x

SMA di NTT mulai Sekolah Jam 5 Pagi

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Rabu, 1 Maret 2023 07:29 WIB

Sekedar Mempertimbangkan Mulai Sekolah Jam 5 Pagi di Kupang

Lagi seru pro-kontra ide masuk sekolah jam 05.00 di Kupang. Jika jadi diterapkan,semoga saja para ojek sudah pada siap. Transportasi publik juga sudah lalu lalang ramai. Sekitar jam 5 pagi alam memang sudah tampakan terangnya, namun sama sekali belum benderangnya. Masih sedikit suramnya. Bisa menjadi seramnya bila harus berjalan sendiri. Ibu-ibu tentu kuatir anak gadisnya sendirian menuju sekolah pagi itu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 Pater Kons Beo, SVD

Tiba-tiba teringat kata-kata Mgr Anton Pain Ratu, SVD. Bila tak keliru, di tahun 1989, ada seminar seputar misi di Seminari Tinggi Ledalero-Maumere. Kala itu, Mgr Anton, yang masih menjabat sebagai Uskup Atambua, gelontorkan satu kalimat tanya. Jika tak salah ingat, kalimat itu diungkapkan pada misa pembuka untuk seminar itu.

Tentu persisnya bunyi kalimat itu sudah tak teringat. Namun isinya kira-kira begini: “Bagaimana kita bisa maju, kalau ternyata sapi-sapi sudah bangun lebih dulu untuk cari makan, dan kita sendiri masih tidur lelap?” Terkesan humoris. Tapi sebenarnya tentu tak sesederhana itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terdengar seram dan tak elok di kuping. Mana bisa Bapak Uskup bandingkan manusia dengan sapi-sapi? Namun, bukan hal ini juga mengundang satu perenungan dan perhatian serius? Pagi-pagi itu harusnya bangun lebih awal. Manusia mesti kuasai segala makluk lainnya dengan bangun pagi-pagi.

Teringat lagi orang di kampung halaman. Pagi-pagi orang su urus kasih makan ayam dan babi. Kambing, kerbau, sapi, kuda sudah di-eret ke padang. Atau juga segera ke sawah untuk lihat air, jaga burung pipit atau pantau hama-hama lainnya yang berbahaya untuk tanaman.

Dapat dibayangkan bila manusianya bangun kesiangan? Dan hal itu sudah jadi kebiasaan? Dampaknya tentu menantang dan mengkuatirkan. Tetapi, itulah, manusia memang  harus mengatur dan mengelolah irama hidupnya yang berdampak pada hal-hal lainnya.

Jika memang harus bangun pagi-pagi, maka itu berarti harus diatur tidur malam pada waktunya. Artinya, mesti dihindari mete malam dengan rupa-rupa alasannya. Sebab hari baru mesti diawali dengan wajah segar. Dengan semangat membara untuk bekerja atau berbuat sesuatu. Yang kreatif dan produktif.

Saat-saat belakangan ini lagi seru ide dan terapan kegiatan masuk sekolah jam 05.00 pagi untuk sejumlah SMA/SMK Negeri di Kupang. Ragam komen sudah terhembus sana-sini. Wajarlah! Yang jelas, sikap pro dan kontra pasti tak terhindarkan!

Apa sebenarnya di balik gagasan ini untuk diterapkan? Yakinkah Kadisdikbud NTT, Linus Lusi bahwa ini, “Utamanya untuk melatih karakter agar anak-anak kita bisa disiplin belajar"? Pak Gubernur Victor sekian yakin akan diktumnya bahwa anak mesti dibiasakan bangun pukul 04.30 Wita, dan jam 05.00 sudah harus ke sekolah. Dan ini sejajar dengan mengikuti etos kerja.

Kalkulasi Pak Gub dan harapan Linus Lusi bolehlah sedemikian. Tetapi apakah harapan penuh semangat ini (ambisi) telah dikaji dari sekian banyak sudut pandang serta pertimbangan tertentu? Mari kita buat saja hitungan kasarnya. Iya, sesuai dengan alam dan suasana NTT seadanya.

Jam 05.00 sudah harus dimulai kegiatan di sekolahnya. Anak-anak harus tertib istirahat malamnya. Para orangtua (pengasuh) mesti ingat baik-baik. Mesti bangun duluan. Sudah siapkan sesuatu demi sarapan yang wajar untuk anak-anak. Seragam sekolah juga sudah beres.

Orangtua ingatkan anak remajanya untuk tak begadang kiri-kanan. Tidak kemalaman nonton TV, maen game, kotak-katik HP tahu ukur waktu, atau terlarut hingga dini hari karena liga-liga di Eropa yang lagi sengit mesti dipadamkan! Masih ada hal lain lagi…

Tak boleh suruh-suruh kerja ringan ini-itu. Ini belum lagi tentang siapkan air untuk mandi atau cuci muka. Supaya ke sekolah itu badan terasa segar. Dan bukannya muka pucat, apalagi kalau masih ada tai mata yang melekat dan badan tidak segar.

Gawatnya, bila sang siswa cepat ke sekolah, namun bukannya untuk menuntut ilmu penuh semangat, namun ia hanya beralih-lokasi untuk lanjutkan mengantuk dan tidurnya dari rumah ke kelas. Ini yang pasti bikin emosi pak dan ibu guru. Atau juga bahwa para guru jangan sampai mengajar namun banyak selingannya dengan menguap. Ini lebih repot nantinya. Mari lanjut...

Semoga saja para ojek sudah pada siap. Dan lagi, transportasi publik juga sudah lalu lalang ramai. Sekitar jam 05.00 itu alam sudah tampakan terangnya, namun sama sekali belum menderangnya. Masih sedikit suramnya.  Dan, ingat, bisa menjadi seramnya bila harus berjalan sendiri ke sekolah. Ibu-ibu tentu kuatir akan anak gadisnya jika harus jalan sendiri di pagi sebelum jam 05.00 itu.

Kupang sudah aman benar kah sebelum jam 05.00 itu? Tentu ada banyak pertanyaan di seputar wacana yang, katanya, sudah dimulai ini. Ini belum lagi bila harus disimak dari analisis dari para pakar seperti  dokter, pendapat para pengamat psikologi remaja, dari kajian alam NTT yang berpengaruh pada stamina. Pun termasuk para analis masalah sosial lainnya di kota Kupang.

Intensi mulia Pak Gub dan Pak Kadis Linus Lusi apakah wajib diterapkan seterusnya dengan kiat sekolah yang dimulai pada jam 05.00? Atau kah masih ada cara-cara lain hasil kajian serius demi menaikkan martabat dan harga diri dunia pendidikan di NTT? Atau yang dilukiskan “demi masa depan anak-anak bangsa yang cerdas, gemilang dan berdaya saing?’

Untuk hasilkan sekian banyak orang pintar di NTT biarlah kita siapkan baik-baik segala hal praktis. Untuk tiba di sekolah tepat waktu saja sudah pada sulit, apalagi bila dipaksa bahwa jam 05.00 sudah harus berada di sekolah. Sarana transportasi itu mendesak. Ibu belum lagi bagaimana cara agar para pendidik dan pengajar sekian dedikatif dan berjuang demi kemajuan bidang pendidikan.

Terekam lagi mimpi-mimpi lain yang harus jadi kenyataan. Hasilkan saja manusia NTT yang trampil dalam hal peternakan, pertanian atau perikanan, pun termasuk di sektor pariwisatanya.

NTT mungkin saja miliki mimpi-mimpi dan harapan ke depan yang indah menjulang. Tak ada yang salah dengan semuanya itu. Bagaimana pun segala langkah dan terapan praktis mesti didesain secara nyata.

Dengan itu, kita bebas dari yang sekedar komando yang terkesan dadakan, mengejutkan dan mendulang tafsiran yang melebar sana-sini. Terdengar logik kalkulasi numerik-matematik bahwa pada jam sekian bangun tidur, berapa menit siap ke sekolah, dan jam berapa tiba di sekolah. Namun, riil dan berdamaikah alam-situasi atau juga mental masyarakat dengan perhitungan itu? Ini lagi ramai diperdebatkan.

Bagaimana pun, sudah siapkan segala sesuatu demi jam 05.00 di sekolah, mesti ditafsirkan selanjutnya sebagai sebuah narasi kedisiplinan. “Di hari-hari mendatang, jika sudah jadi orang, jadi pegawai, jadi apa yang saja yang pantas, mungkin tetap terkenang bahwa ada kisah mulai sekolah jam 05.00.”

Untuk sementara mari kita tatap dulu NTT yang lagi didera cuaca ekstrim. Hujan, angin, banjir di mana-mana. Ruas jalan banyak yang rusak, jembatan-jembatan yang ambruk serta longsoran di mana-mana. Dan belum lagi beberapa korban yang belum ditemukan!

 

Verbo Dei Amorem Spiranti

 

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu