Mengantar Karangan Bunga. Ini, mungkin semacam bunga rampai sekapur sirih dari hati, bukan prolog akan menuju epilog. Mengapa ada prolog, apakah karena epilog akan dihadirkan, atau sebaliknya. Bagaimana jika keduanya tidak ada.
Apakah sebuah carangan, prosa puitis-prosa lirik, pantun jenaka-pantun berkait-pantun tradisi, puisi dramatik-puisi mbeling, sajak berdiksi tumpang tindih, esai, novel, roman, pernyataan artikel, komedi satire-komedi bangsawan-komedi romantik, dramatik susastra-susastra dramatis-sastra erotis-sastra pop-sastra protes, dramatik visual-visual dramatis, naskah film-cerita film, cerita-uraian dari alegori imajinasi natural, mengalirlah mata air, memberi hikmah menemukan dahaga hingga ke sudut-sudut tersembunyi di dalam lubang semut sekalipun, amanah, sublim-ikhlas menemukan makrifat-Nya.
Tumbuhlah edukasi, penyertaan nurani dari pikiran untuk bersama, menjalin komunikasi lahir dari jalinan hati terdasar, nurani, pikiran-natural, awal mula pemberi hidup, kepada pra-isme, niskala kontemporer-pascamodernisme, membuat langit mengandung, ke-isme-an, lantas seakan-akan menjadi penting, lantas pilihan ditetapkan, dinyatakan, bahwa kubisme bukan surealisme, bahwa ekspresionisme bukan impresionisme, bahwa nonformal-autodidak, seolah-olah bukan edukasi akademis-kurang edukatif, lantas siapa penemu cahaya, penemu alfabetis, simbol-simbol visual, penemu kata-kata dalam rangkuman akal budi filosofis, membangun pertumbuhan spiritualitas berbudi.
Kekhawatiran, euforia kecemasan, mungkin penyebab utama kecurigaan, kepada benda-benda, kepada gerakan episentrum di pusat bimasakti, hingga, mungkin, mencapai daya hidup, cemas, akan, mengguncang gaya hidup, sulit memilih warna sepatu, kurang senada dengan fesyen busana, kurang pantas, tak serasi warna baju, kalau lipstik-ku tak senada dengan warna dasi-mu, tapi merah di pipi-mu warna favorit-ku sayang.
Saling memandang, berpandang-pandangan, desir-desir semilir menggelitik lalu-lalang di sel-sel darah, tak boleh membayangkan, desah-desah, sebab ada kewajiban memahami komposisi, aku melihat-mu, kamu melihat-ku, kisah terjalin saling tersenyum. Pertumbuhan natural, mengalir, kredo-cinta, menutup mata malu-malu, tak perlu kucing, tak boleh pula ada serigala.
**
Pesan seyogianya disampaikan, oleh kesan seterang semesta, tak perlu takut pada terang, tak perlu sembunyi pula dalam gelap, takkan lari gunung dikejar, hilang kabut tampaklah dia, kalau pun lari biarkan saja, akhirnya akan terperosok kepelimbahan jua. Maafkanlah jika khilaf mengangkasa, mungkin akibat badan tengah tak cakap kurang rehat, percayalah, matahari pasti bersinar, malam pasti akan gelap, sebab rembulan tak ingin sembunyi.
Cercah, setia menyampaikan pesan belum tersampaikan, sungguhpun hamba kini sendiri, kekasih hati pemilik cinta untuk ananda telah berpulang ke haribaan suci Ilahi, air mata tersimpan bening di taman hati. Salam cinta dan kasih sayang.
***
Jakarta Indonesiana, February 24, 2023.
Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.