoh, dan sebagainya.
Selama ini sastra anak banyak dibahas dalam tataran usia dini hingga usia sekolah dasar. Sejatinya masa sekolah menengah pertama yakni masa remaja awal juga merupakan usia yang rentan dan butuh bimbingan. Kajian sastra untuk usia remaja awal inilah yang mengalami kekosongan. Kekosongan tersebut dapat dilihat dari tidak tersedianya bacaan khas untuk usia siswa sekolah menengah pertama. Sesungguhnya pemerintah telah mengusahakan daftar cerita untuk anak SMP. Daftar tersebut dapat dilihat dalam laman https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/.
Sayangnya ragam buku untuk anak SMP mayoritas tentang legenda dan cerita rakyat. Anak-anak usia SMP tentunya membutuhkan bacaan yang sesuai dengan dinamika sehari-hari yang mereka alami. Mereka membutuhkan cerita dengan problematika yang pas untuk masalah di usia yang mereka alami. Semoga ke depan banyak penulis sastra yang mendedikasikan karyanya untuk anak usia SMP.
Universitas Sanata Dharma
0 Pengikut
Literasi di Sekolah: Inovasi dan Kolaborasi untuk Membentuk Pendidikan yang Dinamis
Jumat, 15 Desember 2023 19:23 WIBKurikulum Merdeka, Mengukir Masa Depan Pendidikan Papua
Kamis, 28 September 2023 19:18 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler