x

Ilustrasi seseorang yang sedanng membaca buku

Iklan

dudi safari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Februari 2023

Senin, 27 Februari 2023 09:35 WIB

Membaca Merupakan Kebiasaan Orang-orang Besar

Membaca merupakan sumbaer wawasan yang mengantarkan para pelakunya menjadi orang besar

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebiasaan dalam membaca

Membaca merupakan salah satu cabang dari literasi yakni kemampuan seseorang dalam berbahasa dengan mencerna bacaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kesadaran seseorang terhadap tradisi membaca akan meningkatkan kualitas dirinya, semakin banyak bacaannya semakin bertambah wawasannya.

Kita mengenal sosok Bill Gates, Warren Buffett dan Oprah Winfrey mereka adalah orang-orang sukses dunia. Siapa yang tidak kenal mereka, Bill Gates adalah pendiri Microsoft kawan-kawannya memberi gelar dia si kutu buku karena kegemarannya dalam membaca buku, dia juga seorang penulis.

Dia seorang dermawan dan menjadi salah satu orang terkaya dunia dengan total kekayaan mencapai 85.6 miliar USD.

Warren Buffett adalah orang terkaya ketiga versi Forbes tahun 2015 dengan kekayaan mencapai 107.1 miliar USD, kebanyakan kekayaannya ia raup dari hasil berbagai investasi keuangannya.

Buffett juga dikenal sebagai penggila baca, 80% harinya habis hanya untuk membaca. Membaca buku-buku, surat kabar dan laporan-laporan lainnya dari berbagai dokumen.

Sebagai seorang penggila buku terkhusus buku tentang investasi, maka dia merekomendasikan beberapa buku penting bagi para pembaca tentang investasi. Di antaranya adalah buku The Little Book of Common Sense Investing, The Intelligent Investor, The Clash of the Cultures: Investment vs Speculation.

Sementara Oprah Gail Winfrey adalah seorang presenter di acara The Oprah Winfrey Show memiliki kekayaan 2.7 miliar USD, ia masuk salah seorang daftar miliarder dunia.

Dia berkata, “Buku adalah jalanku untuk kebebasan pribadi. Saya belajar membaca pada usia tiga tahun, dan menemukan di sana ada sebuah dunia untuk ditaklukkan yang melampaui pertanian kami di Mississippi.”

Winfrey kecil diwajibkan membaca buku oleh sang ayah dan membuat ringkasannya setiap pekan.

Fakta kesuksesan ketiganya memang tak terbantahkan mereka adalah orang-orang sukses abad ini. Mereka adalah orang-orang besar dibalik orang-orang besar Amerika.

Di negeri kita pun tak kekurangan cendekiawan atau bapak bangsa yang sangat antusias dalam membaca sebut saja H.O.S Cokroaminoto, Soekarno, Hatta, Agus salim, M. Natsir dan masih banyak tokoh besar lainnya yang sangat antusias dalam membaca buku. Buku adalah jendela dunia tanpa harus berpayah-payah traveling kita sudah bisa menjelajahi dunia lewat membaca.

Kebiasaan membaca itulah yang menyebabkan seseorang mempunyai insight yang luas dan dengannya menjadi rujukan semua orang, menjadi tokoh sekaligus panutan.

Sejatinya membaca itu bukanlah bakat, ia adalah suatu keterampilan dan itulah makna dari literasi baca, kemampuan yang mesti dilatih terus-menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan.

Kemampuan membaca barulah tahap awal dari sebuah literasi. Seperti halnya dogma Islam pertama kali ayat yang turun adalah perintah untuk membaca.

Dalam literatur Islam banyak sekali orang-orang besar, mereka adalah para ulama salaf yang banyak memberikan teladan dalam keilmuan.

Sebut saja tokoh-tokoh besar abad ke-2 Hijriyah seperti keempat imam mazhab, setelah itu menyusul para muhadditsin kemudian disusul dengan para ahli tafsir yang hari-harinya habis untuk membaca dan mengkaji ilmu.

Bagi para ulama tradisi baca-tulis adalah sesuatu yang sangat menghidupkan mereka, seperti halnya Ibnu Katsier tentu dia menyusun kitabnya tidak begitu saja, apa yang dia tulis adalah dari hasil apa yang telah dia baca. Satu judul kitab bisa memuat 14 jilid.

Al-Mizzi guru sekaligus mertua dari Ibnu Katsier, beliau adalah penyusun kitab tahdzib al-kamal fi asmàirrijàl yang termuat dalam 35 jilid buku. Dapat kita bayangkan berapa kitab bacaan yang menjadi rujukannya, artinya referensi buat bacaannya bisa jadi seimbang dengan apa yang dia tulis.

Zaman keemasan Islam adalah bukti nyata bahwa tradisi membaca bahkan dilanjutkan dengan tradisi menulis menjadi sesuatu yang sangat diminati sekali.

Sampai masa khalifah Harun ar-Rasyid membuat sebuah perpustakaan yang bernama Baitul Hikmah memuat sekitar 500 ribu buku. Namun sayang tradisi keilmuan itu harus lenyap saat segerombolan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan membumihanguskan Baghdad dan membuang semua buku-buku yang ada di perpustakaan, melemparkannya ke sungai sehingga tidak tersisa ilmu pengetahuan saat itu bersama hancurnya kekhalifahan dinasti Abbasiyah di tahun 1258 M.

Buku bacaan adalah penopang bagi seseorang agar memiliki wawasan. Jika wawasan seseorang bertambah luas maka kemampuan literasinya akan bertambah ke step selanjutnya yakni literasi menulis seperti para imam tadi.

Literasi baca-tulis sebenarnya tidak bisa dipisahkan tetapi dalam praktiknya menulis akan lebih susah dari pada membaca. Walaupun aktivitas baca-tulis sama-sama menggunakan otak kiri yakni fokus pada verbal dan analisis tapi dalam hal menulis lebih kepada analisisnya, ia mengaktifkan tiga komponen indra yaitu otak, mata dan tangan untuk menuangkan ide-ide ke dalam tulisan.

Sinkronisasi ketiga indra ini tidak bisa begitu saja dilakukan oleh seseorang tanpa berlatih. Artinya membaca dan menulis itu bukan berasal dari bakat tetapi dari keterampilan seseorang yang terus-menerus melatihnya sehingga menjadi kebiasaan dan menjadi lebih mudah.

Ada beberapa keuntungan karena kebiasaan membaca, yakni membaca menambah wawasan, membaca memelihara akal, membaca selalu memiliki ide-ide segar, membaca sebagai sarana relaksasi.

Sebagian orang tentu menyangka para tokoh dan orang-orang besar tadi memiliki kesibukan yang sangat banyak tapi masih bisa menulis.

Ternyata dalam membaca itu ada metodenya, setiap orang mampu membaca beberapa halaman buku atau beberapa buku dalam satu hari karena mereka memiliki trik tertentu dalam membaca buku.

Seseorang disebut sebagai speed reader jika mampu membaca 1.500 kata per menit menurut Forbes.

Seperti trik dari seorang owner CT Corporation, Chairul Tanjung dia memiliki kebiasaan membaca cepat di ruang kerjanya, di antaranya fokus, mencari ide pokok dari tulisan, dan tahu apa yang dicari dari teks.

Mereka tak akan pernah menjadi besar tanpa membaca, tradisi membacalah yang menghantarkan mereka ke posisi penuh dengan privilege.

 

Ikuti tulisan menarik dudi safari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler