x

Iklan

trimanto ngaderi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 September 2022

Kamis, 2 Maret 2023 09:12 WIB

Berlatihlah Menjadi Miskin

Orang yang sekian lamanya hidup dalam kenikmatan dan kemewahan dan kemudian oleh karena suatu sebab ia menjadi miskin, biasanya ia akan kaget. Hidupnya serasa hancur. Hari mendadak begitu gelap. Dan dunia seakan runtuh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

BERLATIHLAH MENJADI MISKIN (PRACTICE POVERTY)

 

Ketika Anda membaca judul di atas, barangkali sebagian dari Anda merasa aneh, lucu, atau bahkan terkejut. Masak ada sih latihan untuk menjadi miskin. Mana ada yang mau melakukannya. Padahal, orang-orang miskin saja berjuang sekuat tenaga untuk tidak menjadi seorang miskin lagi. Termasuk yang sudah tidak miskin (kaya), berusaha sebisa mungkin mempertahankan kekayaannya agar tidak jatuh miskin. Bahkan, pemerintah kita membuat berbagai program pemberdayaan untuk dapat mengurangi angka kemiskinan di negara kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lagipula, bukannya menjadi miskin itu tidaklah enak. Ingin makan enak nggak cukup duitnya. Pingin membeli pakaian bagus berpikir dua kali, mending buat beli makanan saja. Mau membuat rumah yang agak layak, tidak punya uang. Apalagi sampai membeli kendaraan atau pergi wisata, jelas jauh dari bayangan. Pokoknya menjadi miskin itu benar-benar sebuah penderitaan. Dan mayoritas manusia ingin menghindarinya.

Lha terus, kok malah ada anjuran untuk berlatih menjadi miskin, kira-kira siapa target marketnya (eh, kayak mau memasarkan produk saja), maksudnya akan ditujukan kepada siapa gitu? Ya sudah barang tentu untuk orang-orang kayalah! Masak orang miskin diminta untuk menjadi miskin. Dia kan memang sedang miskin, bahkan sudah lama menjadi orang miskin.  

Ketika biasanya makan enak dan mahal, coba dalam seminggu makan yang tidak enak dan murah. Makan dengan sayur bening dan ikan asin, atau makan nasi kucing di warung hik/angkringan (kaki lima di pinggir jalan). Kalau biasanya memakai pakaian yang bagus dan bermerk, coba beberapa hari memakai pakaian yang sederhana dan berkualitas rendah.

Apabila biasanya tidur di kasur yang empuk dan di kamar ber-AC, cobalah tidur di lantai beralas tikar dan tanpa AC. Jika biasanya ketika bepergian jauh menginap di hotel berbintang dengan tarif  Rp 1 juta/malam, coba dong beralih menginap di penginapan kecil dengan tarif Rp 100 ribu/malam. Dan ketika biasanya memakai sarana transportasi berupa pesawat terbang atau sewa mobil, gantian menggunakan transportasi umum. Misalnya naik kereta api kelas Ekonomi, atau naik bus murah yang AC-nya kecil dan tidak begitu terasa.

Kok kesannya menyiksa diri banget nih…

Tujuannya?

Agar ketika suatu saat nanti mereka jatuh miskin, mereka tidak kaget, tidak terkejut. Tujuan lain, bahwa menjadi seorang miskin tidaklah semenderita yang mereka bayangkan.

Dalam bukunya A Guide to the Good Life, William B. Irvine menyebutkan tujuan dari practice poverty adalah:

  1. Menjadi lebih tangguh;
  2. Membentuk rasa percaya diri; dan
  3. Sebuah adaptasi kenikmatan (hedonic adaptation)

 

Tradisi Para Pencari Ilmu

Para ulama salaf zaman dahulu sudah terbiasa melakukan practice poverty ini. Mereka melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan kuda atau berjalan kaki selama beberapa hari hingga beberapa bulan tanpa bekal yang cukup.

Ada yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Ada yang hampir mati kehausan/kelaparan sebelum sampai di tempat tujuan. Bahkan ada yang sampai meminum air kencingnya sendiri untuk bertahan hidup. Luar biasa sekali, bukan?

Mereka sudah terbiasa makan roti kering yang keras dan tidak enak sama sekali. Mereka sudah terbiasa memakai pakaian yang lusuh, robek, atau banyak tambalan. Ada yang menawarkan diri untuk bekerja apa saja untuk mendapatkan imbalan untuk menyambung hidup. Bahkan, ada yang sampai terpaksa menjual pakaian, hewan tunggangan, atau kitab-kitab kesayangannya.

Ajaibnya, menjadi miskin bagi mereka adalah sebuah keberuntungan. Mereka justru menikmatinya. Mereka merasa bahagia dengan kemiskinannya itu. Hidup mereka tidak bergantung kepada harta-benda. Tidak ada kemelekatan dengan dunia. Mereka tidak takut kehilangan sesuatu karena memang tidak memiliki apapun. Tidak ada ketakutan, tidak ada kecemasan. Justru mereka malah bisa fokus untuk menuntut ilmu dan mengabdi (beribadah) kepada Tuhan.

 

Ketika “Titipan” Itu Diambil Kembali

Orang yang sekian lamanya hidup dalam kenikmatan dan kemewahan dan kemudian oleh karena suatu sebab ia menjadi miskin, biasanya ia akan kaget. Hidupnya serasa hancur. Hari mendadak begitu gelap. Dan dunia seakan runtuh.

Ia akan merasa sedih, kecewa, bingung, kalut, tertekan, bahkan stres. Mentalnya tak kuat menghadapi kenyataan. Jiwanya tak siap menerima takdir.

Ia menjadi lemah, lunglai, begitu tak berdaya. Beberapa dari mereka menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan. Beberapa lainnya ada yang menjadi gila, bahkan melakukan bunuh diri.

Sekiranya orang menyadari bahwa segala yang dimilikinya (termasuk dirinya sendiri) hanyalah titipan semata, maka ketika sewaktu-waktu titipan itu diambil kembali oleh pemiliknya, maka dia akan siap dan merelakan. Sekiranya seseorang menyadari sepenuhnya bahwa yang dia akui sebagai miliknya adalah bukan miliknya, maka ketika semuanya hilang dari dirinya, ia tak merasa kehilangan sama sekali.

 

*****

Sidarta Gautama mengajarkan tentang ketidakmelekatan terhadap apapun di dunia ini. Isa al Masih juga menganjurkan untuk hidup sederhana dan menebarkan cinta-kasih kepada yang miskin-papa. Muhammad pun sangat menekankan untuk tidak bermegah-megah dalam kehidupan dunia. Tujuan mereka adalah agar para pengikutnya dapat meraih kebahagiaan sejati.

Pactice poverty selain agar tidak menjadi kaget ketika menjadi miskin, juga bisa melatih simpati dan empati terhadap mereka yang tak berpunya, melatih kedermawanan, dan melatih untuk tidak menyombongkan diri.

Selamat mencoba!

Referensi:

Henry Manampiring, Filosofi Teras, Filsafat Yunani-Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Saat Ini, Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2019.

Ikuti tulisan menarik trimanto ngaderi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB