x

Image Google, digital image by tasch

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Jumat, 24 Februari 2023 15:04 WIB

Metalurgi Sarkofagus

Cerpen Metalurgi Sarkofagus. Abstraksi metematis, perangkap tikus, angka jungkir balik. Salam baik saudaraku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Solilokui, carut marut durjana itu masih di angkasa, peta konflik macam apa ada di kepala kau, masih bermain di balik bayang-bayang, rotasi publik berputar di khazanah. Mata terpejam, hati tertutup, muka batu mampu berkata dialektika adalah? Perdebatan kaum badut masih di angkasa, kaum pencuci mulut para badak.

"Habisi."

"Tak semudah sangkamu."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Habisi."

"Tuan?"

**

Perbandingan, istilah pasaran gunung es terbalik, mudah terbaca. "Tapi. Tuan."

"Aksioma, jungkir balik."

Makna tak mungkin terjawab. "Habisi." Memutar kepalanya tiga ratus enam puluh derajat. "Sekarang." Kembali memutar kepalanya seperti awalnya.

**

Paradigma, sekadar buang hajat. Epilog, kembali pada prolog. "Habisi." Perangkap tikus belum dimainkan. Orasi tak menuai langit.

"Agatha!"

"Di mana kau letakkan pisau bedahku."

Terperanjat merajut tangan sendiri. "Di kepalamu." Memotong beberapa jemarinya. "Ini." Sambungkan kalau kau mampu. Minggat begitu saja.

Deras hujan di luar. "Agatha?" Membahana gelegar petir. "Agatha."

**

"Aku bilang, habisi."

"Peranan belum jungkir balik, tuan."

"Kalau begitu lepaskan."

"Bagian utama, tuan?"

"Seluruhnya! Kau dengar?"

Cuaca sangat bersahabat, tak mungkin melakukan seperti maumu. Baiklah. Membuka sejumlah arsip. "Namamu?" Tanpa menoleh, liur sudah menetes.

"Agatha." Menggeser meja.

Bola matanya terbelalak, bergerak cepat kian kemari. "Atau ada nama lain?"

"Agatha, saja, tuan."

Terdengar pintu dibanting, di ruangan terdepan, berbunyi sangat keras. Menggema waktu, "Pandir! Si pandir itu. Keterlaluan."

"Maaf! Tuan! Publik sulit di kendalikan."

Marah besar, di dekatkan wajahnya. "Aku bukan tuanmu. Catat! Dia tuanmu. Paham?" Bola matanya keluar masuk, belek meleleh kepipinya.

"Tapi dia semirip tuan."

"Aku, bukan tuanmu."

**

"Agatha?" Tak ada siapapun di tempat itu. "Kalau bilangan seperdua, terpecah lagi, menjadi beberapa angka, pembagian perbandingan, apakah masih memperolah satu pangkat dua? Berapa nilai epilog berbanding jumlah akhir pengadeganan."

"Kembali pada tafsir, tuan."

"Aku, bertanya pada, Agatha. Tidak padamu."

"Jemarinya sedang dirajut untuk disambungkan kembali, tuan."
Agatha, tak hendak memahami, meski rasa sakit tak lagi punya.

"Di ruang ini tak ada siapapun. Hanya kita berdua." Perangkap tikus telah terpasang di semua penjuru tempat itu.

"Siapa memasang, itu, semua."

"Aku."

"Siapa, manusia jelek, baru saja mengumbar dialog?"

**

Mendelegasikan, kepada massa ambang, kepandiran pangkat satu tak merujuk pada jumlah simbolisme kurva berlawanan, secara matematis. "Oh! Anda masih bermain domino!" Ruangan berbalik vertikal.

"Itu disebut makna empiris."

"Aksioma?"

"Mati suri."

"Target?"

"Habisi."

"Tidak mau!" Berbalik, melangkah keluar.

"Stop!" Terus melangkah menuju keluar, membanting pintu keras sekali. "Daar!" Pintu terbelah, dia ngeloyor tak peduli.

"Stop!"

Dia berbalik, memutar kepalanya tiga ratus enam puluh derajat. Ruangan tertutup, pintu terbelah merapat lagi.

**

Jakarta Indonesiana, February 24, 2023.

 

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB